1.
Definisi Kepemimpinan
Kepemimpinan berasal dari Bahasa Inggris, “leader”
yang memiliki arti pemimpin atau tokoh. Selain itu pemimpin juga memiliki arti
secara luas meliputi proses mempengaruhidalam menentukan tujuan organisasi,
memotivasi perilaku pengikut atau anggota untuk mencapai tujuan, mempengaruhi
untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Pengertian dari kepemimpinan memiliki banyak
sekali pendapat dari para ahli, hal ini dikarenakan setiap orang memandang
pemimpin dari sudut pandang yang berbeda-beda. Seorang pemimpin memberikan
pengaruh kepada anggota atau bawahan yang dipimpinnya. Setiap anggota tentunya
mendapatkan pengaruh yang berbeda-beda karena pada dasarnya setiap orang
memiliki cara pandang yang berbeda.
Teori tentang kepemimpinan selalu mengalami
perubahan dari masa ke masa. Hal ini dipengaruhi oleh cara pikir orang yang
selalu berkembang sehingga pemahaman atau pengertian dari kepemimpinan selalu
berkembang. Pada dasarnya semua pengertian memiliki kekurangan dan kelebihan
karena disesuaikan dengan situasi dan masalah yang dihadapi.
Teori yang pertama berkembang hingga tahun
1940-an, yaitu teori kepimpinan yang didasarkan pada teori sifat. Pada teori
ini seorang pemimpin haruslah memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan yang
bukan pemimpin. Sifat yang dimiliki seorang pemimpin misalnya ambisi dan erergi,
keinginan untuk memimpin, kejujuran dan integritas, rasa percaya diri dan
lain-lain. Menurut teori ini sifat seseorang merupakan bawaan dari lahir
sehingga seseorang yang tidak memiliki sifat kepemimpinan tidak dapat menjadi
pemimpin yang baik.
Selanjutnya pada tahun 1940-an hingga 1960-an
berkembang teori kepemimpinan berdasarkan pada teori tingkah laku. Pada teori
ini tingkah laku seorang pemimpin berbeda dengan tingkah laku bawahanya atau
anggotanya yang bukan pemimpin. Berdasarkan teori tingkah laku seorang pemimpin
dapat diajarkan sehingga untuk menjadi pemimpin yang baik hanya perlu berusaha
dan berlatih secara terus-menerus.
Teori kepemimpinan yang berkembang antara
tahun 1960-an sampai tahun 1970-an teori kemungkinan. Teori ini juga bisa
disebut teori situasional, karena keberhasilan seorang pemimpin tidak
berdasarkan sifat atau tingkah laku akan tetapi dipengaruhi oleh situasi
tertentu. Sehingga setiap situasi memerlukan cara atau gaya yang berbeda-beda
untuk mengatasinya.
Antara tahun 1970-an hingga tahun 2000-an
berkembang teori kepemimpinan mutakhir, seperti teori kepemimpinan atribusi,
teori kepemimpinan karismatik dan teori kepemimpinan transformasional atau
kepemimpinan transaksional. Teori atribusi menyatakan bahwa kepemimpinana
hanyalah sebuah atribusi yang dibuat oleh orang (bawahan atau anggota) kepada
orang lain (pemimpin). Teori kepemimpinan karismatik menyatakan bahwa seorang
pemimpin memiliki pengaruh luar bisasa
pada organisasi. Hal ini dikarenaka seorang pemimpin memiliki tingkat
kepemimpinan yang tinggi, dominasi kepemimpinana, serta keyakinan akan
kebenaran moral dari keyakinannya. Sedangkan teori kepemimpinan
transformasional adalah teori yang mengemukakan bahwa seorang pemimpin memandu
atau memotivasi bawahannya untuk mencapai tujuan dan penegasan pada tugas
bawahan masing-masing. Pemimpin memberikan pertimbangan dan rangsangan
intelektual yang diindividualkan, dan memiliki karisma.
Kepemimpinan berasal dari kata pimpin. Kata
pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan
juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik
secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang
dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang
mempunyai kesamaan di dalam menjalankan ke-pemimpinannya. Kepemimpinan
merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai karena
sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh
kepemimpinan dalam organisasi tersebut.
Menurut Wahjosumidjo (2005: 17) kepemimpinan
di terjemahkan kedalam istilah sifat- sifat, perilaku pribadi, pengaruh
terhadap orang lain, pola- pola, interaksi, hubungan kerja sama antarperan,
kedudukan dari satu jabatan administratif, dan persuasif, dan persepsi dari
lain-lain tentang legitimasi pengaruh. Miftah Thoha (2010: 9) kepemimpinan
adalah kegiatan untuk memengaruhi perilaku orang lain, atau seni memengaruhi
perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok.
Menurut C. Turney (1992) dalam Martinis Yamin
dan Maisah (2010: 74) mandefinisikan kepemimpinan sebagai suatu group proses
yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola dan menginspirasikan sejumlah
pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi melalui aplikasi teknik-teknik
manajemen.
George R. Terry (Miftah Thoha, 2010: 5)
mengartikan bahwa kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang
supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan meliputi proses
mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut
untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Dale Timple (2000: 58) mengartikan kepemimpinan
adalah proses pengaruh sosial di dalam mana manajer mencari keikutsertaan
sukarela dari bawahan dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Dengan kepemim pinan
yang dilakukan seorang pemimpin juga menggambarkan arah dan tujuan yang akan
dicapai dari sebuah organisasi. Sehingga dapat dikatakan kepemimpinan sangat
berpengaruh bagi nama besar organisasi.
Menurut Sudarwan Danim (2004: 56)
kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok
untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok yang
tergabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Martinis Yamin dan Maisah (2010: 74)
kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi
yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola anggota kelompoknya untuk
mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan merupakan bentuk strategi atau teori memimpin
yang tentunya dilakukan oleh orang yang
biasa kita sebut sebagai pemimpin.
Menurut Kartini Kartono (2003: 48)
mengemukakan kepemimpinan sebagai berikut: Kepemimpinan itu sifatnya spesifik,
khas, diperlukan bagi situasi khusus. Sebab dalam satu kelompok yang melakukan
aktivitas-aktivitas tertentu, dan punya tujuan serta peralatan khusus, pemimpin
kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya itu merupakan fungsi dari situasi
khusus tadi. Jelasnya sifat-sifat utama dari pemimpin dan kepemimpinannya harus
sesuai dan bisa diterima oleh kelompoknya, juga bersangkutan, serta cocok-pas
dengan situasi dan zamannya.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan
kepemimpinan merupakan cara seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahan dengan
karakteristik tententu sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor
keberhasilan seorang pemimpin salah satunya tergantung dengan teknik
kepemimpinan yang dilakukan dalam menciptakan situasi sehingga menyebabkan
orang yang dipimpinnya timbul kesadarannya untuk melaksanakan apa yang
dikehendaki. Dengan kata lain, efektif atau tidaknya seorang pemimpin
tergantung dari bagaimana kemampuannya dalam mengelola dan menerapkan pola
kepemimpinannya sesuai dengan situasi dan kondisi organisasi tersebut.
2.
Jenis-jenis Kepemimpinan
Banyak teori yang mengungkapkan tentang
kepemimpinan, sehingga muncul banyak jenis-jenis kepemimpinan yang dipahami dan
juga diterapkan pada saat ini. Semua jenis kepemimpinan juga memiliki
kekurangan dan kelebihan sehingga dalam penerapannya perlu memperhatikan banyak
hal. Terdapat 6 jenis atau model kepemimpinan yang ada. Yaitu: Koersif,
otoritatif, afiliatif, demokratis, pecesetting, dan coaching yang tentunya
memiliki kekurangan dan kelebihan masing masing.
a.
Koersif
Jenis kepemimpinan ini bisa juga disebut
dengan kepemimpinan otoriter. Pada jenis ini seorang pemimpin akan memerintah
sesuai dengan kehendaknya sendiri tanpa ada orang yang boleh membantah semua
perintahnya. Menurut pendapatnya seorang bawahan hanya akan bekerja jika
diperintah. Selain itu pemimpin sudah menetukan ketentuan dari awal sehingga
pada saat pelaksanaan tidak ada rencana atau usulan dari bawahannya. Pemimpin
menjalankan semuannya sesuai dengan kehendak hati sang pemimpin sehingga
bawahan hanya tinggal menjalankan apa saja tugasnya.
Kelebihan dari tipe ini adalah ketika sebuah
organisasi atau kelompok membutuhkan pengambilan keputusan secara mendadak
dengan cepat dan tepat. Pengambilan keputusan akan difikirkan secara matang
tanpa dipengaruri oleh orang lain. Selain itu saat pengambilan keputusan tidak
perlu dengan adanya diskusi atau rapat dan terjadi perdebatan dari berbagai
pihak yang hanya akan membuat keputusan tidak segera diambil. Sehingga
pengambilan keputusan akan lebih cepat dan tepat jika diambil oleh seorang
pemimpin saja. Selain itu pemimpin dengan jenis ini akan menumbuhkan sikap
disiplin dari anggota atau bawahannya.
Selain kelebihan jenis kepemimpinan ini juga
memiliki kekurangan. Yaitu ketika pelaksanaan tugas atau pelaksanaan
program-program yang direncanakan bawahan atau anggota kelompok tidak bisa
berfikir kreatif dan akan mudah bosan. Hal ini dikarenakan apa yang dikerjakan
sudah ditentukan oleh pemimpinnya dan bawahannya tidak boleh melakukan hal lain
yang tidak sesuai dengan ketentuan. Selain itu tidak akan ada perubahan pada
organisasi atau kelompok tersebut karena pemimpinnya sulit untuk menerima
perubahan dan usulan dari bawahan atau anggotanya.
b.
Otoritatif
Jenis pemimpin ini bukan jenis pemimpin yang
oteriter, akan tetapi pemimpin yang mendapatkan kekuasaan dengan persetujuan
dan kejelasan visi yang ia paparkan. Seorang pemimpinakan menjadikan orang lain
bergerak menuju sebuah visi yang sudah ditentukan dengan bersemangat karena ia
akan memberikan penghargaan yang pantas dan tujuan yang jelas tidak hanya untuk
jangka pendek tetapi juga untuk jangka panjang. Pemimpin akan melakuakn
perubahan-perubahan untuk mencapai visi dari organisasi tersebut. Pemimpin
jenis ini memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mudah mempengaruhi orang
lain untuk bekerja sama.
Otoratif juga memiliki kekurangan yaitu saat
organisasi yang dipimpinnya memerlukan keputusan yang cepat dan tepat dalam
keadaan yang mendesak. Pemimpin jenis ini akan terlalu lama menentukan
keputusan apa yang harus diambil. Selain itu pemimpin akan mengalami kesulitan
saat anggota atau bawahannya tidak setingkat dengannya. Maksudnya para anggota
atau bawahannya tidak mampu berfikir kreatif untuk sebuah perubahan. Selain itu
pemimpin akan mengalami kesulitan saat bersama dengan tim ahli. Pemimpin ini
akan dianggap terlalu angkuh atau sombong karena selalu berfikir kedepan dan
menganggap orang lain tidak memiliki kemampuan atau pengetahuan seperti
dirinya.
Kepemimpinan yang otoritatif juga memiliki
kelebihan yaitu ketika seorang pemimpin bertemu dengan anggota yang sepadan.
Maksudnya, anggota yang mampu diajak bekerjasama dan mampu membuat
perubahan-perubahan sesuai dengan kemajuan jaman.
c.
Afiliatif
Kepemimpinan yang afiliatif adalah seorang
pemimpin yang memberikan jalan bagi anggotanya untuk bertindak.Seorang pemimpin
mengedepankan kebahagiaan dari anggotnya. Setiap anggotanya memiliki kesempatan
yang sama dalam memberikan ide-ide untuk kemajuan dari organisasi. Pemimpin
akan sangat disenangi oleh semua bawahan atau anggotanya karena dalam
organisasi semua memiliki sifat terbuka.
Kelemahan dari teori ini adalah anggotanya
akan merasa ketergantungan kepada pemimpinnya, karena pemimpin selalu membantu
dan mengedepankan anggota atau bawahannya, pemimpin ibarat sebatang lilin yang
rela terbakar untuk menerangi sekelilinganya. Selain itu apabila seseorang yang
belum mengenal pemimpin tersebut akan menganggap remeh pemimpinnya, karena
seorang pemimpin selalu terbuka dengan masalah yang dihadapi dan meminta
pendapat dari bawahannya sehingga orang akan menanggap bahwa pemimpinnya tidak
memilii kemampuan yangn memadai.
Selain itu teori ini memiliki kelebihan yaitu
terjadi harmonisasi antara pemimpin dan bawahannya karena adanya keterbukaan.
Sehingga dalam mencapai tujuan organisasinya dapat saling bekerja sama dengan baik.
Kelebihan yang paling utama adalah para anggotanya merasa senang karena
pemimpin memprioritaskan semua kegiatan dan tujuannya pada anggotanya.
d.
Demokatis
Kepemimpinan jenis ini mengedepankan pendapat
dari anggota untuk mengambil keputusan sehingga setiap masalah diselesaikan
dengan cara musyawarah dan mufakat. Kepemimpinan ini hampir sama dengan
kepemimpinan afiliatif akan tetapi perbedaannya adalah seorang pemimpin tidak
mengedepankan kebahagiaan dari anggotannya akan tetapi tujuan keterbukaan
adalah untuk saling faham satu sama lain sehingga bisa tercapai kerjasama.
Pemimpin akan mengambil keputusan sesuai dengan suara terbanyak dari anggota.
Kelemahan dari kepemimpinan jenis ini adalah
jika seorang pemimpin tidak dapat mengambil keputusan dengan tepat dan terjadi
kontra anatar anggota, selain itu apabila anggota tidak sefaham atau memiliki
carapandang yang berbeda dengan pemimpin sehingga pada saat pengambilan
keputusan tidak terjadi titik temu hanya saling berdebat satu sama lain.
Pengambilan keputusan juga tidak selalu sesuai karena suara terbanyak belum
tentu keputusan yang terbaik.Adakalanya suara terbanyak justru menjerumuskan
kehal-hal yang tidak baik.
Akan tetapi jenis kepemimpin ini juga
memiliki kelebihan yaitu terjadinya keterbukaan antara anggota dan pemimpin
jadi semua masalah yang terjadi dalam organisasi diketahui oleh semua anggota
dan dapat turut menyelesaikan masalah tersebut. Sehingga pemimpin juga tidak
terlalu terbebani akan masalah yang dihadapi karena ditanggung bersama.
e.
Pacesetting
Jenis
kepemimpinan ini menyatakan bahwa seorang pemimpin membutuhkan atau menuntut
kesempurnaan dari anggotanya. Pemimpin membuat standar-standar yang harus
dipenuhi oleh setiap anggotanya agar tercapai apa yang diinginkan pemimpinnya.
Seorang pemimpin akan mengambil alih tugas dari anggotanya apabila apa yang
dikerjakan tidak sesuai dengan standar yang ia tetapkan. Pemimpin tidak
segan-segan untuk mengganti anggota dengan orang lain jika ia merasa tidak
cocok atau tidak memenuhi standar.
Kelemahan dari jenis kepemimpinan ini adalah
jika angotanya adalah orang yang tidak suka berkembang atau sulit memotivasi
diri maka anggota merasa tidak dianggap oleh pemimpin dan menjadi malas untuk
mengerjakan tugasnya dan pada akhirnya hanya akan diganti dengan yang lain. Pemimpin
memiliki banyak pekerjaan karena mengontrol setiap kegiatan dari anggotanya
bahkan mengambil alih setiap pekerjaan yang tidak sesuai dengan standarnya.
Kelebihan dari jenis ini adalah apa yang
dilakukan oleh anggota dari organisasi selalu sempurna. Karena sesuai dengan
standar yang ditentukan oleh pemimpin. Selain itu pemimpin jenis ini juga akan
sangat maju jika bertemu dengan anggota yang senang bekerja dan mampu membangun
motivasi dirinya. Sehingga anggotanya akan memenuhi standar yang sudah
ditetapkan oleh pemimpin jadi semua dapat selesai sesuai target.
f.
Coaching
Jenis
kepemimpinan ini hampir sama dengan kepemimpinan pacesetting karena pemimpin
ini juga menuntut kesempurnaan dari anggotanya. Akan tetapi jenis ini menetukan
ketentuan yang berbeda-beda untuk setiap orang.Pemimpin ini menuntut anggotanya
untuk berkembang sesuai dengan kemampuan dan bakat yang dimiliki masing-masing
anggota. Karena pemimpin berpendapat bahwa dengan berkembangnya anggota maka
akan berkembang pula organisasi yang dipimpinnya.
Kelemahan dari kepemimpinan jenis ini adalah
seorang pemimpin memerlukan waktu yang lama untuk mengembangkan anggotannya
satu-persatu karena setiap individu berbeda-beda sehingga perlu diadakan
pembicaraan secara langsung dengan anggota satu persatu. Selain itu anggota
yang malas akan merasa tertekan karena selalu dituntut untuk melakukan hal-hal
tertentu.
Selain kelemahan tentunya jenis kepemimpinan
ini juga memiliki kelebihan, yaitu pemimpin akan mengenali semua anggota yang
ada dalam organisasinya. Hal ini juga dapat untuk menggali kemampuan terpendam
dari anggotanya dan juga memperbaiki kelemahan-kelemahan dari anggotanya.
3.
Prinsip Dasar Kepemimpinan
Prinsip, sebagai paradigma terdiri dari
beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai
pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi. Menurut Stephen R. Covey (1997), prinsip
adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip
menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah kompas/petunjuk yang tidak
dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber utama sistem pendukung
kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti; keselamatan, bimbingan,
sikap yang bijaksana, dan kekuatan. Karakteristik seorang pemimpin didasarkan
kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Coney) sebagai berikut:
a.
Seorang yang belajar seumur hidup
Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi
juga diluar sekolah. Contohnya: belajar melalui membaca, menulis, observasi,
dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber
belajar.
b.
Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi
melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir
sebagai tujuan utama. Dalam memberi
pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
c.
Membawa energi yang positif
Setiap orang mempunyai energi dan semangat.
Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan
mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk
membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk
jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat
menunjukkan energi yang positif, seperti :
-
Percaya pada orang lain
Seorang pemimpin mempercayai orang lain
termasuk staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan
pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan
kepedulian.
-
Keseimbangan dalam kehidupan
Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan
tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara
kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang
antara kehidupan dunia dan akherat.
-
Melihat kehidupan sebagai tantangan
Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan
negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan
segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan,
mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung
pada inisiatif, ketrampilan, kreativitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan
kebebasan.
-
Sinergi
Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam
sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya
sendiri dan lainnya. Sinergi adalah
kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New
Brolier Webster International Dictionary, sinergi adalah satu kerja kelompok,
yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan.
Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf,
teman sekerja.
-
Latihan mengembangkan diri sendiri
Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui
diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada
proses. Proses daalam mengembangkan diri
terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan: (1) pemahaman materi;
(2) memperluas materi melalui belajar dan pengalaman; (3) mengajar materi
kepada orang lain; (4) mengaplikasikan prinsip-prinsip; (5) memonitoring hasil;
(6) merefleksikan kepada
hasil; (7) menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi; (8) pemahaman
baru; dan (9) kembali menjadi diri sendiri lagi.
Mencapai kepemimpinan yang berprinsip
tidaklah mudah, karena beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya:
(1) kemauan dan keinginan sepihak; (2) kebanggaan dan penolakan; dan (3) ambisi
pribadi. Untuk mengatasi hal tersebut,
memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman
sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai
dasar dalam pengambilan keputusan.
Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses
pengembangan pribadi. Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat
dibanding perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk
mencapai keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan menjadi faktor
pengendali dalam kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai dari
belajar mendengar. Mendengarkan berarti
sabar, membuka diri, dan berkeinginan memahami orang lain. Latihan ini tidak dapat dipaksakan. Langkah melatih pendengaran adalah bertanya,
memberi alasan, memberi penghargaan, mengancam dan mendorong. Dalam proses
melatih tersebut, seseorang memerlukan pengontrolan diri, diikuti dengan
memenuhi keinginan orang.
Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih
menguntungkan dari pada bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan
kewenangan bertujuan untuk melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk
menciptakan ketakutan. Peningkatan diri
dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan
seorang pemimpin yang berpinsip karena seorang pemimpin seharusnya tidak hanya
cerdas secara intelektual, tetapi juga emosional (IQ, EQ dan SQ).
4.
Perspektif Kepemimpinan
Menurut Seters dan Field (1990) teori
kepemimpinan berevolusi, mulai dari membahas kepribadian pemimpin sampai
kemampuan pemimpin melakukan perubahan dalam kelompok. Apabila melihat
perkembangannya, teori kepemimpinan dalam dikelompokkan menjadi :
a.
Persepektif kepribadian
Keberhasilan sebuah kelompok untuk mencapai
tujuannya bergantung pada sifat– sifat bawaan si pemimpin, yang dibagi menjadi
2 :
- - The great person theory
Untuk menjadi pemimpin yang berhasil harus
mencontoh kepribadian dam perilaku pemimpin yang berhasil.
- - Trait theory
Mencari karakteristik atau sifat bawaan yang
membedakan pemimpin yang bagus dengan orang–orang awam.
b.
Perspektif situasional
Berbeda dengan perspektif kepribadian,
perspektif situasional lebih berfokus pada perilaku yang diperlihatkan
pemimpin. Seperti interaksi antara pemimpin dengan kondisi situasional, kultur
dan konteks dari kelompok.
c.
Perspektif proses kelompok
Perspektif ini menganggap bahwa, kepribadian
pemimpin dan situasi atau kelompok, proses di dalam kelompok mempengaruhi
kepemimpinan.
5.
Teori Kepemimpinan
a.
Teori Sifat
Teori ini mempertimbangkan berbagai sifat dan
karakteristik pribadi yang membedakan para pemimpin dari mereka yang bukan
pemimpin dengan cara berfokus pada berbagai sifat dan karakteristik pribadi.
b.
Teori Perilaku
Teori ini mengemukakan bahwa beberapa
perilaku tertentu membedakan dari mereka yang bukan pemimpin.
Para peneliti di Ohio State University
berusaha mengidentifikasi dimensi-dimensi independen dari perilaku pemimpin.
Dimulai dengan lebih dari seribu dimensi menjadi dua kategori yang pada
dasarnya menjelaskan sebagian besar perilaku kepemimpinan sebagaimana
dideskripsikan par karyawan. Mereka menyebut kedua dimensi ini struktur awal dan
tenggang rasa.
Struktur awal merujuk pada tingkat sampai
mana seorang pemimpin akan menetapkan dan menyusun perannya dan peran para
bawahannya dalam usaha mencapai tujuan. Sedangkan tenggang rasa dideskripsikan
sebagai tingkat sampai mana seorang pemimpin akan memiliki hubungan profesional
yang ditandai oleh kesalingpercayaan, rasa hormat terhadap ide-ide anak buah,
dan rasa hormat terhadap perasaan-perasaan mereka.
Pada saat yang bersamaan, kelompok dari
University of Michigan menghasilkan dua dimensi perilaku kepemimpinan yang
mereka namai berorientasi karyawan dan berorientasi produksi. Pemimpin yang
berorientasi karyawan menekankan hubungan antarpersonal; mementingkan kabutuhan
para karyawan, dan menerima perbedaan-perbedaan individual di antara para
anggota. Pemimpin yang berorientasi produksi, yaitu seorang pemimpin yang
menekankan aspek-aspek teknis atau tugas dari suatu pekerjaan tertentu.
Perbedaan antara teori sifat dengan teori
perilaku, dalam penerapannya, terletak pada asumsi-asumsi pokoknya. Teori sifat
berasumsi bahwa pemimpin dilahirkan, bukan diciptakan. Namun, bila ada perilaku-perilaku
tertentu yang mengidentifikasi pemimpin, kita bisa mengajarkan kepemimpinan.
Kita bisa merancang beragam program untuk menanamkan pola-pola perilaku ini
dalam diri mereka yang ingin menjadi pemimpin yang efektif.
Berdasarkan bukti yang ada, teori perilaku,
seperti halnya teori sifat, memberi kita tambahan pemahaman mengenai
kepemimpinan yang efektif. Para pemimpin yang memiliki sifat-sifat tertentu,
dan yang menampilkan perilaku tenggang rasa dan disiplin dalam kerja , memang
lebih efektif.
c. Teori Sumber Daya
Kognitif
Teori kepemimpinan yang menyatakan bahwa
stress secara negatif mempengaruhi suatu situasi serta kecerdasan dan
pengalaman bisa mengurangi pengaruh sterss yag dirasakan pemimpin. Inti dari
teori ini adalah bahwa stress merupakan musuh rasionalitas. Sulit bagi para
pemimpin untuk berpikir secara logis dan analitis ketika sedang stress. Selain
itu, peran kecerdasan dan pengalaman seorang pemimpin dalam kaitannya dengan
efektivitas berbeda dalam situasi stresstingkat rendah dan tinggi.
Kemampuan intelektual seorang pemimpin
berhubungan secara positif dengan kinerja dalam situasi stress tingkat rendah
dan secara negatif dalam situasi stress tingkat tinggi. Sebaliknya, pengalaman
seseorang pemimpin herhubungan secara negatif dengan kinerja dalam situasi
stress tingkat rendah dan secara positif dalam situasi stress tingkat tinggi.
Jadi tingkat stress yang terkandung dalam situasi menentukan apakah kecerdasan
atau pengalaman seorang individu yang akan memberikan kontribusi bagi kinerja
kepemimpinan.
Pada kenyataannya, sebuah kajian menegaskan
bahwa ketika tingkat stress rendah dan pemimpin bersifat direktif (yaitu,
ketika seorang pemimpin bersedia memberi tahu orang mengenai apa yang harus
dilakukan), kecerdasan memiliki peran penting terhadap efektivitas seorang
pemimpin.
5.
Gaya Kepemimpinan
a.
Model Fiedler
Model kemungkinan Fiedler menyatakan bahwa
kelompik yang efektif bergantung pada kesesuaian antara gaya interaksi seorang
pemimpin dengan bawahannya serta sejauh mana situasi tersebut menghasilkan
kendali dan pengaruh untuk pemimpin tersebut.
Fiedler mengidentifikasi tiga dimensi
kemungkinan yang menurutnya, menentukan faktor-faktor situasional kunci yang
menentukan efektivitas kepemimpinan. Faktor-faktor tersebut adalah hubungan
pemimpin-anggota, struktur tugas, dan kekuatan posisi. Ketiganya didefinisikan
sebagai berikut :
- - Hubungan pemimpin-anggota
Tingkat kepatuhan, kepercayaan, dan rasa
hormat yang dimiliki oleh bawahan terhadap pimpinan mereka.
- - Struktur tugas
Tingkat sejauh mana penentuan pekerjaan
diproseduralkan (terstruktur atau tidak terstruktur).
- - Kekuatan posisi
Pengaruh yang berasal dari posisi struktural
formal seseorang dalam organisasi; termasuk kekuatan untuk mempekerjakan,
memecat, mendisiplinkan, mempromosikan, dan memberikan kenaikan gaji.
Berdasarkan penelitiannya, Fiedler
menyimpulkan bahwa pemimpin yang berorientasi tugas cenderung bekerja secera
lebih baik dalam situasi yang sangat tidak menguntungkan mereka. Fiedler
mengatakan bahwa pemimpin yang berorientasi tugas bekerja sangat baik dalam
situasi-situasi dengan tingkat kontrol yang tinggi dan rendah, sementara
pemimpin yang berorientasi hubungan kerja sangat baik dalam situasi-situasi
dengan tingkat kontrol yang modern.
Terdapat dua cara untuk meningkatkan
efektivitas pemimpin. Pertama, mengganti pemimpin tersebut agar sesuai dengan
situasi yang ada. Misalnya, apabila situasi kelompok dinilai sangat tidak
menguntungkan tetapi saat itu mereka tengah dipimpin oleh seorang manajer yang
berorientasi hubungan, konerja kelompok dapat ditingkatkan dengan mengganti
manajer tersebut dengan seorang manajer lain yang berorientasi tugas. Yang
kedua, mengubah situasi agar sesuai dengan sang pemimpin. Hal tersebut bisa
dilakukan dengan cara melakukan restrukturisasi tugas atau meningkatkan atau
mengurangi kekuatan yang dimiliki oleh pemimpin untuk mengontrol berbagai
faktor seperti kenaikan gaji, promosi, dan tindakan disipliner.
b.
Teori Situasional Hersey dan Blanchard
Paul Hersey dan Ken Blanchard telah
mengembangkan sebuah model kepemimpinan yang disebut ”Teori Kepemimpinan
Situasional” (Situational Leadership
Theory-SLT). Kepemimpinan situasional adalah sebuah teori kemungkinan yang
berfokus pada para pengikut. Kepemimpinan yang berhasil dicapai dengan cara
memilih gaya kepemimpinan yang benar yang menurut Hersey dan Blanchard
bergantung pada tingkat kesiapan para pengikut.
Penekanan pada para pengikut dalam
efektifitas kepemimpinan mencerminkan realitas bahwa para pengikutlah yang
menerima atau menolak pemimpin tersebut. Istilah kesiapan sebagaimana
didefinisikan oleh Hersey dan Blanchard, merujuk pada tingkat sampai mana orang
memiliki kemampuan dan kesediaan untuk menyelesaikan tugas tertentu.
Hersey dan Blanchard
mengidentifikasikan empat perilaku pemimpin yang khusus-dari sangat direktif
sampai sangat laissez-faire. Perilaku mana yang paling efektif bergantung pada
kemampuan dan motivasi seorang pengikut. SLT berasumsi bila seorang pengikut tidak
mampu dan tidak bersedia, pemimpin harus memberikan pengarahan secara jelas dan
spesifik. Bila para pengikut tidak mampu namun bersedia, pemimpin harus
menampilkan orientasi tugas yang tinggi untuk mengimbangi kurangnya kemampuan
para pengikut. Apabila para pengikut mampu
namun tidak bersedia, pemimpin harus menggunakan gaya yang suportif dan
partisipatif, Sementara bila karyawan mampu dan bersedia, pemimpin tidak perlu
berbuat banyak.
SLT memiliki daya tarik yang
intuitif. Pendekatan ini mengakui arti penting pengikut dan dibangun di atas
logika bahwa para pemimpin bisa mengompensasi keterbatasan kemampuan dan
motivasi dalam diri para pengikut mereka.
c.
Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota
Teori-teori kepemimpinan yang telah kita
pelajari sampai saat ini sebagian besar mengasumsikan bahwa pemimpin
memperlakukan semua pengikut mereka dengan cara yang sama. Artinya, berbagai
teori tersebut berasumsi bahwa para pemimpin menggunakan gaya yang cukup
homogen dengan semua orang di dalam unit kerja mereka.Teori Peryukaran
Pemimpin-Anggota menyatakan bahwa karena tekanan waku, pemimpin membangun suatu
hubungan khusus dengan suatu kelompok kecil dari para pengikutnya.
Para pemimpin menjalankan LMX dengan
cara memberikan semacam penghargaan kepada karyawan-karyawan yang ingin mereka
ajak membangun hubungan yang lebih dekat dan memberikan hukuman-hukuman kepada
orang-orang yang tidak mereka inginkan dalam hubungan yang lebih baik.Poin
utama yang perlu diperhatikan disini adalah meskipun pemimpin yang memilih,
karakteristik-karakteristik pengikutlah yang menentukan keputusan pengategorian
sang pemimpin.
Pemimpin menginvestasikan
sumber-sumber daya mereka dengan orang-orang yang mereka harap bisa bekerja
dengan baik. Selain itu “mengetahui” bahwa anggota-anggota kelompok
kesayanganya adalah yang paling cakap, para pemimpin memperlakukan mereka
sedemikian rupa dan tanpa disadari mewujudkan ramalan itu.
d. Teori
Jalan-Tujuan
Teori
jalan-tujuan (path-goal theory) merupakan tugas pemimpin untuk memberikan
informasi, dukungan, atau sumber-sumber daya lain yang dibutuhkan kepada para
pengikut agar mereka bisa mencapai berbagai tujuan mereka.perilaku
pemimpin. House mengidentifikasi empat perilaku kepemimpinan.
-
Pemimpin yang direktif yaitu member tahu
kepada para pengikut mengenai apa yang diharapkan dari mereka, menentukan
pekerjaan yang harus mereka selesaikan,dan memberikan imbingan khusus terkait dengan menyelesaikan
berbagai tugas.
- - Pemimpiun yang suportif adalah pemimpin yang
ramah dan memperhatikan kebutuhan para pengikut
- - Pemimpin yang partisipatif yaitu berunding dengan para pengikut dan
menggunakan saran-saran mereka sebelum mengambil sebuah keputusan
- - Pemimpin yang berorientasi pencapaian yaitu menetapkan tujuan-tujuan yang besar dan
mengharapkan para pengikutnya untuk bekerja dengan sangat baik.
Daftar
Pustaka
Deviton,
J. A. (1995). The interpersonal communication. New York: Hunter College.
Kartono,
K. (2005). Pemimpin dan kepemimpinan. Jakarta: Rajawali Press.
Northouse,
P. G. (2007). Leadership: Theory and practice. London: Thousan Oaks.
Nurkholis. (2003). Manajemen berbasis sekolah. Jakarta: Grasindo.
Yukl,
G. (2006). Leadership in organizational. New Jersey: Prentice Hall.
0 komentar:
Posting Komentar