Subscribe:

Pages

Senin, 11 April 2016

Perkembangan Kesehatan Mental, Kepribadian Sehat, dan Konsep Kepribadian Menurut Allport

A. Perkembangan Kesehatan Mental 


Perkembangan kepribadian sehat menurut Allport tidak sejelas perkembangan diri yang dikemukakannya.

Allport menjelaskan betapa pentingnya hubungan antara ibu dan anak. Hubungan yang penuh kasih sayang, kehangatan, keintiman, perhatian, akan menimbulkan pertumbuhan psikologis yang positif anak. Maka, anak akan membentuk suatu identitas dan gambaran diri yang luas. Selama masa remaja, perkembangan proprium akan terbentuk menjadi frame of reference dan dorongan bagi pertumbuhan yang akan datang.



Jika anak tidak mendapatkan kasih sayang. Kehangatan, keintiman, perhatian, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang agresif, suka menuntut, dengki, egosentris, dan pertumbuhan psikologinya berkurang. Selama dewasa, ia akan didorong oleh konflik anak-anak dan bisa menyebabkan penyakit kejiwaan. 

B. Kepribadian Sehat 



Gordon W. Allport memiliki pandangan yang betolak belakang dengan konsep kepribadian dari Sigmund Freud, kepribadian Allport memusatkan perhatian pada kepribadian sehat daripada kepribadian neurotis. Menurut Allport, kepribadian sehat tidak berdasarkan kekuatan-kekuatan tak sadar ataupun pengalaman masa kanak-kanak. Allport berpendapat setiap manusia memiliki motivasi yang didorong oleh rencana-rencana atau intensi-intensi untuk masa depan, bukan di dorong oleh kekuatan di masa lampau. Tujuan ini memberikan pedoman untuk memahami tingkah laku manusia. Allport menulis, “Memiliki tujuan-tujuan jangka panjang yang dilihat sebagai pusat dari kehidupan pribadi seseorang, membedakan manusia dari binatang, orang dewasa dari anak-anak, dan dalam banyak hal kepribadian yang sehat dari kepribadian yang sakit.”

Kodrat intensional pada kepribadian yang sehat memiliki perjuangan ke arah masa depan untuk mempersatukan dan mengintegrasikan seluruh kepribadian. Kepribadian dapat menjadi utuh dari semua segi dalam mencapai tujuan-tujuan dan intensi-intensi, walaupun seseorang ditimpa konflik. Maksud dan tujuan jangka panjang dapat terpisah-pisah dan tak berhubungan yang akan terjadi pada orang-orang neurotis. Kodrat intensional Allport memiliki pandangan yang berbeda dengan teori Freud, dalam pandangan Allport manusia di dorong oleh tegangan yang berlebihan sehingga mereka terus-menerus didorong untuk mereduksinya.

Manusia yang sehat suka terhadap hal-hal baru, seperti sensasi, tantangan, berspekulasi, mengambil risiko, dan mereka tidak suka terhadap rutinitas. Dengan melakukan hal baru ini, maka akan menimbulkan tegangan dan manusia pun dapat tumbuh.

Orang yang sehat memiliki orientasi ke masa depan yang dapat mempersatukan kepribadian dan mengakibatkan ketegangan bertambah. Ternyata, kebahagiaan bukanlah tujuan dari orang yang sehat dan tidak menjadi pertimbang utama, tetapi hasil sampingan dari integrasi dalam mengejar aspirasi dan tujuan. Menurut Allport, kepribadian yang sehat tidak hanya dilihat dari dari sehatnya jasmani dan rohani, ternyata orang yang memiliki kesedihan dapat dikategorikan sebagai kepribadian yang sehat.

Tujuan yang tidak tercapai sepenuhnya ternyata merupakan suatu keuntungan, karena dengan begitu kita akan mengembangkan cara baru untuk menggantikan cara lama dalam mencapai tujuan. Jadi, kita akan memiliki pengalaman yang lebih bervariasi. Prinsip yang tidak cocok lagi, disebut sebagai “prinsip pengatur tingkat energi”. Orang yang sehat harus terus-menerus mempunyai motif, daya hidup dan impian untuk menghabiskan energinya.

 Selain prinsip pengatur tingkat energi, juga terdapat “prinsip penguasaan dan kemampuan”, kepribadian yang sehat akan menggunakan usaha maksimal dalam memuaskan motif-motif mereka. Orang yang sehat memiliki dorongan yang bersifat konstruktif , makan akan secara aktif dalam mengejar tujuan, impian, dan harapan. Orang yang sehat akan selalu memiliki pandangan ke depan.


Allport merumuskan tujuh kriteria kepribadian yang sehat :

1.              Perluasan perasaan diri

Pada awalnya diri hanya berpusat pada individu, kemudian diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan cita-cita yang abstrak. Karena ketika diri berkembangan akan dapat menjangkau banyak orang maupun benda, dapat berpartisipasi dan melakukan kegiatan dalam jangka yang luas. Semakin seseorang terlibat dalam berbagai aktivitas, maka semakin sehat secara psikologis. Jadi, kepribadian yang matang dapat mengembangkan perhatian ke luar diri.

2.              Hubungan diri yang hangat dangan orang lain

Allport mengkategorikan dua macam kehangatan dalam berhubungan dengan orang lain: kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu.

Orang yang sehat memiliki keintiman terhadap orang tua, anak, teman, pasangan, dan sebagainya. Mereka memiliki identitas diri yang terus berkembang.

Pada orang yang neurotis, mereka akan lebih banyak menerima keintiman daripada memberi, apabila mereka memberi, maka mereka akan memberikan syarat, sedangkan kepribadian yang sehat akan memberi tanpa syarat.

Perasaan terharu merupakan kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Orang yang sehat akan mampu memahami perasaan orang lain, penyabar, tidak akan menghukum jika orang berbuat salah, dan mampu menerima kekurangan orang lain, orang neurotis akan bersikap sebaliknya.

3.              Keamanan emosional

Penerimaan diri merupakan aspek penting pada kepribadian sehat, mereka akan mampu menerima kelemahan dan kekurangan tersebut. Mereka juga akan mampu menerima dan mengontrol emosi-emosi manusia serta tidak mengganggu aktivitas antarpribadi.

4.              Persepsi realitstis

Kemampuan memandang orang lain, objek, dan situasi secara objektif.

5.              Keterampilan dan tugas

Orang yang sehat mampu menggunakann keterampilan secara ikhlas, antusias, mampu menempatkan diri sepenuhnya pada pekerjaan dengan penuh dedikasi serta komitmen.

6.              Pemahaman diri

Orang yang memiliki tingkat pemahaman diri yang tinggi tidak mungkin memproyeksikan kualitas kepribadiannya yang negatif kepada orang lain. Orang itu akan berbuat adil dan dapat diterima dengan baik oleh orang lain. Orang yang memiliki wawasan diri yang baik akan lebih cerdas.

7.              Filsafat hidup yang mempersatukan

Memiliki pandangan ke depan akan memberikan pengaruh terhadap kepribadian seseorang. Orang yang sehat tentunya akan melihat ke depan, yang didorong oleh tujuan-tujuan dan rencana-rencana jangka panjang. Menurut Allport, dorongan yang mempersatukan adalah arah (directness), dan lebih terlihat pada kepribadian yang sehat daripada orang yang neorotis. Arah akan membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu tujuan serta memberikan seseorang alasan untuk hidup. Orang yang sehat akan memiliki nilai-nilai yang kuat, jelas, dan bersifat tetap.

C. Konsep Kepribadian


Gordon Williard Allport

Pada teorinya, Allport menekankan pada keunikan individual, ia yakin bahwa dengan mendeskripsikan manusia dengan sifat yang umum akan merampas keunikan individual mereka. Kajian Allport yang mendalam mengenai individu konsisten dengan penekanannya atas keunikan dari setiap manusia. Menurut Allport, pengertian kepribadian merujuk pada kaya persona, yaitu topeng yang digunakan dalam drama Yunani Kuno oleh aktor-aktor Romawi selama abad pertama atau kedua sebelum masehi. Menurut Allport, kepribadian adalah, “organisasi dinamis dari sistem psikofisik individu yang menentukan caranya yang khas untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.”

Allport memilih setiap frasa yang digunakan dalam definisinya denga hati-hati agar dapat menyampaikan dengan tepat apa yang ingin dikatakannya. Istilak organisasi yang dinamis menandalkan adanya keterkaitan dari beragam aspek kepribadian. Kepribadian merupakan suatu yang terorganisasi dan terpola. Kepribadian bukanlah organisasi yang statis, namun terus berkembang dan berubah. Istilah psikofisik menekankan pada pentingnya aspek psikologis maupun aspek fisik dari kepribadian.

Kata lain yang digunakan dalam definisi yang mengimplikasikan tindakan adalah menentukan, yang memberikan gagasan bahwa “kepribadian adalah sesuatu dan melakukan sesuatu.” Kepribadian tidak sekedar topeng yang kita gunakan, namun merujuk pada individu dibalik tampilan luarnya.

Melalui karakteristik, Allport berharap untuk mengimplikasikan individual atau khas. Semua manusia memberikan ukiran yang khas pada tiap kepribadian mereka, serta karakteristik perilaku dan pikiran mereka berbeda satu sama lain.

Definisi komprehensif Allport atas kepribadian memberikan gagasan bahwa manusia adalah produk dan proses. Manusia memiliki struktur organisasi, sementara pada saat bersamaan, mereka memproses kemampuan untuk berubah. Pola hadir bersama denga pertumbuhan, sedangkan aturan dengan diversifikasi.

Kesimpulannya, kepribadian meliputi sistem fisik dan psikologis, mencakup perilaku yang tnampak dan pikiran yang abstrak, tidak  hanya merupakan sesuatu, tetapi melakukan sesuatu. Kepribadian adalah substansi dan perubahan, produk, proses, serta struktur dan perkembangan.

Struktur kepribadian


Menurut Allport struktur terpenting dalam mendeskripsikan orang dalam konteks individual disebut disposisi personal. Allport sangat membedakan antara sifat umum dan sifat individual. Sifat umum memberikan gambaran cara hidup manusia dalam suatu budaya dan dapat dibandingkan dengan masyarakat lain, singkatnya ciri general yang dimiliki kebanyakan orang.

Adapun tingkatan dalam disposisi personal adalah :

a.              Disposisi pokok

Karakteristik yang mendominasi pada individu dan bersifat mengatur. Hampir setiap tindakan pada hidup seseorang berkutat di sekitar disposisi pokok. Tidak semua orang mempunyai disposisi pokok, beberapa orang yang memilikinya dikenal dengan karakteristik individual.

b.              Disposisi sentral

Semua orang mempunyai beberapa disposisi sentral yang mencakup 5-10 karakteristik paling menonjol dimana hidup seseorang terfokus di sekitarnya.

c.              Disposisi sekunder

Disposisi ini lebih banyak dalam hal kuantitas daripada disposisi sentral, dan konsepnya pun lebih abstrak. Disposisi ini bertanggung jawab atas perilaku spesifik seseorang.


Perkembangan proprium

Prompium merupakan salah satu syarat untuk menjadi pribadi yang sehat. Proprium tidak dibawa sejak lahir, tetapi berkembang dari masa bayi sampai masa remaja yang terdiri dari tujuh tingkatan :

1.              Diri jasmaniah

Sejak dilahirkan bayi tidak dapat membedakan antara “saya” dan dunia di sekitarnya. Namun, berjalan dengan seiringnya proses belajar dan pengalaman yang didapatkan, lambat laun ia akan mengerti makna antara saya dan sesuatu yang berada di luar dirinya. Pada usia 15 bulan, muncullah tingkat pertama perkembangan proprium diri jasmaniah.

2.              Identitas diri

Anak-anak membuktikan dan menemukan identitas mereka tetap terlepas dari perubahan di lingkungan mereka.

3.              Harga diri

Pada tahap ketiga ini anak memuaskan segala rasa ingin tahunya terhadap segala sesuatu. Maka, ia akan belajar banyak hal dan merasa bangga apabila hasil belajarnya tersebut memuaskan. Apabila, pada tahap ini orang tua tidak bisa memuaskan rasa ingin tahu anak, maka anak akan marah dan merasa terhina.

4.              Perluasan diri (self extension)

Pada umur 4 tahun anak memasuki tahap keempat ini. Ia merasa bahwa sebagian dari sesuatu yang ada di lingkungannya adalah kepunyaan mereka.

5.              Gambaran diri

Gambaran diri diperoleh saat anak berinteraksi dengan orang tua. Saat orang tua menerapkan prinsip rewand and punishment, maka anak akan belajar mengenai sesuatu hal yang boleh dilakukan serta hal yang tidak boleh dilakukan.

6.              Diri sebagai pelaku rasional

Setelah memasuki usia sekolah, anak mulai mengaplikasikan alasan dan pengetahuan untuk mencapai solusi terhadap masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari, pengetahuan tersebut diperoleh dari guru-guru dan teman-temannya di sekolah.

7.              Perjuangan proprium (propriate striving)

Memasuki masa remaja, maka tujuan mereka adalah mencari identitas diri. Pertanyaan seperti, “siapakah saya?” menjadi suatu hal yang sangat penting dan perlu dicari tahu jawabannya. Masa remaja ini sangat menentukan bagi individu, maka mereka akan membentuk suatu tujuan dan rencana untuk menentukan hidupnya. 

Daftar Pustaka

    
Feist, J., & Feist, G. J. (2010). Theories of personality (7th ed.). Boston: Mc. GrawHill.

Schultz, D. (1991). Psikologi pertumbuhan. Yogyakarta: PT Kanisius.

Sunaryo. (2004). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Widyarini, N. (2009). Kepribadian sehat: Kunci pengembangan diri. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates