A. Perkembangan Kesehatan Mental
Individu
yang memiliki kepribadian matang akan memiliki penghargaan yang sehat terhadap
dirinya sendiri, tidak bergantung pada orang lain (inferiority). Penghargaan
yang diterima dari orang lain merupakan sesuatu yang memang layak untuk
diterimanya. Mereka tidak membutuhkan ketenaran atau kemasyhuran yang kosong
(semu), memiliki mental yang kokoh serta kontrol diri yang baik, mampu menerima
kelemahan dan kesalahan diri dengan sikap positif.
Individu
yang memiliki kesehatan secara psikologis memiliki sifat sangat mandiri dan
mencintai orang lain, memiliki keinginan yang sehat untuk perluasan diri dan
mereka banyak dikendalikan oleh perintah-perintah bathin, oleh fitrah sendiri,
oleh kebutuhan alamiah, daripada oleh
masyarakat atau lingkungannya. Kepribadian yang sehat akan menemukan
kebahagiaan dalam membantu orang lain serta tidak mengalami kebingungan untuk
membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Perkembangan psikologis manusia
yang bisa mencapai being needs ternyata jumlahnya tidak banyak, hanya 2% dari
populasi. Manusia yang mencapai being needs bisa membedakan mana yang pura-pura
dan mana yang nyata. Melihat persoalan kehidupan sebagai suatu yang harus
dicari jalan keluarnya bukan sebagai takdir pribadi yang harus diterima dan
pasrah. Memiliki persepsi yang berbeda mana yang dipakai sebagai alat dan mana tujuan. Memiliki cara yang berbeda dalam
bergaul dengan orang lain.
B. Kepribadian Sehat
Ciri dari kepribadian sehat adalah mampu mengaktualisasikan
diri dengan baik, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan
oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu
mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu
memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang
menjadi kebutuhannya. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat
biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh
melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.
Individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk
mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah – masalah psikisnya
asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan
individu untuk aktualisasi diri.
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan,
penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini
disebut need for positive regard,
yang terbagi lagi menjadi 2: yaitu conditional
positive regard (bersyarat) dan unconditional
positive regard (tak bersyarat).
Ciri-ciri orang yang mengaktualisasikan diri :
1. Mengamati
realitas secara efisien
Orang yang sehat akan memandang objek dan orang-orang di dunia dengan apa
adanya, atau dapat dikatakan secara objektif. Sedangkan orang yang tidak sehat
akan memandang segala sesuatu yang ada di dunia melalui kacamata mereka
sendiri, mereka akan mencocokkannya sesuai dengan keinginan mereka sendiri,
atau dapat dikatakan secara subjektif.
2.
Penerimaan
umum atas kodrat, orang-orang lain dan diri sendiri
Kepribadian yang sehat akan mampu menerima dan bersabar atas segala
kekurangan yang dimiliki dirinya sendiri, orang lain, maupun spesies lainnya.
Mereka tidak akan merasa malu, bersalah, apalagi memalsukan dirinya sendiri.
Sebaliknya, orang yang neurotis akan dihantui dengan rasa malu dan bersalah
atas segala kelemahan ataupun kekurangan yang ia miliki.
3.
Spontanitas,
kesederhanaan, kewajaran
Pengaktualisasian diri dalam bertingkah lagu dilakukan secara wajar, jujur,
bijaksana, dan penuh perhatian terhadap orang lain. Mereka akan bertingkah laku
sesuai dengan kodrat mereka. Sedangkan, orang yang neurotis akan memalsukan
dirinya, agar terhindar dari rasa malu dan bersalah.
4.
Fokus
pada masalah-masalah di luar diri mereka
Orang yang mengaktualisasikan dirinya akan mencintai pekerjaannya sendiri
dan merasa cocok terhadap pekerjaannya. Mereka akan menghabiskan energinya
dalam pekerjaan tersebut, serta mempunyai dedikasi yang tinggi pada pekerjaan,
sehingga dapat memenuhi metakebutuhan-metakebutuhan. Dalam melakukan pekerjaan,
mereka akan mengembangkan segala potensi yang dimiliki dan tidak terlalu
mengharapkan keuangan, popularitas ataupun kekuasaan.
5.
Kebutuhan
akan privasi dan independensi
Orang yang mengaktualisasikan diri tidak akan bergantung pada orang lain
dalam memuaskan segala kepuasan-kepuasan mereka, yang demikian akan menjauhkan
diri mereka dengan orang lain. Tingkah laku dan perasaan mereka akan terarah
kepada diri mereka sendiri, dan memungkinkan mereka mampu untuk membentuk
pikiran, mencapai kepuasan, melaksanakan dorongan, dan dan disiplin mereka
sendiri.
Orang yang neurotis dianggap sebagai parasit, karena akan menggantungkan
dirinya kepada orang lain dalam memenuhi segala kepuasannya.
6.
Berfungsi
secara otonom
Kepribadian yang sehat akan mampu berdiri sendiri dan tidak terpengaruh
terhadap segala krisis. Mereka akan berfungsi secara otonom terhadap lingkungan
sosial dan fisik, serta tidak tergantung pada dunia nyata untuk memenuhi
kepuasan mereka. Karena menurut mereka, sumber dan potensi datang dari dalam
mereka sendiri, bukan dari alam. Orang yang neurotis akan sangat tergantung
dengan dunia nyata untuk pemuasan motif-motif kekurangan.
7.
Apresiasi
yang senantiasa segar
Orang yang mengaktualisasikan diri akan senantiasa menghargai setiap
peristiwa yang dialaminya, walaupun peristiwa itu berulang. Mereka akan tetap
merasa kagum, terpesona.
8.
Pengalaman-pengalaman
mistik atau puncak
Pengalaman keagamaan yang mendalam akan menimbulkan perasaan hebat, kagum,
terpesona, meluap-luap pada orang yang mengaktualisasikan diri. Orang yang
sehat akan lebih sering mengalami pengalaman puncak daripada orang-orang biasa.
9.
Minat
sosial
Orang yang mengaktualisasikan diri dapat memahami perasaan orang lain serta
memiliki keinginan untuk membantu sesama. Mereka akan merasa marah terhadap
orang yang kasar ataupun menyakitkan diri mereka, tetapi mereka akan cepat
memaafkannya.
10.
Hubungan
antarpribadi
Orang yang mengaktualisasikan diri akan memiliki hubungan yang lebih erat
dengan orang lain, walaupun jumlahnya lebih sedikit daripada hubungan
antarpribadi dari orang-orang yang tidak mengaktualisasikan diri. Mereka
memiliki keintiman, persahabatan, dan identifikasi diri yang lebih dalam.
11.
Struktur
watak demokratis
Kepribadian yang sehat akan siap mendengarkan dan belajar dari siapa saja
yang dapat mengajarkan sesuatu terhadap mereka. Mereka tidak akan
membeda-bedakan kelas sosial, tingkat pendidikan, ras, agama, politik, dan
warna kulit.
12.
Perbedaan
antara sarana dan tujuan, antara baik dan buruk
Kepribadian yang sehat akan mampu membedakana antara sarana dan tujuan
serta baik dan buruk. Orang yang neurotis akan cenderung tidak konsisten
terhadap hal etis dan terombang-ambing antara benar dan salah.
13.
Perasaan
humor yang tidak menimbulkan permusuhan
Humor pengaktualisasi diri akan menertawakan manusia pada hal yang umum,
langsung pada hal yang dituju dan menimbulkan tertawa. Orang yang
kurang sehat menertawakan tiga macam humor: humor permusuhan yang menyebabkan
seseorang merasakan sakit, humor superiroritas yang mengambil keuntungan dari
perasaan rendah diri orang lain atau kelompok dan humor pemberontakan terhadap
penguasa yang berhubungan dengan suatu situasi Oedipus atau percakapan cabul.
14.
Kreativitas
Kreativitas sering disamakan dengan daya cipta dan daya khayal yang
dimiliki anak-anak. Pada pengaktualisasi diri, kreativitas akan didapatkan
kembali dalam kehidupan. Kreativitas dilihat sebagai cara kita dalam bereaksi
terhadap dunia dan bukan mengenai hal-hal yang sudah jadi dari suatu karya
seni.
15.
Resistensi
terhadap inkulturasi
Orang yang mengaktualisasikan diri akan mampu mempertahankan otonomi, tanpa
terpengaruh kebudayaan lain.
C. Konsep Kepribadian
Abraham Maslow |
Menurut
Maslow kepribadian adalah kemampuan psikologis
seseorang untuk memenuhi dua tuntutan kebutuhan dasar manusia yakni D-needs dan B-needs yang dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya. Orang yang terpuaskan kebutuhan dasar
ternyata lebih sehat, lebih efektif, sedangkan orang yang kebutuhan dasarnya
tidak terpuaskan menunjukkan gejala psikopatologis.
Teori Abraham Maslow, tentang motivasi manusia dapat
diterapkan pada hampir di seluruh aspek kehidupan pribadi serta sosial. Maslow
juga mengatakan bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang
bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah, dan berasal dari sumber
genetik atau naluriah. Dan konsep inilah yang mendasar dan unik bagi teori
Maslow. Maslow menjadi terkenal karena teori motivasinya, yang dituangkan dalam
bukunya “Motivation and Personality”.
Dalam buku tersebut diuraikan bahwa pada manusia terdapat lima macam kebutuhan
yang berhierarki, meliputi:
a. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs)
Yang mendasar pada teori Maslow adalah pendapatnya tentang
kebutuhan fisiologis atau yang biasa disebut dengan kebutuhan biologis. Dimana kebutuhan
ini adalah kebutuhan yang paling kuat dan paling jelas diantara
kebutuhan-kebutuhan yang lainnya, yaitu kebutuhan mempertahankan hidupnya
secara fisik diantaranya adalah: kebutuhan akan makan, minum, tempat tidur,
seks dan oksigen.
Maslow mengatakan seseorang yang belum terpenuhi kebutuhan
dasarnya, maka ia akan terlebih dulu memburu kebutuhan dasarnya itu sebelum
beranjak kepada kebutuhan lainnya. Maslow mengemukakan bahwa manusia adalah
binatang yang berhasrat dan jarang mencapai taraf kepuasan yang sempurna,
kecuali untuk saat yang tebatas. Apabila suatu hasrat telah terpuasakan, maka
hasrat lain muncul sebagai penggantinya.
b. Kebutuhan akan rasa aman (the safety needs / the security
needs)
Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis dapat terpenuhi, maka
akan muncul kebutuhan baru yang oleh Maslow disebut dengan kebutuhan akan rasa
aman. Karena kebutuhan rasa aman biasanya terpuaskan pada orang dewasa yang
normal dan sehat, maka cara yang terbaik untuk mengetahui kebutuhan tersebut
adalah dengan mengamati tingkah laku orang dewasa yang mengalami gangguan (neurotic). Maslow mengatakan bahwa
orang dewasa yang tidak aman, maka ia akan bertingkah laku seperti anak-anak
yang tidak aman, ia akan merasa dalam keadaan terancam, disamping itu ia akan
bertindak seakan-akan dalam keadaan darurat.
Kebutuhan ini sangat penting bagi setiap orang baik anak,
remaja, maupun dewasa. Pada anak kebutuhan akan rasa aman ini nampak dengan
jelas, sebab mereka suka mereaksi secara langsung terhadap sesuatu yang
mengancam dirinya. Agar kebutuhan anak akan rasa aman ini terpenuhi, maka perlu
diciptakan iklim kehidupan yang memberi kebebesan untuk berekspresi. Namun
pemberian kebebasan untuk berekspresi atau berperilaku itu perlu bimbingan dari
orang tua, karena anak belum memiliki kemampuan untuk mengarahkan perilakunya
secara cepat dan benar. Pada orang dewasa, kebutuhan ini memotivasinya untuk
mencari kerja, menjadi peserta asuransi, atau menabung uang. Orang dewasa yang sehat
mentalnya, ditandai dengan perasaan aman, bebas dari rasa takut dan cemas.
Sementara yang tidak sehat ditandai dengan perasaan seolah-olah selalu dalam
keadaan terancam bencana besar.
Cinta, sebagaimana kata itu digunakan oleh Maslow, tidak
boleh dikacaukan dengan seks, yang dapat dipadankan dengan sebagai kebutuhan
fisiologi semata. Ia mengatakan bahwa “tingkah laku seksual ditentukan oleh
banyak kebutuhan, bukan hanya kebutuhan seksual melainkan oleh kebutuhan lain,
yang utama diantaranya adalah kebutuhan akan cinta dan kasih sayang.” Maslow
menyukai rumusan yang dikemukakan oleh Carl Roges tentang cinta, yaitu “keadaan
dimengerti secara mendalam dan diterima dengan dengan sepenuh hati.”
Maslow juga mengemukakan bahwa tanpa cinta pertumbuhan dan
perkembangan manusia akan terhambat. Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu
hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling
percaya. Dalam hubungan yang sejati tidak akan ada rasa takut, sering kali
cinta akan rusak apabila salah satu pihak merasa takut kalau-kalau kelemahan
dan kesalahan akan terungkap. Maslow mengatakan juga, “kebutuhan akan cinta
meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima adalah sama-sama penting
dalam membangun hubungan dengan orang lain.”
d. Kebutuhan akan penghargaan diri (the self-esteem needs)
Pada tahap selanjutnya, kita membutuhkan penghargaan diri.
Maslow mencatat dua versi mengenai kebutuhan penghargaan, penghargaan terhadap
diri sendiri dan penghargaan
yang berasal dari orang lain. Penghargaan terhadap diri sendiri meliputi
kebutuhan akan kepercayaan diri, kecukupan, kompetensi, penguasaan, prestasi,
ketidaktergantungan, dan kebebasan. Sedangkan, pengharhaan dari orang lain
meliputi pengakuan, penerimaan, prestise, perhatian, kedudukan, penghargaan,
serta nama baik.
e. Kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs)
Tingkatan terakhir dari kebutuhan adalah aktualisasi diri.
Maslow menggunakan berbagai istilah untuk menyebutkan tingkatan ini. Maslow
menyebutnya pertumbuhan motivasi, karena kebutuhan aktualisasi diri adalah
B-needs (B-being), berbeda dengan
D-needs. Kebutuhan aktualisasi adalah kebutuhan yang tidak melibatkan
keseimbangan atau homeostatis, tetapi melibatkan keinginan yang terus-menerus
untuk memenuhi potensi, untuk menjadi semua yang kita bisa.
Tingkatan segala kebutuhan ini merupakan suatu kesatuan yang
tidak dapat terpisahkan, walaupun pada hakikatnya kebutuhan fisiologis
merupakan faktor yang dominan untuk kelangsungan hidup manusia.
Dalam penelitiannya mengenai orang yang mencapai aktualisasi
diri, Maslow menggunakan metode kualitatif yang disebut analisis biografi untuk
mengetahui aktualisasi diri seseorang. Orang-orang yang mencapai aktualisasi
diri juga memiliki cara yang berbeda berhubungan dengan orang lain. Mereka
menikmati kesendirian, dan merasa nyaman dengan kesendiriannya, mereka juga menikmati
hubungan pribadi dengan beberapa teman dekat dan anggota keluarga secara
mendalam.
Daftar Pustaka
Feist, J.,
& Feist, G. J. (2010). Theories of
personality (7th ed.). Boston: Mc. GrawHill.
Riyanto, T.
(2006). Jadikan dirimu bahagia.
Yogyakarta: PT Kanisius.
Schultz, D.
(1991). Psikologi pertumbuhan.
Yogyakarta: PT Kanisius.
Supratiknya.
(1987). Mahzab ketiga. Yogyakarta: PT
Kanisius.
0 komentar:
Posting Komentar