Subscribe:

Pages

Senin, 11 April 2016

Perkembangan Kesehatan Mental, Kepribadian Sehat, dan Konsep Kepribadian Menurut Maslow

A. Perkembangan Kesehatan  Mental


Individu yang memiliki kepribadian matang akan memiliki penghargaan yang sehat terhadap dirinya sendiri, tidak bergantung pada orang lain (inferiority). Penghargaan yang diterima dari orang lain merupakan sesuatu yang memang layak untuk diterimanya. Mereka tidak membutuhkan ketenaran atau kemasyhuran yang kosong (semu), memiliki mental yang kokoh serta kontrol diri yang baik, mampu menerima kelemahan dan kesalahan diri dengan sikap positif.

Individu yang memiliki kesehatan secara psikologis memiliki sifat sangat mandiri dan mencintai orang lain, memiliki keinginan yang sehat untuk perluasan diri dan mereka banyak dikendalikan oleh perintah-perintah bathin, oleh fitrah sendiri, oleh kebutuhan alamiah, daripada  oleh masyarakat atau lingkungannya. Kepribadian yang sehat akan menemukan kebahagiaan dalam membantu orang lain serta tidak mengalami kebingungan untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Perkembangan psikologis manusia yang bisa mencapai being needs ternyata jumlahnya tidak banyak, hanya 2% dari populasi. Manusia yang mencapai being needs bisa membedakan mana yang pura-pura dan mana yang nyata. Melihat persoalan kehidupan sebagai suatu yang harus dicari jalan keluarnya bukan sebagai takdir pribadi yang harus diterima dan pasrah. Memiliki persepsi yang berbeda mana yang dipakai sebagai alat  dan mana tujuan. Memiliki cara yang berbeda dalam bergaul dengan orang lain. 
        

B. Kepribadian Sehat 


Ciri dari kepribadian sehat adalah mampu mengaktualisasikan diri dengan baik, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.

Individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah – masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.

Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2: yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).

            Ciri-ciri orang yang mengaktualisasikan diri :

1.                   Mengamati realitas secara efisien

Orang yang sehat akan memandang objek dan orang-orang di dunia dengan apa adanya, atau dapat dikatakan secara objektif. Sedangkan orang yang tidak sehat akan memandang segala sesuatu yang ada di dunia melalui kacamata mereka sendiri, mereka akan mencocokkannya sesuai dengan keinginan mereka sendiri, atau dapat dikatakan secara subjektif.

2.                   Penerimaan umum atas kodrat, orang-orang lain dan diri sendiri

Kepribadian yang sehat akan mampu menerima dan bersabar atas segala kekurangan yang dimiliki dirinya sendiri, orang lain, maupun spesies lainnya. Mereka tidak akan merasa malu, bersalah, apalagi memalsukan dirinya sendiri. Sebaliknya, orang yang neurotis akan dihantui dengan rasa malu dan bersalah atas segala kelemahan ataupun kekurangan yang ia miliki. 

3.                   Spontanitas, kesederhanaan, kewajaran

Pengaktualisasian diri dalam bertingkah lagu dilakukan secara wajar, jujur, bijaksana, dan penuh perhatian terhadap orang lain. Mereka akan bertingkah laku sesuai dengan kodrat mereka. Sedangkan, orang yang neurotis akan memalsukan dirinya, agar terhindar dari rasa malu dan bersalah.

4.                   Fokus pada masalah-masalah di luar diri mereka

Orang yang mengaktualisasikan dirinya akan mencintai pekerjaannya sendiri dan merasa cocok terhadap pekerjaannya. Mereka akan menghabiskan energinya dalam pekerjaan tersebut, serta mempunyai dedikasi yang tinggi pada pekerjaan, sehingga dapat memenuhi metakebutuhan-metakebutuhan. Dalam melakukan pekerjaan, mereka akan mengembangkan segala potensi yang dimiliki dan tidak terlalu mengharapkan keuangan, popularitas ataupun kekuasaan.

5.                   Kebutuhan akan privasi dan independensi

Orang yang mengaktualisasikan diri tidak akan bergantung pada orang lain dalam memuaskan segala kepuasan-kepuasan mereka, yang demikian akan menjauhkan diri mereka dengan orang lain. Tingkah laku dan perasaan mereka akan terarah kepada diri mereka sendiri, dan memungkinkan mereka mampu untuk membentuk pikiran, mencapai kepuasan, melaksanakan dorongan, dan dan disiplin mereka sendiri.

Orang yang neurotis dianggap sebagai parasit, karena akan menggantungkan dirinya kepada orang lain dalam memenuhi segala kepuasannya.

6.                   Berfungsi secara otonom

Kepribadian yang sehat akan mampu berdiri sendiri dan tidak terpengaruh terhadap segala krisis. Mereka akan berfungsi secara otonom terhadap lingkungan sosial dan fisik, serta tidak tergantung pada dunia nyata untuk memenuhi kepuasan mereka. Karena menurut mereka, sumber dan potensi datang dari dalam mereka sendiri, bukan dari alam. Orang yang neurotis akan sangat tergantung dengan dunia nyata untuk pemuasan motif-motif kekurangan.

7.                   Apresiasi yang senantiasa segar

Orang yang mengaktualisasikan diri akan senantiasa menghargai setiap peristiwa yang dialaminya, walaupun peristiwa itu berulang. Mereka akan tetap merasa kagum, terpesona.

8.                   Pengalaman-pengalaman mistik atau puncak

Pengalaman keagamaan yang mendalam akan menimbulkan perasaan hebat, kagum, terpesona, meluap-luap pada orang yang mengaktualisasikan diri. Orang yang sehat akan lebih sering mengalami pengalaman puncak daripada orang-orang biasa.

9.                   Minat sosial

Orang yang mengaktualisasikan diri dapat memahami perasaan orang lain serta memiliki keinginan untuk membantu sesama. Mereka akan merasa marah terhadap orang yang kasar ataupun menyakitkan diri mereka, tetapi mereka akan cepat memaafkannya.

10.               Hubungan antarpribadi

Orang yang mengaktualisasikan diri akan memiliki hubungan yang lebih erat dengan orang lain, walaupun jumlahnya lebih sedikit daripada hubungan antarpribadi dari orang-orang yang tidak mengaktualisasikan diri. Mereka memiliki keintiman, persahabatan, dan identifikasi diri yang lebih dalam.

11.               Struktur watak demokratis

Kepribadian yang sehat akan siap mendengarkan dan belajar dari siapa saja yang dapat mengajarkan sesuatu terhadap mereka. Mereka tidak akan membeda-bedakan kelas sosial, tingkat pendidikan, ras, agama, politik, dan warna kulit.

12.               Perbedaan antara sarana dan tujuan, antara baik dan buruk

Kepribadian yang sehat akan mampu membedakana antara sarana dan tujuan serta baik dan buruk. Orang yang neurotis akan cenderung tidak konsisten terhadap hal etis dan terombang-ambing antara benar dan salah.

13.               Perasaan humor yang tidak menimbulkan permusuhan

Humor pengaktualisasi diri akan menertawakan manusia pada hal yang umum, langsung pada hal yang dituju dan menimbulkan tertawa. Orang yang kurang sehat menertawakan tiga macam humor: humor permusuhan yang menyebabkan seseorang merasakan sakit, humor superiroritas yang mengambil keuntungan dari perasaan rendah diri orang lain atau kelompok dan humor pemberontakan terhadap penguasa yang berhubungan dengan suatu situasi Oedipus atau percakapan cabul.

14.          Kreativitas

Kreativitas sering disamakan dengan daya cipta dan daya khayal yang dimiliki anak-anak. Pada pengaktualisasi diri, kreativitas akan didapatkan kembali dalam kehidupan. Kreativitas dilihat sebagai cara kita dalam bereaksi terhadap dunia dan bukan mengenai hal-hal yang sudah jadi dari suatu karya seni.

15.          Resistensi terhadap inkulturasi

Orang yang mengaktualisasikan diri akan mampu mempertahankan otonomi, tanpa terpengaruh kebudayaan lain. 


C. Konsep Kepribadian 


Abraham Maslow
Teori kepribadian Abraham Maslow sering disebut juga dengan teori humanistik, teori personal, kekuatan ketiga dalam psikologi, kekuatan keempat dalam kepribadian, teori kebutuhan, dan teori aktualisasi diri. Namun, Maslow menyebutnya dengan teori holistik-dinamis karena merupakan keseluruhan dari seseorang yang selalu termotivasi oleh satu atau lebih kebutuhan dan orang mempunyai potensi untuk tumbuh menuju kesehatan psikologis, yaitu aktualisasi diri. Agar dapat meraih aktualisasi diri, maka manusia harus memenuhi kebutuhannya terlebih dahulu dimulai dari tingkatan yang paling mendasar, yaitu kebutuhan fisiologis dan terus-menerus naik ke tingkatan yang lebih tinggi hingga mencapai aktualisasi diri. Maslow percaya bahwa setiap orang mampu untuk mengaktualisasi diri, jika belum mampu mencapai level tertinggi ini, disebabkan  karena kebutuhan di level yang lebih rendah belum dapat terpenuhi.

Menurut Maslow kepribadian adalah kemampuan psikologis  seseorang untuk memenuhi dua tuntutan kebutuhan dasar manusia yakni D-needs dan B-needs yang dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya.  Orang yang terpuaskan kebutuhan dasar ternyata lebih sehat, lebih efektif, sedangkan orang yang kebutuhan dasarnya tidak terpuaskan menunjukkan gejala psikopatologis.

Teori Abraham Maslow, tentang motivasi manusia dapat diterapkan pada hampir di seluruh aspek kehidupan pribadi serta sosial. Maslow juga mengatakan bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah, dan berasal dari sumber genetik atau naluriah. Dan konsep inilah yang mendasar dan unik bagi teori Maslow. Maslow menjadi terkenal karena teori motivasinya, yang dituangkan dalam bukunya “Motivation and Personality”. Dalam buku tersebut diuraikan bahwa pada manusia terdapat lima macam kebutuhan yang berhierarki, meliputi:


a.      Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs)
Yang mendasar pada teori Maslow adalah pendapatnya tentang kebutuhan fisiologis atau yang biasa disebut dengan kebutuhan biologis. Dimana kebutuhan ini adalah kebutuhan yang paling kuat dan paling jelas diantara kebutuhan-kebutuhan yang lainnya, yaitu kebutuhan mempertahankan hidupnya secara fisik diantaranya adalah: kebutuhan akan makan, minum, tempat tidur, seks dan oksigen.

Maslow mengatakan seseorang yang belum terpenuhi kebutuhan dasarnya, maka ia akan terlebih dulu memburu kebutuhan dasarnya itu sebelum beranjak kepada kebutuhan lainnya. Maslow mengemukakan bahwa manusia adalah binatang yang berhasrat dan jarang mencapai taraf kepuasan yang sempurna, kecuali untuk saat yang tebatas. Apabila suatu hasrat telah terpuasakan, maka hasrat lain muncul sebagai penggantinya.

b.      Kebutuhan akan rasa aman (the safety needs / the security needs)

Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis dapat terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan baru yang oleh Maslow disebut dengan kebutuhan akan rasa aman. Karena kebutuhan rasa aman biasanya terpuaskan pada orang dewasa yang normal dan sehat, maka cara yang terbaik untuk mengetahui kebutuhan tersebut adalah dengan mengamati tingkah laku orang dewasa yang mengalami gangguan (neurotic). Maslow mengatakan bahwa orang dewasa yang tidak aman, maka ia akan bertingkah laku seperti anak-anak yang tidak aman, ia akan merasa dalam keadaan terancam, disamping itu ia akan bertindak seakan-akan dalam keadaan darurat.

Kebutuhan ini sangat penting bagi setiap orang baik anak, remaja, maupun dewasa. Pada anak kebutuhan akan rasa aman ini nampak dengan jelas, sebab mereka suka mereaksi secara langsung terhadap sesuatu yang mengancam dirinya. Agar kebutuhan anak akan rasa aman ini terpenuhi, maka perlu diciptakan iklim kehidupan yang memberi kebebesan untuk berekspresi. Namun pemberian kebebasan untuk berekspresi atau berperilaku itu perlu bimbingan dari orang tua, karena anak belum memiliki kemampuan untuk mengarahkan perilakunya secara cepat dan benar. Pada orang dewasa, kebutuhan ini memotivasinya untuk mencari kerja, menjadi peserta asuransi, atau menabung uang. Orang dewasa yang sehat mentalnya, ditandai dengan perasaan aman, bebas dari rasa takut dan cemas. Sementara yang tidak sehat ditandai dengan perasaan seolah-olah selalu dalam keadaan terancam bencana besar.

c.       Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki (the love and belongingness needs)

Cinta, sebagaimana kata itu digunakan oleh Maslow, tidak boleh dikacaukan dengan seks, yang dapat dipadankan dengan sebagai kebutuhan fisiologi semata. Ia mengatakan bahwa “tingkah laku seksual ditentukan oleh banyak kebutuhan, bukan hanya kebutuhan seksual melainkan oleh kebutuhan lain, yang utama diantaranya adalah kebutuhan akan cinta dan kasih sayang.” Maslow menyukai rumusan yang dikemukakan oleh Carl Roges tentang cinta, yaitu “keadaan dimengerti secara mendalam dan diterima dengan dengan sepenuh hati.”

Maslow juga mengemukakan bahwa tanpa cinta pertumbuhan dan perkembangan manusia akan terhambat. Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling percaya. Dalam hubungan yang sejati tidak akan ada rasa takut, sering kali cinta akan rusak apabila salah satu pihak merasa takut kalau-kalau kelemahan dan kesalahan akan terungkap. Maslow mengatakan juga, “kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima adalah sama-sama penting dalam membangun hubungan dengan orang lain.”

d.      Kebutuhan akan penghargaan diri (the self-esteem needs)

Pada tahap selanjutnya, kita membutuhkan penghargaan diri. Maslow mencatat dua versi mengenai kebutuhan penghargaan, penghargaan terhadap diri sendiri dan penghargaan yang berasal dari orang lain. Penghargaan terhadap diri sendiri meliputi kebutuhan akan kepercayaan diri, kecukupan, kompetensi, penguasaan, prestasi, ketidaktergantungan, dan kebebasan. Sedangkan, pengharhaan dari orang lain meliputi pengakuan, penerimaan, prestise, perhatian, kedudukan, penghargaan, serta nama baik.

e.      Kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs)

Tingkatan terakhir dari kebutuhan adalah aktualisasi diri. Maslow menggunakan berbagai istilah untuk menyebutkan tingkatan ini. Maslow menyebutnya pertumbuhan motivasi, karena kebutuhan aktualisasi diri adalah B-needs (B-being), berbeda dengan D-needs. Kebutuhan aktualisasi adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan atau homeostatis, tetapi melibatkan keinginan yang terus-menerus untuk memenuhi potensi, untuk menjadi semua yang kita bisa.

Tingkatan segala kebutuhan ini merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan, walaupun pada hakikatnya kebutuhan fisiologis merupakan faktor yang dominan untuk kelangsungan hidup manusia.
Dalam penelitiannya mengenai orang yang mencapai aktualisasi diri, Maslow menggunakan metode kualitatif yang disebut analisis biografi untuk mengetahui aktualisasi diri seseorang. Orang-orang yang mencapai aktualisasi diri juga memiliki cara yang berbeda berhubungan dengan orang lain. Mereka menikmati kesendirian, dan merasa nyaman dengan kesendiriannya, mereka juga menikmati hubungan pribadi dengan beberapa teman dekat dan anggota keluarga secara mendalam.

Daftar Pustaka


Feist, J., & Feist, G. J. (2010). Theories of personality (7th ed.). Boston: Mc. GrawHill.

Riyanto, T. (2006). Jadikan dirimu bahagia. Yogyakarta: PT Kanisius.

Schultz, D. (1991). Psikologi pertumbuhan. Yogyakarta: PT Kanisius.

Supratiknya. (1987). Mahzab ketiga. Yogyakarta: PT Kanisius. 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates