KASUS:
Marvin Cruz merupakan seorang pria berusia 47 tahun. Ia mengalami fobia terhadap anak anjing. Kejadian ini berawal sejak ia berumur 5 atau 6 tahun, ia bersama temannya sedang bermain bola di belakang rumah, tiba-tiba datang seekor anak anjing kemudian menyerang tetangganya tersebut di bagian lengan dan kakinya, sampai harus mendapat ribuan jahitan.
Ketika ia berusia 47 tahun, ia menjalani terapi untuk mengatas fobianya tersebut. Seorang terapis membawa Marvin ke sebuah lapangan. Disitu terdapat seekor anak anjing. Ketika pertama melihatnya, Marvin langsung berlari ketakutan. Terapis langsung menyuruh Marvin untuk tetap di tempatnya dan membuat Marvin agar tetap tenang. Kemudian, anjing tersebut sedikit demi sedikit mendekat kearah Marvin dan menyuruh Marvin agar memegang anjing tersebut secara perlahan. Selama Marvin sangat takut, terapis memberikan dukungan kepada Marvin bahwa Marvin orang yang kuat dan bisa mengalahkan ketakutannya tersebut.
Biasanya seorang anak akan mengalami
ketakutan yang berhubungan dengan tantangan sehari-hari yang nyata. Begitu juga
dengan diri Marvin, saat ia berusia 5 atau 6 tahun ia melihat seekor anak
anjing menyerang tetangganya saat mereka tengah bermain sepak bola. Ketakutan
ini didasarkan pada pengalaman yang kurang menyenangkan, sehingga terakumulasi
sampai Marvin berusia 47 tahun. Ingatan akan anjing yang menggeram membuat anak
merasa takut setiap kali berpapasan dengan hewan tersebut. Setiap ketakutan
mempengaruhi kehidupan anak, yang membuat anak takut untuk bepergian jauh.
Seorang anak dengan fobia memiliki kekhawatiran, bahkan saat sumber
kekhawatiran tidak berada di dekatnya. Misalnya, seorang anak yang takut dengan
anjing akan merasa terganggu saat berdekatan dengan anijng di jalan. Bahkan, ia
selalu membayangkan anjing di dalam pikirannya. Fobia ini sulit diubah dan
biasanya berlangsung selama bertahun-tahun (Woolfson, 2005).
Untuk mengatasi ketakutannya ini, ia
menjalani terapi behavior. Menurut Gunarsa (2007) terapi perilaku ini bertujuan
untuk menghilangkan perilaku maladaptif
dan lebih banyak mempelajari perilaku yang efektif. Memusatkan pada
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku dan mencari apa yang dapat dilakukan
terhadap perilaku yang menjadi masalah. Ia menjalani salah satu terapi behavior,
yaitu terapi eksposur.
Saat Marvin berusia 47 tahun, ia menjalani
terapi eksposur. Terapi eksposur adalah suatu intervensi perilaku yang
melibatkan pengaktifan trauma melalui penanganan ingatan atau tanda yang
berkaitan. Eksposur berlangsung cukup lama dan memungkinkan level kecemasan
klien berkurang (Roberts & Greene, 2002). Marvin dihadapkan langsung pada
ketakutannya, yaitu anak anjing. Terapi menyuruh Marvin untuk melihat anjing
tersebut, kemudian anjing tersebut secara perlahan di dekatkan dengan dirinya.
Seketika, Marvin langsung berteriak dan tubuhnya gemetar saat dihadapkan
langsung dengan anjing tersebut. Namun, terapis terus menenangkan Marvin agar
tetap tenang dan memberi dukungan bahwa Marvin dapat mengalahkan ketakutannya.
Terapis memainkan peran aktif dan direktif dalam pemberian treatment, yakni
terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan klien.terapis
berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkat laku yang
maladaptif dan dalam menentukan prosedur-prosedur penyembuhan yang diharapkan,
mengarah pada tingkah laku yang baru dan adaptif. Goodstein (dalam Corey, 2009) juga menyebut peran terapis sebagai pemberi penguatan.
Terapis menunjan perkembangan tingkah laku yang secara sosial layak dengan
secara sisternatis memperkuat jenis tingkah laku klien. Minat perhatian, dan
persetujuan terapis adalah penguat–penguat yang hebat bagi tingkah laku klien.
Penguat–penguat tersebut bersifat interpersonal dan melibatkan bahasa, baik
verbal maupun nonverbal. Terapis terus memberi sentuhan kepada Marvin saat ia
ketakutan dan terus menyemangati Marvin secara verbal.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa, S. D.
(2007). Konseling dan terapi.
Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Roberts, A. R.,
& Greene, G. J. (2012). Social
workers desk reference. English: Oxford University, Inc.
Woolfson, R. C.
(2005). Mengapa anakku begitu?.
Jakarta: Erlangga.
Corey, 2009. (2009).
Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
0 komentar:
Posting Komentar