Subscribe:

Pages

Minggu, 27 November 2016

#SIP ARTIFICIAL INTELLIGENT & EXPERT SYSTEM


Hasil gambar untuk expert system and artificial intelligence


Apakah Artificial Intelligence (AI) atau kepintaran buatan itu? AI dapat didefinisikan sebagai suatu mesin atau alat pintar (biasanya adalah suatu komputer) yang dapat melakukan suatu tugas yang bilamana tugas tersebut dilakukan oleh manusia akan dibutuhkan suatu kepintaran untuk melakukannya. Definisi ini tampaknya kurang begitu membantu, karena beberapa ahli berpendapat, kepintaran seperti apakah yang dapat dikategorikan sebagai artificial intelleigence.
Menurut Avron Barr dan Edward E. Feigenbaum, artificial intellegence adalah sebagian dari komputer sains yang mempelajari (dalam arti merancang) sistem komputer yang berintelegensi, yaitu sistem yang memiliki karakteristik berpikir seperti manusia.
Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) didefinisikan sebagai kecerdasan yang ditunjukkan oleh suatu entitas buatan. Sistem seperti ini umumnya dianggap komputer. Kecerdasan diciptakan dan dimasukkan ke dalam suatu mesin (komputer) agar dapat melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia. Beberapa macam bidang yang menggunakan kecerdasan buatan antara lain sistem pakar, permainan komputer (games), logika fuzzy, jaringan syaraf tiruan dan robotika (wikipedia).
Kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) merupakan kawasan penelitian, aplikasi dan instruksi yang terkait dengan pemrograman komputer untuk melakukan sesuatu hal yang dalam pandangan manusia adalah cerdas (H. A. Simon [1987]).
Kecerdasan buatan (AI) merupakan sebuah studi tentang bagaimana membuat komputer melakukan hal-hal yang pada saat ini dapat dilakukan lebih baik oleh manusia (Rich and Knight [1991]).
Kecerdasan buatan (AI) merupakan cabang dari ilmu komputer yang dalam merepresentasi pengetahuan lebih banyak menggunakan bentuk simbol-simbol daripada bilangan, dan memproses informasi berdasarkan metode heuristic atau dengan berdasarkan sejumlah aturan (Encyclopedia Britannica).
Apakah sistem pakar (expert system) itu? Merupakan sebuah sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta dan teknik penalaran yang dimiliki manusia sebagai pakar yang tersimpan di dalam komputer, dan digunakan untuk menyelesaikan masalah yang lazimnya memerlukan pakar tertentu.


Persamaan dan Perbedaan antar Sistem Pakar dengan Kecerdasan Buatan
Sistem Pakar juga merupakan bagian dari Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, dimana letak
Persamaannya :
AI dan ES sama-sama memudahkan penyelesaian masalah manusia, seperti perhitungan, dan biasanya lebih konsisten, menerapkan logika yang tinggi karena menggunakan metode heuristic. Sistem pakar (ES) dan AI sama-sama berbasis komputer menggunakan fakta, pengetahuan, dan memechkan masalah yang biasanya dipecahkan oleh ahli.
Perbedaannya :
Sistem pakar mengacu pada si pembuatnya atau seseorang yang ahli dalam suatu bidangnya atau mengacu pada si perancang itu sendiri sebagai objek dalam menyiapkan suatu sistem guna mendapatkan hasil yang maksimal, sedangkan AI mengacu pada jalur atau langkah yang berorientasi pada hardware guna mencapai yang maksimal.
Dapat disimpulkan sistem pakar merupakan bagian dari AI, dimana selain sistem pakar yang menggunakan AI, ada beberapa yang lain diantaranya games, logika Fuzzy, jaringan saraf tiruan, dan robotika.
Kecerdasan buatan merupakan salah satu topik yang disukai penggemar science fiction, pada film Terminator digambarkan perang manusia melawan mesin, bahkan dalam novel berjudul With Folded Hands karangan Jack Williamson, digambarkan bangsa Humanoids (robot mesin ciptaan manusia) menjajah bangsa manusia dan menggantikan semua peranan manusia.


ELIZA diprogram Joseph Weizenbaum (1967), mampu memberi terapi terhadap pasien dengan memberikan beberapa pertanyaan. Salah satu sistem pakar yang paling awal dikembangkan. Ini adalah program komputer yang dibuat oleh Joseph Weizenbaum di MIT. Pengguna berkomunikasi dengannya sebagaimana sedang berkonsultasi dengan seorang terapis.

Hasil gambar untuk ELIZA artificial intelligence



PARRY adalah Sistem Pakar yang juga paling awal dikembangkan di Stanford University oleh seorang psikiater, Kenneth Colby, yang mensimulasikan seorang paranoid. Berikut ini contoh respon Parry terhadap pertanyaan seorang psikiater yang menginterviewnya. mensimulasikan seorang pasien, dan menyebut program ini PARRY, karena ia mesimulasikan seorang pasian paranoid. Mereka memilih seorang paranoid sebagai subyek karena beberapa teori menyebutkan bahwa proses dan sistem paranoia memanga ada, perbedaan respon psikotis dan respon normalnya cukup hebat, dan mereka bisa menggunakan penilaian dari seorang ahli untuk mengecek keakuratan dari kemampuan pemisahan antara respon simulasi  komputer dan respon manusia.
NETTALK adalah jaringan saraf tiruan. Ini adalah hasil dari penelitian yang dilakukan di pertengahan 1980-an oleh Terrence Sejnowski dan Charles Rosenberg. Maksud di balik NETTALK adalah untuk membangun model sederhana yang mungkin menjelaskan kompleksitas pembelajaran tingkat manusia dalam tugas-tugas kognitif, dan pelaksanaannya sebagai model koneksionis yang juga bisa belajar untuk melakukan tugas yang sebanding.

Daftar Pustaka
Kusrini. (1987). Sistem pakar teori dan aplikasi. Andi Yogyakarta : Yogyakarta.
Nurhayati, O. D. (2008). Konsep interaksi manusia dan komputer. Diponogoro: Studi Sistem Komputer.
Rich, E. & Knight, K. (1991). Artificial Intellegence. New York : McGraw- Hill.
Solso, R, L., Maclin, O, H., & Maclin, M, Kimberly. (2007). Psikologi kognitif. Jakarta: Erlangga.
Stenberg. (2009). Psikologi kognitif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Subiakto R., Ulum K., & Putriani. (2013). Expert system model. Jakarta: UIN.

Turban, E. (2001). Decision support and expert system and management support system. New York: Prentice-Hall.

#SIP ARTIFICIAL INTELLIGENCE



1.    Sejarah

Hasil gambar untuk history

Pada awal abad 17, René Descartes mengemukakan bahwa tubuh hewan bukanlah apa-apa melainkan hanya mesin-mesin yang rumit. Blaise Pascal menciptakan mesin penghitung digital mekanis pertama pada 1642. Pada 19, Charles Babbage dan Ada Lovelace bekerja pada mesin penghitung mekanis yang dapat diprogram.
Bertrand Russell dan Alfred North Whitehead menerbitkan Principia Mathematica, yang merombak logika formal. Warren McCulloch dan Walter Pitts menerbitkan "Kalkulus Logis Gagasan yang tetap ada dalam Aktivitas" pada 1943 yang meletakkan pondasi untuk jaringan syaraf.
Tahun 1950-an adalah periode usaha aktif dalam AI. Program AI pertama yang bekerja ditulis pada 1951 untuk menjalankan mesin Ferranti Mark I di University of Manchester (UK): sebuah program permainan naskah yang ditulis oleh Christopher Strachey dan program permainan catur yang ditulis oleh Dietrich Prinz. John McCarthy membuat istilah "kecerdasan buatan" pada konferensi pertama yang disediakan untuk pokok persoalan ini, pada 1956. Dia juga menemukan bahasa pemrograman Lisp. Alan Turing memperkenalkan "Turing test" sebagai sebuah cara untuk mengoperasionalkan test perilaku cerdas. Joseph Weizenbaum membangun ELIZA, sebuah chatterbot yang menerapkan psikoterapi Rogerian.
Selama tahun 1960-an dan 1970-an, Joel Moses mendemonstrasikan kekuatan pertimbangan simbolis untuk mengintegrasikan masalah di dalam program Macsyma, program berbasis pengetahuan yang sukses pertama kali dalam bidang matematika. Marvin Minsky dan Seymour Papert menerbitkan Perceptrons, yang mendemostrasikan batas jaringan syaraf sederhana dan Alain Colmerauer mengembangkan bahasa komputer Prolog. Ted Shortliffe mendemonstrasikan kekuatan sistem berbasis aturan untuk representasi pengetahuan dan inferensi dalam diagnosa dan terapi medis yang kadangkala disebut sebagai sistem pakar pertama. Hans Moravec mengembangkan kendaraan terkendali komputer pertama untuk mengatasi jalan berintang yang kusut secara mandiri.
Pada tahun 1980-an, jaringan syaraf digunakan secara meluas dengan algoritma perambatan balik, pertama kali diterangkan oleh Paul John Werbos pada 1974. Tahun 1990-an ditandai perolehan besar dalam berbagai bidang AI dan demonstrasi berbagai macam aplikasi. Lebih khusus Deep Blue, sebuah komputer permainan catur, mengalahkan Garry Kasparov dalam sebuah pertandingan 6 game yang terkenal pada tahun 1997. DARPA menyatakan bahwa biaya yang disimpan melalui penerapan metode AI untuk unit penjadwalan dalam Perang Teluk pertama telah mengganti seluruh investasi dalam penelitian AI sejak tahun 1950 pada pemerintah AS.
Tantangan Hebat DARPA, yang dimulai pada 2004 dan berlanjut hingga hari ini, adalah sebuah pacuan untuk hadiah $2 juta dimana kendaraan dikemudikan sendiri tanpa komunikasi dengan manusia, menggunakan GPS, komputer dan susunan sensor yang canggih, melintasi beberapa ratus mil daerah gurun yang menantang.


Berikut sejarah perkembangan kecerdasan buatan secara lebih rinci :
a.       Tahun 1206, robot humanoid pertama karya Al-Jazari
b.      Tahun 1796, boneka dari Jepang bernama Karakuri
c.       Tahun 1941, komputer elektronik pertama
d.      Tahun 1949, komputer dengan program tersimpan pertama
e.       Tahun 1956, kelahiran dari artificial intelligence pada Dartmouth conference
f.        Tahun 1958, dibuat bahasa LISP
g.      Tahun 1963, penelitian intensif departemen pertahanan Amerika
h.      Tahun 1970, sistem pakar pertama diperkenalkan secara luas
i.        Tahun 1972, bahasa Prolog diciptakan
j.        Tahun 1986, perangkat berbasis AI dijual luas mencapai $425 juta
k.      Tahun 1994, AC berbasis Neuro fuzzy dijual
l.   Tahun 2010, sistem kecerdasan buatan untuk pesawat komersial BOEING 900-ER ramai digunakan
m.    Tahun 2011, service robot untuk restoran berhasil dibuat di Indonesia
n.      Tahun 2012, sistem pakar troubleshooting komputer berbasis Fuzzy dan Self Learning
o.      Tahun 2012, sistem imun pada deteksi spam diciptakan

Hasil gambar untuk history of artificial intelligence
Sejarah Artificial Intellegence


Hasil gambar untuk artificial intelligence

Menurut beberapa ahli kecerdasan buatan didefinisikan sebagai berikut : Menurut H. A. Simon [1987] : ”Kecerdasan buatan (artificial intelligence) merupakan kawasan penelitian, aplikasi dan instruksi yang terkait dengan pemrograman computer untuk melakukan hal yang dalam pandangan manusia adalah cerdas”.
Menurut Rich and Knight [1991] : “Kecerdasan buatan (artificial intelligence) merupakan sebuah studi tentang bagaimana membuat komputer melakukan hal-hal yang pada saat ini dapat dilakukan lebih baik oleh manusia”.
Menurut Encyclopedia Britannica : “Kecerdasan buatan (artificial intelligence) merupakan cabang ilmu computer yang dalam merepresentasi pengetahuan lebih banyak menggunakan bentuk simbol-simbol daripada bilangan, dan memproses informasi kecerdasan berdasarkan metode heuristic atau berdasarkan sejumlah aturan”.
Menurut John McCarthy [1956] : “Untuk mengetahui dan memodelkan proses-proses berpikir manusia dan mendesain mesin agar dapat menirukan perilaku manusia”.
Kecerdasan buatan dilihat dari berbagai sudut pandang adalah sebagai berikut :
a.  Sudut pandang kecerdasan (intelligence)
Kecerdasan buatan adalah bagaimana membuat mesin yang “cerdas” dan dapat melakukan hal-hal yang sebelumnya dapat dilakukan oleh manusia.
b.   Sudut pandang penelitian
  Studi bagaimana membuat agar komputer dapat melakukan sesuatu sebaik yang dilakukan oleh manusia.


2.    Hubungan Artificial Intelligence dengan Kognisi Manusia

Hasil gambar untuk human cognition and artificial intelligence

Pada dasarnya AI atau kecerdasan buatan merupakan terobosan teknologi yang dibuat oleh manusia yang dipergunakan untuk memudahkan kerja manusia. AI dihasilkan dari adanya proses pemikiran manusia atau kognisi. Kognisi adalah kemampuan psikis atau mental manusia yang berupa mengamati, melihat, menyangka, memperhatikan, menduga, dan menilai (Suardi, 2015). Dalam arti lain kognisi terkait dengan kemampuan berfikir. Dengan adanya kemampuan berfikir dari manusia sehingga menghasilkan sesuatu yang sampai saat ini masih digunakan dan sangat membantu kerja manusia dalam segala bidang yaitu AI. Tanpa adanya kognisi manusia maka AI tidak akan tercipta, sekalipun pada dasarnya ada perbedaan antara AI dan kognisi manusia masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya namun jika ditinjau kembali AI dan kognisi manusia saling membutuhkan satu sama lain. AI tidak akan tercipta jika tidak ada kognisi manusia, dan manusia juga membutuhkan AI dalam kehidupannya sehari-hari. Berikut ini akan dijelaskan beberapa keuntungan AI dan keuntungan kecerdasan manusia menurut Kusrini (2006).


Keuntungan kecerdasan buatan dibanding kecerdasan alamiah :
a.       Lebih permanen
b.      Memberikan kemudahan dalam duplikasi dan penyebaran
c.       Relatif lebih murah dari kecerdasan alamiah
d.      Konsisten dan teliti
e.       Dapat didokumentasi
f.        Dapat mengerjakan beberapa task dengan lebih cepat dan lebih baik dibanding manusia
Keuntungan kecerdasan alamiah dibanding kecerdasan buatan adalah :
a.       Bersifat lebih kreatif
b.     Dapat melakukan proses pembelajaran secara langsung, sementara AI harus mendapatkan masukan berupa simbol dan representasi-representasi
c.  Menggunakan fokus yang luas sebagai AI referensi untuk pengambilan keputusan. Sebaliknya, AI  menggunakan fokus yang sempit
Komputer yang menggunakan AI dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang objek, kegiatan (events), proses dan dapat memproses sejumlah besar informasi dengan lebih efisien daripada yang data dikerjakan manusia. Namun di sisi lain, dengan menggunakan insting, manusia dapat melakukan hal yang sulit untuk di program pada komputer. Manusia dapat mengenali (recognize) hubungan antara beberapa hal, menilai kualitas dan menemukan pola yang menjelaskan hubungan tersebut.

Daftar Pustaka
Kusrini. (2006). Sistem pakar, teori, dan aplikasi. Yogyakarta: CV Andi Offset.
Kusumadewi, S. (2003). Artificial intelligence. Yogyakarta: Graha Ilmu.
McLeod, R., & Schell, G. P. (2008). Sistem informasi manajemen. Jakarta: Salemba Empat.
Solso, R. L., Maclin, O. H., Maclin, M. K. (2009). Psikologi kognitif. Jakarta: Erlangga.
Suardi, M. (2015). Belajar dan pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN TRANSAKSIONAL




A.   KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL

           1.     Pengertian

Gambar terkait

Keller (1992) mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional adalah sebuah gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemenuhan terhadap tingkatan tertinggi dari hierarki Maslow yakni kebutuhan akan harga diri dan aktualisasi diri. 

Kepemimpinan transformasional inilah yang sungguh-sungguh diartikan sebagai kepemimpinan yang sejati karena kepemimpinan ini sungguh bekerja menuju sasaran pada tindakan mengarahkan organisasi kepada suatu tujuan yang tidak pernah diraih sebelumnya. Para pemimpin secara riil harus mampu mengarahkan organisasi menuju arah baru (Locke, 1997).

Kepemimpinan ini juga didefinisikan sebagai kepemimpinan yang membutuhkan tindakan memotivasi para bawahan agar bersedia bekerja demi sasaran-sasaran "tingkat tinggi" yang dianggap melampaui kepentingan pribadinya pada saat itu (Bass, 1985; Burns, 1978; Tichy dan Devanna, 1986, seperti dikutip oleh Locke, 1997).


Sarros dan Butchatsky (1996), bahwa model kepemimpinan transformasional merupakan konsep kepemimpinan yang terbaik dalam menguraikan karakteristik pemimpin sehingga para pemimpin kita lebih berkerakyatan dan berkeadilan sosial. Secara sederhana dapat dipahami bahwa kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang membawa organisasi pada sebuah tujuan baru yang lebih besar dan belum pernah dicapai sebelumnya dengan memberikan kekuatan mental dan keyakinan kepada para anggota agar mereka bergerak secara sungguh-sungguh menuju tujuan bersama tersebut dengan mengesampingkan kepentingan/keadaan personalnya.

           2.    Karakteristik Kepemimpinan Transformasional


    a.  Adanya pemberian wawasan serta penyadaran akan misi, membangkitkan kebanggaan, serta menumbuhkan sikap hormat dan kepercayaan pada para bawahannya.

   b.    Adanya proses menumbuhkan ekspektasi yang tinggi melalu ipemanfaatan simbol-simbol untuk memfokuskan usaha danmengkomunikasikan tujuan-tujuan penting dengan cara yang sederhana (inspirational motivation).

  c. Adanya usaha meningkatkan intelegensia, rasionalitas, danpemecahan masalah secara seksama (intellectual stimulation).

   d.  Pemimpin memberikan perhatian, membina, membimbing, dan melatih setiap orang secara khusus dan pribadi (individualized consideration).

            3.    Dimensi Kepemimpinan Transformasional

Selanjutnya, menurut Bass (1985; 1998, dalam Tschannen-Moran, 2003) untuk dapat menghasilkan produktivitas, kepemimpinan transformasional telah didefinisikan sebagai individualized influence, inspirational motivation, intellectual stimulation, dan individualized consideration. Adapun dimensi-dimensi kepemimpinan transformasional, sebagai berikut: 

a. Individualized influence melalui model-model aturan bagi pengikut, yang mana pengikut mengidentifikasi dan ingin melakukan melebihi model tersebut. Pemimpin-pemimpin menunjukkan standar tinggi dari tingkah laku moral dan etika, serta menggunakan kemampuan untuk menggerakkan individu maupun kelompok terhadap pencapaian misi mereka dan bukan untuk nilai perorangan.

b. Inspirational motivation, pemimpin memberikan arti dan tantangan bagi pengikut dengan maksud menaikkan semangat dan harapan, menyebarkan visi, komitmen pada tujuan dan dukungan tim. Kepemimpinan transformasional secara jelas mengkomunikasikan harapan-harapan, yang diinginkan pengikut tercapai”. (Bass dan Avolio, 1994, dalam Tschannen-Moran, 2003). 

c. Dalam memperkuat intellectual stimulation, pemimpin transformasional menciptakan ransangan dan berpikir inovatif bagi pengikut melalui asumsi-asumsi pertanyaan, merancang kembali masalah, menggunakan pendekatan pada situasi lampau melalui cara yang baru.

d. Untuk individualized consideration melalui pemberian bantuan sebagai pemimpin, memberikan pelayanan sebagai mentor, memeriksa kebutuhan individu untuk perkembangan dan peningkatan keberhasilan”. (Avolio, 1994, dalam Tschannen-Moran, 2003). 

4. Contoh Kasus

Kepemimpinan ini sering muncul pada situasi-situasi yang monoton dan atau terpuruk pada sebuah organisasi. Dimana organisasi menghadapi sebuah kondisi yang “luar biasa”. Ilustrasi yang paling mudah dipahami menurut kami adalah saat seorang pelatih tim bola basket misalnya, yang akan berhadapan dengan tim yang selama ini dianggap sebagai “raksasa” maka pelatih akan memberi motivasi dan sistem latihan baru untuk meningkatkan kepercayaan diri dan kekuatan mental dari timnya.  

Hasil gambar untuk bola basket


Analisis : 

Jadi dalam sebuah tim bola basket, tidak lagi masalah pribadi namun menjadi masalah kelompok. Sehingga dalam mencapai tujuan kelompok yaitu kemenangan dalam ajang bola basket, maka perlu motivasi untuk meningkatkan performa kelompok walaupun lawan yang dihadapi merupakan lawan yang berbahaya. Dalam hal ini yang berperan sebagai pemimpin transformasional, yaitu pelatih bola basket.


       B.   KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL

            1.     Pengertian 


Model kepemimpinan yang terjadi ketika pola relasi antara pemimpin dengan konstituen, maupun antara pemimpin dengan elit politik lainnya dilandasi oleh semangat pertukaran kepentingan ekonomi atau politik untuk memelihara atau melanjutkan status quo (Burns 1978).

Menurut Bycio dkk. (1995) serta Koh dkk. (1995), kepemimpinan transaksional adalah gaya kepemimpinan dimana seorang pemimpin memfokuskan perhatiannya pada transaksi interpersonal antarapemimpin dengan karyawan yang melibatkan hubungan pertukaran. Pertukaran tersebut didasarkan pada kesepakatan mengenai klasifikasi sasaran, standar kerja, penugasan kerja, dan penghargaan.

Dari pengertian tersebut secara sederhana kepemimpinan transaksional dapat diartikan sebagai cara yang digunakan seorangpemimpin dalam menggerakkan anggotanya dengan menawarkan imbalan/akibat terhadap setiap kontribusi yang diberikan oleh anggota kepada organisasi.

         2.     Karakteristik Kepemimpinan Transaksional

   a.  Pengadaan imbalan, pemimpin menggunakan serangkaian imbalan untuk memotivasi para anggota, imbalannya berupa kebutuhan tingkat fisiologis (Maslow).

   b. Eksepsi/pengecualian, dimana pemimpin akan memberi tindakan koreksi atau pembatalan imbalan atau sanksi apabila anggota gagal mencapai sasaran prestasi yang ditetapkan.

         3.    Contoh Kasus
   Seorang walikota dari sebuah kota terkotor di dunia yang letaknya berada di salah satu Negara Amerika Latin, berhasil mengubah negaranya menjadi negara terbersih di dunia dengan melarang pembelian sayur kecuali dengan menukarnya dengan sampah. Jadi masyarakat akan diberikan sayur yang merupakan salah satu makanan pokok mereka hanya dengan mereka membawa sampah ketempat pembuangan yang telah ditentukan pemerintah, disana masyarakat kemudian dapat menukar sampah tersebut dengan sayur.

Analisis: 
Seorang walikota dalam mengatasi sampah, berinisiatif untuk dengan malarang warganya untuk membeli sayur dengan uang, kecuali dengan menukarnya sampah. Dalam permasalahan ini, seorang Pemimpin menggunakan model atau gaya kepemimpinan transaksional. Dimana dalam memotivasi individunya, Walikota tersebut akan memberikan imbalan, yaitu sayuran  pada warganya.




Daftar Pustaka
Danim, S. (2003). Menjadi komunitas pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Danim, S. (2010). Kepemimpinan pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Hanafi, M. M. (1997). Manajemen. Yogyakarta: YKPN.
Jantzi, L. (2003). Transformational leadership. Philadelphia: Open University Press.

Mulyono. (2009). Educational leadership. Malang: UIN Malang Press.

KEPEMIMPINAN

1. Definisi Kepemimpinan

Hasil gambar untuk leadership

Kepemimpinan berasal dari Bahasa Inggris, “leader” yang memiliki arti pemimpin atau tokoh. Selain itu pemimpin juga memiliki arti secara luas meliputi proses mempengaruhidalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut atau anggota untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Pengertian dari kepemimpinan memiliki banyak sekali pendapat dari para ahli, hal ini dikarenakan setiap orang memandang pemimpin dari sudut pandang yang berbeda-beda. Seorang pemimpin memberikan pengaruh kepada anggota atau bawahan yang dipimpinnya. Setiap anggota tentunya mendapatkan pengaruh yang berbeda-beda karena pada dasarnya setiap orang memiliki cara pandang yang berbeda.
Teori tentang kepemimpinan selalu mengalami perubahan dari masa ke masa. Hal ini dipengaruhi oleh cara pikir orang yang selalu berkembang sehingga pemahaman atau pengertian dari kepemimpinan selalu berkembang. Pada dasarnya semua pengertian memiliki kekurangan dan kelebihan karena disesuaikan dengan situasi dan masalah yang dihadapi.
Teori yang pertama berkembang hingga tahun 1940-an, yaitu teori kepimpinan yang didasarkan pada teori sifat. Pada teori ini seorang pemimpin haruslah memiliki sifat-sifat yang berbeda dengan yang bukan pemimpin. Sifat yang dimiliki seorang pemimpin misalnya ambisi dan erergi, keinginan untuk memimpin, kejujuran dan integritas, rasa percaya diri dan lain-lain. Menurut teori ini sifat seseorang merupakan bawaan dari lahir sehingga seseorang yang tidak memiliki sifat kepemimpinan tidak dapat menjadi pemimpin yang baik.
Selanjutnya pada tahun 1940-an hingga 1960-an berkembang teori kepemimpinan berdasarkan pada teori tingkah laku. Pada teori ini tingkah laku seorang pemimpin berbeda dengan tingkah laku bawahanya atau anggotanya yang bukan pemimpin. Berdasarkan teori tingkah laku seorang pemimpin dapat diajarkan sehingga untuk menjadi pemimpin yang baik hanya perlu berusaha dan berlatih secara terus-menerus.
Teori kepemimpinan yang berkembang antara tahun 1960-an sampai tahun 1970-an teori kemungkinan. Teori ini juga bisa disebut teori situasional, karena keberhasilan seorang pemimpin tidak berdasarkan sifat atau tingkah laku akan tetapi dipengaruhi oleh situasi tertentu. Sehingga setiap situasi memerlukan cara atau gaya yang berbeda-beda untuk mengatasinya.
Antara tahun 1970-an hingga tahun 2000-an berkembang teori kepemimpinan mutakhir, seperti teori kepemimpinan atribusi, teori kepemimpinan karismatik dan teori kepemimpinan transformasional atau kepemimpinan transaksional. Teori atribusi menyatakan bahwa kepemimpinana hanyalah sebuah atribusi yang dibuat oleh orang (bawahan atau anggota) kepada orang lain (pemimpin). Teori kepemimpinan karismatik menyatakan bahwa seorang pemimpin memiliki pengaruh luar bisasa  pada organisasi. Hal ini dikarenaka seorang pemimpin memiliki tingkat kepemimpinan yang tinggi, dominasi kepemimpinana, serta keyakinan akan kebenaran moral dari keyakinannya. Sedangkan teori kepemimpinan transformasional adalah teori yang mengemukakan bahwa seorang pemimpin memandu atau memotivasi bawahannya untuk mencapai tujuan dan penegasan pada tugas bawahan masing-masing. Pemimpin memberikan pertimbangan dan rangsangan intelektual yang diindividualkan, dan memiliki karisma.


Kepemimpinan berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan ke-pemimpinannya. Kepemimpinan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu organisai karena sebagian besar keberhasilan dan kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh kepemimpinan dalam organisasi tersebut.
Menurut Wahjosumidjo (2005: 17) kepemimpinan di terjemahkan kedalam istilah sifat- sifat, perilaku pribadi, pengaruh terhadap orang lain, pola- pola, interaksi, hubungan kerja sama antarperan, kedudukan dari satu jabatan administratif, dan persuasif, dan persepsi dari lain-lain tentang legitimasi pengaruh. Miftah Thoha (2010: 9) kepemimpinan adalah kegiatan untuk memengaruhi perilaku orang lain, atau seni memengaruhi perilaku manusia baik perorangan maupun kelompok.
Menurut C. Turney (1992) dalam Martinis Yamin dan Maisah (2010: 74) mandefinisikan kepemimpinan sebagai suatu group proses yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola dan menginspirasikan sejumlah pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi melalui aplikasi teknik-teknik manajemen.
George R. Terry (Miftah Thoha, 2010: 5) mengartikan bahwa kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi orang-orang supaya diarahkan mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan meliputi proses mempengaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya.
Dale Timple (2000: 58) mengartikan kepemimpinan adalah proses pengaruh sosial di dalam mana manajer mencari keikutsertaan sukarela dari bawahan dalam usaha mencapai tujuan organisasi. Dengan kepemim pinan yang dilakukan seorang pemimpin juga menggambarkan arah dan tujuan yang akan dicapai dari sebuah organisasi. Sehingga dapat dikatakan kepemimpinan sangat berpengaruh bagi nama besar organisasi.
Menurut Sudarwan Danim (2004: 56) kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi arah kepada individu atau kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Martinis Yamin dan Maisah (2010: 74) kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi  yang dilakukan oleh seseorang dalam mengelola anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan merupakan bentuk strategi atau teori memimpin yang tentunya dilakukan oleh orang  yang biasa  kita sebut sebagai pemimpin.
Menurut Kartini Kartono (2003: 48) mengemukakan kepemimpinan sebagai berikut: Kepemimpinan itu sifatnya spesifik, khas, diperlukan bagi situasi khusus. Sebab dalam satu kelompok yang melakukan aktivitas-aktivitas tertentu, dan punya tujuan serta peralatan khusus, pemimpin kelompok dengan ciri-ciri karakteristiknya itu merupakan fungsi dari situasi khusus tadi. Jelasnya sifat-sifat utama dari pemimpin dan kepemimpinannya harus sesuai dan bisa diterima oleh kelompoknya, juga bersangkutan, serta cocok-pas dengan situasi dan zamannya.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan kepemimpinan merupakan cara seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahan dengan karakteristik tententu sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Faktor keberhasilan seorang pemimpin salah satunya tergantung dengan teknik kepemimpinan yang dilakukan dalam menciptakan situasi sehingga menyebabkan orang yang dipimpinnya timbul kesadarannya untuk melaksanakan apa yang dikehendaki. Dengan kata lain, efektif atau tidaknya seorang pemimpin tergantung dari bagaimana kemampuannya dalam mengelola dan menerapkan pola kepemimpinannya sesuai dengan situasi dan kondisi organisasi tersebut.

2. Jenis-jenis Kepemimpinan
Banyak teori yang mengungkapkan tentang kepemimpinan, sehingga muncul banyak jenis-jenis kepemimpinan yang dipahami dan juga diterapkan pada saat ini. Semua jenis kepemimpinan juga memiliki kekurangan dan kelebihan sehingga dalam penerapannya perlu memperhatikan banyak hal. Terdapat 6 jenis atau model kepemimpinan yang ada. Yaitu: Koersif, otoritatif, afiliatif, demokratis, pecesetting, dan coaching yang tentunya memiliki kekurangan dan kelebihan masing masing.


a.                   Koersif
Jenis kepemimpinan ini bisa juga disebut dengan kepemimpinan otoriter. Pada jenis ini seorang pemimpin akan memerintah sesuai dengan kehendaknya sendiri tanpa ada orang yang boleh membantah semua perintahnya. Menurut pendapatnya seorang bawahan hanya akan bekerja jika diperintah. Selain itu pemimpin sudah menetukan ketentuan dari awal sehingga pada saat pelaksanaan tidak ada rencana atau usulan dari bawahannya. Pemimpin menjalankan semuannya sesuai dengan kehendak hati sang pemimpin sehingga bawahan hanya tinggal menjalankan apa saja tugasnya.
Kelebihan dari tipe ini adalah ketika sebuah organisasi atau kelompok membutuhkan pengambilan keputusan secara mendadak dengan cepat dan tepat. Pengambilan keputusan akan difikirkan secara matang tanpa dipengaruri oleh orang lain. Selain itu saat pengambilan keputusan tidak perlu dengan adanya diskusi atau rapat dan terjadi perdebatan dari berbagai pihak yang hanya akan membuat keputusan tidak segera diambil. Sehingga pengambilan keputusan akan lebih cepat dan tepat jika diambil oleh seorang pemimpin saja. Selain itu pemimpin dengan jenis ini akan menumbuhkan sikap disiplin dari anggota atau bawahannya.
Selain kelebihan jenis kepemimpinan ini juga memiliki kekurangan. Yaitu ketika pelaksanaan tugas atau pelaksanaan program-program yang direncanakan bawahan atau anggota kelompok tidak bisa berfikir kreatif dan akan mudah bosan. Hal ini dikarenakan apa yang dikerjakan sudah ditentukan oleh pemimpinnya dan bawahannya tidak boleh melakukan hal lain yang tidak sesuai dengan ketentuan. Selain itu tidak akan ada perubahan pada organisasi atau kelompok tersebut karena pemimpinnya sulit untuk menerima perubahan dan usulan dari bawahan atau anggotanya.
b.                  Otoritatif
Jenis pemimpin ini bukan jenis pemimpin yang oteriter, akan tetapi pemimpin yang mendapatkan kekuasaan dengan persetujuan dan kejelasan visi yang ia paparkan. Seorang pemimpinakan menjadikan orang lain bergerak menuju sebuah visi yang sudah ditentukan dengan bersemangat karena ia akan memberikan penghargaan yang pantas dan tujuan yang jelas tidak hanya untuk jangka pendek tetapi juga untuk jangka panjang. Pemimpin akan melakuakn perubahan-perubahan untuk mencapai visi dari organisasi tersebut. Pemimpin jenis ini memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan mudah mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama.
Otoratif juga memiliki kekurangan yaitu saat organisasi yang dipimpinnya memerlukan keputusan yang cepat dan tepat dalam keadaan yang mendesak. Pemimpin jenis ini akan terlalu lama menentukan keputusan apa yang harus diambil. Selain itu pemimpin akan mengalami kesulitan saat anggota atau bawahannya tidak setingkat dengannya. Maksudnya para anggota atau bawahannya tidak mampu berfikir kreatif untuk sebuah perubahan. Selain itu pemimpin akan mengalami kesulitan saat bersama dengan tim ahli. Pemimpin ini akan dianggap terlalu angkuh atau sombong karena selalu berfikir kedepan dan menganggap orang lain tidak memiliki kemampuan atau pengetahuan seperti dirinya.
Kepemimpinan yang otoritatif juga memiliki kelebihan yaitu ketika seorang pemimpin bertemu dengan anggota yang sepadan. Maksudnya, anggota yang mampu diajak bekerjasama dan mampu membuat perubahan-perubahan sesuai dengan kemajuan jaman.
c.                   Afiliatif
Kepemimpinan yang afiliatif adalah seorang pemimpin yang memberikan jalan bagi anggotanya untuk bertindak.Seorang pemimpin mengedepankan kebahagiaan dari anggotnya. Setiap anggotanya memiliki kesempatan yang sama dalam memberikan ide-ide untuk kemajuan dari organisasi. Pemimpin akan sangat disenangi oleh semua bawahan atau anggotanya karena dalam organisasi semua memiliki sifat terbuka.
Kelemahan dari teori ini adalah anggotanya akan merasa ketergantungan kepada pemimpinnya, karena pemimpin selalu membantu dan mengedepankan anggota atau bawahannya, pemimpin ibarat sebatang lilin yang rela terbakar untuk menerangi sekelilinganya. Selain itu apabila seseorang yang belum mengenal pemimpin tersebut akan menganggap remeh pemimpinnya, karena seorang pemimpin selalu terbuka dengan masalah yang dihadapi dan meminta pendapat dari bawahannya sehingga orang akan menanggap bahwa pemimpinnya tidak memilii kemampuan yangn memadai.
Selain itu teori ini memiliki kelebihan yaitu terjadi harmonisasi antara pemimpin dan bawahannya karena adanya keterbukaan. Sehingga dalam mencapai tujuan organisasinya dapat saling bekerja sama dengan baik. Kelebihan yang paling utama adalah para anggotanya merasa senang karena pemimpin memprioritaskan semua kegiatan dan tujuannya pada anggotanya.
d.                  Demokatis
Kepemimpinan jenis ini mengedepankan pendapat dari anggota untuk mengambil keputusan sehingga setiap masalah diselesaikan dengan cara musyawarah dan mufakat. Kepemimpinan ini hampir sama dengan kepemimpinan afiliatif akan tetapi perbedaannya adalah seorang pemimpin tidak mengedepankan kebahagiaan dari anggotannya akan tetapi tujuan keterbukaan adalah untuk saling faham satu sama lain sehingga bisa tercapai kerjasama. Pemimpin akan mengambil keputusan sesuai dengan suara terbanyak dari anggota.
Kelemahan dari kepemimpinan jenis ini adalah jika seorang pemimpin tidak dapat mengambil keputusan dengan tepat dan terjadi kontra anatar anggota, selain itu apabila anggota tidak sefaham atau memiliki carapandang yang berbeda dengan pemimpin sehingga pada saat pengambilan keputusan tidak terjadi titik temu hanya saling berdebat satu sama lain. Pengambilan keputusan juga tidak selalu sesuai karena suara terbanyak belum tentu keputusan yang terbaik.Adakalanya suara terbanyak justru menjerumuskan kehal-hal yang tidak baik.
Akan tetapi jenis kepemimpin ini juga memiliki kelebihan yaitu terjadinya keterbukaan antara anggota dan pemimpin jadi semua masalah yang terjadi dalam organisasi diketahui oleh semua anggota dan dapat turut menyelesaikan masalah tersebut. Sehingga pemimpin juga tidak terlalu terbebani akan masalah yang dihadapi karena ditanggung bersama.
e.                   Pacesetting
       Jenis kepemimpinan ini menyatakan bahwa seorang pemimpin membutuhkan atau menuntut kesempurnaan dari anggotanya. Pemimpin membuat standar-standar yang harus dipenuhi oleh setiap anggotanya agar tercapai apa yang diinginkan pemimpinnya. Seorang pemimpin akan mengambil alih tugas dari anggotanya apabila apa yang dikerjakan tidak sesuai dengan standar yang ia tetapkan. Pemimpin tidak segan-segan untuk mengganti anggota dengan orang lain jika ia merasa tidak cocok atau tidak memenuhi standar.
Kelemahan dari jenis kepemimpinan ini adalah jika angotanya adalah orang yang tidak suka berkembang atau sulit memotivasi diri maka anggota merasa tidak dianggap oleh pemimpin dan menjadi malas untuk mengerjakan tugasnya dan pada akhirnya hanya akan diganti dengan yang lain. Pemimpin memiliki banyak pekerjaan karena mengontrol setiap kegiatan dari anggotanya bahkan mengambil alih setiap pekerjaan yang tidak sesuai dengan standarnya.
Kelebihan dari jenis ini adalah apa yang dilakukan oleh anggota dari organisasi selalu sempurna. Karena sesuai dengan standar yang ditentukan oleh pemimpin. Selain itu pemimpin jenis ini juga akan sangat maju jika bertemu dengan anggota yang senang bekerja dan mampu membangun motivasi dirinya. Sehingga anggotanya akan memenuhi standar yang sudah ditetapkan oleh pemimpin jadi semua dapat selesai sesuai target.
f.                    Coaching
      Jenis kepemimpinan ini hampir sama dengan kepemimpinan pacesetting karena pemimpin ini juga menuntut kesempurnaan dari anggotanya. Akan tetapi jenis ini menetukan ketentuan yang berbeda-beda untuk setiap orang.Pemimpin ini menuntut anggotanya untuk berkembang sesuai dengan kemampuan dan bakat yang dimiliki masing-masing anggota. Karena pemimpin berpendapat bahwa dengan berkembangnya anggota maka akan berkembang pula organisasi yang dipimpinnya.
Kelemahan dari kepemimpinan jenis ini adalah seorang pemimpin memerlukan waktu yang lama untuk mengembangkan anggotannya satu-persatu karena setiap individu berbeda-beda sehingga perlu diadakan pembicaraan secara langsung dengan anggota satu persatu. Selain itu anggota yang malas akan merasa tertekan karena selalu dituntut untuk melakukan hal-hal tertentu.
Selain kelemahan tentunya jenis kepemimpinan ini juga memiliki kelebihan, yaitu pemimpin akan mengenali semua anggota yang ada dalam organisasinya. Hal ini juga dapat untuk menggali kemampuan terpendam dari anggotanya dan juga memperbaiki kelemahan-kelemahan dari anggotanya.

3. Prinsip Dasar Kepemimpinan

Hasil gambar untuk principles of leadership

Prinsip, sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau organisasi.  Menurut Stephen R. Covey (1997), prinsip adalah bagian dari suatu kondisi, realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan sebagai sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu pusat atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4 dimensi seperti; keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan. Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Coney) sebagai berikut:
a.                   Seorang yang belajar seumur hidup
Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya: belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.
b.                  Berorientasi pada pelayanan
Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama.  Dalam memberi pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
c.                   Membawa energi yang positif
Setiap orang mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan.  Oleh karena itu, seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti :
-         Percaya pada orang lain
Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu, kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.
-         Keseimbangan dalam kehidupan
Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akherat.
-         Melihat kehidupan sebagai tantangan
Kata ‘tantangan’ sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, ketrampilan, kreativitas, kemauan, keberanian, dinamisasi dan kebebasan.
-         Sinergi
Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan. Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya.  Sinergi adalah kerja kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier Webster International Dictionary, sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja.
-         Latihan mengembangkan diri sendiri
Seorang pemimpin harus dapat memperbaharui diri sendiri untuk mencapai keberhasilan yang tinggi.  Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses.  Proses daalam mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan: (1) pemahaman materi; (2) memperluas materi melalui belajar dan pengalaman; (3) mengajar materi kepada orang lain; (4) mengaplikasikan prinsip-prinsip; (5) memonitoring hasil; (6) merefleksikan kepada hasil; (7) menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi; (8) pemahaman baru; dan (9) kembali menjadi diri sendiri lagi.
Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya: (1) kemauan dan keinginan sepihak; (2) kebanggaan dan penolakan; dan (3) ambisi pribadi.  Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-menerus. Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan pribadi. Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibanding perkembangan emosinya. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mencapai keseimbangan diantara keduanya, sehingga akan menjadi faktor pengendali dalam kemampuan intelektual. Pelatihan emosional dimulai dari belajar mendengar.  Mendengarkan berarti sabar, membuka diri, dan berkeinginan memahami orang lain.  Latihan ini tidak dapat dipaksakan.  Langkah melatih pendengaran adalah bertanya, memberi alasan, memberi penghargaan, mengancam dan mendorong. Dalam proses melatih tersebut, seseorang memerlukan pengontrolan diri, diikuti dengan memenuhi keinginan orang.
Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan dari pada bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan bertujuan untuk melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk menciptakan ketakutan.  Peningkatan diri dalam pengetahuan, ketrampilan dan sikap sangat dibutuhkan untuk menciptakan seorang pemimpin yang berpinsip karena seorang pemimpin seharusnya tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga emosional (IQ, EQ dan SQ).

4. Perspektif  Kepemimpinan
Menurut Seters dan Field (1990) teori kepemimpinan berevolusi, mulai dari membahas kepribadian pemimpin sampai kemampuan pemimpin melakukan perubahan dalam kelompok. Apabila melihat perkembangannya, teori kepemimpinan dalam dikelompokkan menjadi :
a.             Persepektif kepribadian
Keberhasilan sebuah kelompok untuk mencapai tujuannya bergantung pada sifat– sifat bawaan si pemimpin, yang dibagi menjadi 2 :
-        -  The great person theory
Untuk menjadi pemimpin yang berhasil harus mencontoh kepribadian dam perilaku pemimpin yang berhasil.
-        -  Trait theory
Mencari karakteristik atau sifat bawaan yang membedakan pemimpin yang bagus dengan orang–orang awam.
b.                  Perspektif situasional
Berbeda dengan perspektif kepribadian, perspektif situasional lebih berfokus pada perilaku yang diperlihatkan pemimpin. Seperti interaksi antara pemimpin dengan kondisi situasional, kultur dan konteks dari kelompok.
c.                   Perspektif proses kelompok
Perspektif ini menganggap bahwa, kepribadian pemimpin dan situasi atau kelompok, proses di dalam kelompok mempengaruhi kepemimpinan.

5. Teori Kepemimpinan


a. Teori Sifat
Teori ini mempertimbangkan berbagai sifat dan karakteristik pribadi yang membedakan para pemimpin dari mereka yang bukan pemimpin dengan cara berfokus pada berbagai sifat dan karakteristik pribadi.
b. Teori Perilaku
Teori ini mengemukakan bahwa beberapa perilaku tertentu membedakan dari mereka yang bukan pemimpin.
Para peneliti di Ohio State University berusaha mengidentifikasi dimensi-dimensi independen dari perilaku pemimpin. Dimulai dengan lebih dari seribu dimensi menjadi dua kategori yang pada dasarnya menjelaskan sebagian besar perilaku kepemimpinan sebagaimana dideskripsikan par karyawan. Mereka menyebut kedua dimensi ini struktur awal dan tenggang rasa.
Struktur awal merujuk pada tingkat sampai mana seorang pemimpin akan menetapkan dan menyusun perannya dan peran para bawahannya dalam usaha mencapai tujuan. Sedangkan tenggang rasa dideskripsikan sebagai tingkat sampai mana seorang pemimpin akan memiliki hubungan profesional yang ditandai oleh kesalingpercayaan, rasa hormat terhadap ide-ide anak buah, dan rasa hormat terhadap perasaan-perasaan mereka.
Pada saat yang bersamaan, kelompok dari University of Michigan menghasilkan dua dimensi perilaku kepemimpinan yang mereka namai berorientasi karyawan dan berorientasi produksi. Pemimpin yang berorientasi karyawan menekankan hubungan antarpersonal; mementingkan kabutuhan para karyawan, dan menerima perbedaan-perbedaan individual di antara para anggota. Pemimpin yang berorientasi produksi, yaitu seorang pemimpin yang menekankan aspek-aspek teknis atau tugas dari suatu pekerjaan tertentu.
Perbedaan antara teori sifat dengan teori perilaku, dalam penerapannya, terletak pada asumsi-asumsi pokoknya. Teori sifat berasumsi bahwa pemimpin dilahirkan, bukan diciptakan. Namun, bila ada perilaku-perilaku tertentu yang mengidentifikasi pemimpin, kita bisa mengajarkan kepemimpinan. Kita bisa merancang beragam program untuk menanamkan pola-pola perilaku ini dalam diri mereka yang ingin menjadi pemimpin yang efektif.
Berdasarkan bukti yang ada, teori perilaku, seperti halnya teori sifat, memberi kita tambahan pemahaman mengenai kepemimpinan yang efektif. Para pemimpin yang memiliki sifat-sifat tertentu, dan yang menampilkan perilaku tenggang rasa dan disiplin dalam kerja , memang lebih efektif.
c. Teori Sumber Daya Kognitif
Teori kepemimpinan yang menyatakan bahwa stress secara negatif mempengaruhi suatu situasi serta kecerdasan dan pengalaman bisa mengurangi pengaruh sterss yag dirasakan pemimpin. Inti dari teori ini adalah bahwa stress merupakan musuh rasionalitas. Sulit bagi para pemimpin untuk berpikir secara logis dan analitis ketika sedang stress. Selain itu, peran kecerdasan dan pengalaman seorang pemimpin dalam kaitannya dengan efektivitas berbeda dalam situasi stresstingkat rendah dan tinggi.
Kemampuan intelektual seorang pemimpin berhubungan secara positif dengan kinerja dalam situasi stress tingkat rendah dan secara negatif dalam situasi stress tingkat tinggi. Sebaliknya, pengalaman seseorang pemimpin herhubungan secara negatif dengan kinerja dalam situasi stress tingkat rendah dan secara positif dalam situasi stress tingkat tinggi. Jadi tingkat stress yang terkandung dalam situasi menentukan apakah kecerdasan atau pengalaman seorang individu yang akan memberikan kontribusi bagi kinerja kepemimpinan.
Pada kenyataannya, sebuah kajian menegaskan bahwa ketika tingkat stress rendah dan pemimpin bersifat direktif (yaitu, ketika seorang pemimpin bersedia memberi tahu orang mengenai apa yang harus dilakukan), kecerdasan memiliki peran penting terhadap efektivitas seorang pemimpin.

5. Gaya Kepemimpinan
a. Model Fiedler
Model kemungkinan Fiedler menyatakan bahwa kelompik yang efektif bergantung pada kesesuaian antara gaya interaksi seorang pemimpin dengan bawahannya serta sejauh mana situasi tersebut menghasilkan kendali dan pengaruh untuk pemimpin tersebut.


Fiedler mengidentifikasi tiga dimensi kemungkinan yang menurutnya, menentukan faktor-faktor situasional kunci yang menentukan efektivitas kepemimpinan. Faktor-faktor tersebut adalah hubungan pemimpin-anggota, struktur tugas, dan kekuatan posisi. Ketiganya didefinisikan sebagai berikut :
-        -  Hubungan pemimpin-anggota
Tingkat kepatuhan, kepercayaan, dan rasa hormat yang dimiliki oleh bawahan terhadap pimpinan mereka.
-       -   Struktur tugas
Tingkat sejauh mana penentuan pekerjaan diproseduralkan (terstruktur atau tidak terstruktur).
-         - Kekuatan posisi
Pengaruh yang berasal dari posisi struktural formal seseorang dalam organisasi; termasuk kekuatan untuk mempekerjakan, memecat, mendisiplinkan, mempromosikan, dan memberikan kenaikan gaji.
Berdasarkan penelitiannya, Fiedler menyimpulkan bahwa pemimpin yang berorientasi tugas cenderung bekerja secera lebih baik dalam situasi yang sangat tidak menguntungkan mereka. Fiedler mengatakan bahwa pemimpin yang berorientasi tugas bekerja sangat baik dalam situasi-situasi dengan tingkat kontrol yang tinggi dan rendah, sementara pemimpin yang berorientasi hubungan kerja sangat baik dalam situasi-situasi dengan tingkat kontrol yang modern.
Terdapat dua cara untuk meningkatkan efektivitas pemimpin. Pertama, mengganti pemimpin tersebut agar sesuai dengan situasi yang ada. Misalnya, apabila situasi kelompok dinilai sangat tidak menguntungkan tetapi saat itu mereka tengah dipimpin oleh seorang manajer yang berorientasi hubungan, konerja kelompok dapat ditingkatkan dengan mengganti manajer tersebut dengan seorang manajer lain yang berorientasi tugas. Yang kedua, mengubah situasi agar sesuai dengan sang pemimpin. Hal tersebut bisa dilakukan dengan cara melakukan restrukturisasi tugas atau meningkatkan atau mengurangi kekuatan yang dimiliki oleh pemimpin untuk mengontrol berbagai faktor seperti kenaikan gaji, promosi, dan tindakan disipliner.
b. Teori Situasional Hersey dan Blanchard


Paul Hersey dan Ken Blanchard telah mengembangkan sebuah model kepemimpinan yang disebut ”Teori Kepemimpinan Situasional” (Situational Leadership Theory-SLT). Kepemimpinan situasional adalah sebuah teori kemungkinan yang berfokus pada para pengikut. Kepemimpinan yang berhasil dicapai dengan cara memilih gaya kepemimpinan yang benar yang menurut Hersey dan Blanchard bergantung pada tingkat kesiapan para pengikut.
            Penekanan pada para pengikut dalam efektifitas kepemimpinan mencerminkan realitas bahwa para pengikutlah yang menerima atau menolak pemimpin tersebut. Istilah kesiapan sebagaimana didefinisikan oleh Hersey dan Blanchard, merujuk pada tingkat sampai mana orang memiliki kemampuan dan kesediaan untuk menyelesaikan tugas tertentu.
            Hersey dan Blanchard mengidentifikasikan empat perilaku pemimpin yang khusus-dari sangat direktif sampai sangat laissez-faire. Perilaku mana yang paling efektif bergantung pada kemampuan dan motivasi seorang pengikut. SLT berasumsi bila seorang pengikut tidak mampu dan tidak bersedia, pemimpin harus memberikan pengarahan secara jelas dan spesifik. Bila para pengikut tidak mampu namun bersedia, pemimpin harus menampilkan orientasi tugas yang tinggi untuk mengimbangi kurangnya kemampuan para pengikut. Apabila para pengikut mampu  namun tidak bersedia, pemimpin harus menggunakan gaya yang suportif dan partisipatif, Sementara bila karyawan mampu dan bersedia, pemimpin tidak perlu berbuat banyak.
            SLT memiliki daya tarik yang intuitif. Pendekatan ini mengakui arti penting pengikut dan dibangun di atas logika bahwa para pemimpin bisa mengompensasi keterbatasan kemampuan dan motivasi dalam diri para pengikut mereka.
c. Teori Pertukaran Pemimpin-Anggota
Teori-teori kepemimpinan yang telah kita pelajari sampai saat ini sebagian besar mengasumsikan bahwa pemimpin memperlakukan semua pengikut mereka dengan cara yang sama. Artinya, berbagai teori tersebut berasumsi bahwa para pemimpin menggunakan gaya yang cukup homogen dengan semua orang di dalam unit kerja mereka.Teori Peryukaran Pemimpin-Anggota menyatakan bahwa karena tekanan waku, pemimpin membangun suatu hubungan khusus dengan suatu kelompok kecil dari para pengikutnya.
            Para pemimpin menjalankan LMX dengan cara memberikan semacam penghargaan kepada karyawan-karyawan yang ingin mereka ajak membangun hubungan yang lebih dekat dan memberikan hukuman-hukuman kepada orang-orang yang tidak mereka inginkan dalam hubungan yang lebih baik.Poin utama yang perlu diperhatikan disini adalah meskipun pemimpin yang memilih, karakteristik-karakteristik pengikutlah yang menentukan keputusan pengategorian sang pemimpin.
            Pemimpin menginvestasikan sumber-sumber daya mereka dengan orang-orang yang mereka harap bisa bekerja dengan baik. Selain itu “mengetahui” bahwa anggota-anggota kelompok kesayanganya adalah yang paling cakap, para pemimpin memperlakukan mereka sedemikian rupa dan tanpa disadari mewujudkan ramalan itu.
d.      Teori Jalan-Tujuan


Teori jalan-tujuan (path-goal theory) merupakan tugas pemimpin untuk memberikan informasi, dukungan, atau sumber-sumber daya lain yang dibutuhkan kepada para pengikut agar mereka bisa mencapai berbagai tujuan mereka.perilaku pemimpin. House mengidentifikasi empat perilaku kepemimpinan.
-        Pemimpin yang direktif yaitu member tahu kepada para pengikut mengenai apa yang diharapkan dari mereka, menentukan pekerjaan yang harus mereka selesaikan,dan memberikan  imbingan khusus terkait dengan menyelesaikan berbagai tugas.
-       - Pemimpiun yang suportif adalah pemimpin yang ramah dan memperhatikan kebutuhan para pengikut
-       - Pemimpin yang partisipatif  yaitu berunding dengan para pengikut dan menggunakan saran-saran mereka sebelum mengambil sebuah keputusan
-  - Pemimpin yang berorientasi pencapaian  yaitu menetapkan tujuan-tujuan yang besar dan mengharapkan para pengikutnya untuk bekerja dengan sangat baik.

Daftar Pustaka
Deviton, J. A. (1995). The interpersonal communication. New York: Hunter College.
Kartono, K. (2005). Pemimpin dan kepemimpinan. Jakarta: Rajawali Press.
Northouse, P. G. (2007). Leadership: Theory and practice. London: Thousan Oaks.
Nurkholis. (2003). Manajemen berbasis sekolah. Jakarta: Grasindo.
Yukl, G. (2006). Leadership in organizational. New Jersey: Prentice Hall. 
 
Blogger Templates