Subscribe:

Pages

Selasa, 22 Maret 2016

KESEHATAN MENTAL MENURUT ALIRAN PSIKOANALISIS DAN HUMANISTIK

1. Pengertian Kesehatan Mental 

          Ilmu kesehatan mental merupakan salah satu cabang termuda dari ilmu jiwa yang tumbuh pada akhir abad ke-19 dan sudah ada di Jerman sejak tahun 1875. Pada abad ke-20, ilmu ini berkembang dengan pesatnya, sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern. Kesehatan mental dipandang sebagai ilmu praktis yang banyak dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam bentuk bimbingan dan penyuluhan. Ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang memperhatikan perawatan mental atau jiwa. Sama seperti pengertian ilmu lain, ilmu kesehatan mental mempunyai objek penting untuk diteliti dan objek tersebut adalah manusia. Manusia dalam ilmu ini diteliti dari titik tolak keadaan atau kondisi mentalnya. Ilmu kesehatan mental merupakan terjemahan dari istilah mental hygiene. Mental (dari kata Latin: mens, mentis) berarti jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat, sedangkan hygiene (dari bahasa Yunani:hygiene) berarti ilmu tentang kesehatan. Mental hygiene menitikberatkan kehidupan kerohanian, jadi ilmu kesehatan mental adalah ilmu yang membicarakan kehidupan mental manusia dengan memandang manusia sebagai totalitas psikofisik yang kompleks. 

        Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya sendiri dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketaqwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan di akhirat. Ilmu ini pada hakikatnya bersifat preventif dan tujuannya yang utama adalah untuk memelihara kesehatan dan efisiensi mental. 

2. Prinsip Kesehatan Mental
       Prinsip kesehatan mental adalah pondasi yang harus ditegakkan orang dalam dirinya, guna mendapatkan kesehatan mental dan terhindar dari gangguan kejiwaan. Di antara prinsip tersebut yaitu:

• Gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri 
         Self image merupakan dasar dan syarat utama untuk mendapatkan kesehatan mental. Orang yang dapat menyesuaikan diri, baik dengan dirinya sendiri, maupun hubungan dengan orang lain, alam lingkungan dan hubungan dengan Tuhan. Self image diperoleh dengan cara penerimaan diri, keyakinan diri, dan kepercayaan kepada diri sendiri.

• Keterpaduan atau integrasi diri 
           Adaya keseimbangan antara kekuatan jiwa dalam diri, kesatuan pandangan dalam hidup (orang yang memperoleh makna dan tujuan hidup), dan kesanggupan mengatasi ketegangan emosi.

• Perwujudan diri 
        Sebagai proses kematangan diri yang dapat berarti sebagai kemampuan mempergunakan potensi jiwa dan memiliki gambaran dan sikap yang baik terhadap diri sendiri serta peningkatan motivasi dan semangat hidup.

• Berkemampuan menerima orang lain, melakukan aktivitas sosial dan menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat tinggal 
     Orang yang memiliki ketiga kemampuan di atas, merupakan tanda dari orang yang sehat mentalnya.

• Berminat dalam tugas dan pekerjaan 
     Setiap orang harus berminat dalam tugas dan pekerjaan yang ditekuninya, karena dengan demikian bisa ditambah rasa bahagia dan dikurangi penderitaan. Tanpa adanya minat, orang sulit mendapatkan rasa gembira dalam tugas dan pekerjaannya. Pribadi yang sehat dan normal adalah pribadi yang aktif dan produktif. Ia dapat mengembangkan tanggung jawabnya terhadap tugas dan pekerjaan yang diberikan.

• Agama, cita-cita dan falsafah hidup 
      Dalam pembinaan dan pengembangan kesehatan mental, orang membutuhkan agama, seperangkat cita-cita yang konsisten, dan pandangan hidup yang kukuh.

• Pengawasan diri 
            Mengadakan pengawasan terhadap hawa nafsu atau dorongan dan keinginan, serta kebutuhan, oleh akal pikiran, merupakan hal pokok dari kehidupan orang dewasa yang bermental sehat dan berkepribadian normal.
• Rasa benar dan tanggung jawab 
         Hal tersebut penting dalam tingkah laku, karena setiap individu ingin bebas dari rasa dosa, salah, dan kecewa. 

3. Kriteria Kesehatan Mental 

• Efisiensi Mental 
        Dari hubungan antara kesehatan mental dan efisiensi mental telah jelas bahwa efisiensi dapat digunakan untuk menilai kesehatan mental.

• Pengendalian dan integrasi pikiran dan tingkah laku 
         Pengendalian yang efektif merupakan salah satu tanda yang sangat pasti, dari kepribadian yang sehat. Berlaku pada proses-proses mental. Hal yang juga penting bagi kesehatan mental adalah integrasi pikiran dan tingkah laku, suatu kualitas yang biasanya di identifikasikan sebagai integritas pribadi. Pembohong dan penipu mengalami kekurangan dalam integritas pribadi dan sering kali cirinya adalah bermental patologik.

• Integrasi motif-motif serta pengendalian konflik dan frustrasi 
        Dapat dilihat bahwa kemampuan untuk mengintegrasikan motivasi-motivasi pribadi dan tetap mengendalikan konflik dan frustrasi sama pentingnya dengan integrasi pikiran dan tingkah laku. Konflik yang hebat bisa muncul apabila motif-motif tidak berintegrasi. Perasaan-perasaan dan emosi-emosi yang positif dan sehat. Integrasi yang dibutuhkan dalam kesehatan mental dapat ditunjang oleh perasaan-perasaan positif dan demikian juga sebaliknya perasaan-perasaan negatif dapat mengganggu dan merusak kestabilan emosi. Perasaan tidak aman, bersalah, rendah diri, bermusuhan adalah tanda-tanda gangguan emosi dan dapat menyebabkan mental yang tidak sehat. Sebaliknya, perasaan diterima, cinta, aman, dan harga diri masing-masing memberi sumbangan pada kestabilan mental dan dilihat sebagai tanda kesehatan mental.

• Ketenangan atau kedamaian pikiran 
          Banyak kriteria penyesuaian diri dan kesehatan mental berorientasi kepada ketenangan pikiran, yang sering kali di singgung dalam pembicaraan mengenai kesehatan mental. Apabila ada keharmonisan emosi, perasaan positif, akan muncul ketenangan mental. Kita tidak dapat memiliki yang satu tanpa yang lainnya. Ini berarti kesehatan mental, seperti penyesuaian diri dan tidak diizinkan adanya simtom-simtom yang melumpuhkan. Respon-respon yang simtomatik, seperti delusi-delusi, lamunan, langsung bertentangan dengan kestabilan mental.

• Sikap-sikap yang sehat 
      Sikap-sikap mempunyai kesamaan dengan perasaan dalam hubungannya dengan kesehatan mental. Dalam perjumpaan kita dengan kepribadian yang tidak dapat menyesuaikan diri atau kalut, kita selalu teringat kepada pentingnya mempertahankan pandangan yang sehat terhadap hidup. Tidak mungkin kesehatan mental terjadi dalam konteks kebencian dan prasangka, pesimisme, atau keputusan dan kehilangan harapan. Sikap-sikap ini terhadap kesehatan mental sama seperti bakteri dan racun terhadap kesehatan fisik.

• Konsep diri yang sehat 
       Apabila kita membaca sebuah literatur tentang masalah konsep diri, maka kita yakin bahwa kesehatan mental sangat tergantung pada kualitas ini. Sama seperti seorang harus mempertahankan orientasi yang sehat terhadap kenyataan objektif, demikian juga ia harus berpikir sehat tentang dirinya sendiri. Perasaan-perasaan diri yang tidak berdaya, rendah diri, tidak aman, atau tidak berharga akan mengurangi konsep diri yang kuat.

• Identitas ego yang kuat 
         Menurut White “identitas ego adalah diri atau orang dimana ia merasa menjadi dirinya sendiri”. Dalam perjuangan yang tidak ada hentinya untuk menanggulangi tuntutan-tuntutan dari diri dan kenyataan dan untuk menangani secara ancaman-ancaman, dan konflik, maka kita harus berpegang teguh pada identitas kita sendiri. Kita harus mengetahui kita ini siapa dan apa. Pada beberapa orang, identitas ego tidak tumbuh stabil ketika mendekati masa remaja, melainkan akan terjadi fiksasi pada tingkat-tingkat perkembangan yang tidak matang atau regresi pada cara bertingkah laku yang lebih awal, serta akan terhambat kemampuan untuk bertindak secara efektif. Menurut White. “Apabila identitas ego tumbuh menjadi stabil dan otonom, maka orang tersebut akan mampu bertingkah laku lebih konsisten dan bertahan lama terhadap lingkungannya. Semakin ia yakin akan kodrat dan sifat-sifat yang khas dari dirinya sendiri, maka semakin kuat juga inti yang menjadi sumber kegiatannya.” 

4. Langkah Kesehatan Mental 

         Ada tiga langkah (metode) yang ditempuh orang dalam mencapai kesehatan mental, yaitu:

• Pengobatan (kuratif) 
        Usaha yang ditempuh untuk menyembuhkan dan merawat orang yang mengalami gangguan dan sakit kejiwaan, sehingga ia dapat menjadi sehat dan wajar kembali.

• Pencegahan (preventif)
      Metode yang digunakan untuk menghadapi diri sendiri dan orang lain, guna meniadakan atau mengurangi terjadinya gangguan kejiwaan sehingga ia dapat menjaga dirinya dan orang lain dari kemungkinan jatuh kepada kegoncangan dan ketidaktentraman batin.

• Pembinaan (konstruktif)
      Bertujuan untuk menjaga kondisi mental yang sudah baik, juga meliputi cara yang ditempuh orang untuk meningkatkan rasa gembira, dan kemampuannya dalam mempergunakan segala potensi yang ada seoptimal mungkin, seperti apa yang dilakukan orang dalam memperkuat ingatan dan keribadiannya. 


5. Teori-Teori Psikologi Dan Konsep Dasar Kesehatan Mental
   
      Dalam hal ini kita akan membicarakan tentang teori-teori dasar psikologi mengenai kesehatan mental pada manusia. Dalam lingkup psikologi, kesehatan mental memiliki 3 teori yang sangat mendasar, yaitu psikoanalisis, behaviorisme dan humanistik. Namun, pada kesempatan kali ini saya hanya akan membahas dua aliran saja, yaitu psikoanalisis dan humanistik. Dan berikut adalah pembahasannya:

• Aliran Psikoanalisis

         A. Teori Psikoanalisis
       Psikoanalisis ditemukan di Wina, Austria, oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis merupakan salah satu aliran di dalam disiplin ilmu psikologi yang memiliki beberapa definisi dan sebutan, Ada kalanya psikoanalisis didefinisikan sebagai metode penelitian, sebagai teknik penyembuhan dan juga sebagai pengetahuan psikologi.

       Psikoanalisis menurut definisi modern yaitu (1) Psikoanalisis adalah pengetahuan psikologi yang menekankan pada dinamika, faktor-faktor psikis yang menentukan perilaku manusia, serta pentingnya pengalaman masa kanak-kanak dalam membentuk kepribadian masa dewasa, (2) Psikoanalisis adalah teknik yang khusus menyelidiki aktivitas ketidaksadaran (bawah sadar), (3) Psikoanalisis adalah metode interpretasi dan penyembuhan gangguan mental.

         Psikoanalisa dalam pengertian lain (Hjelle & Ziegler, 1992):
• Teori mengenai kepribadian & psikopatologi
• Metode terapi untuk gangguan kepribadian teknik untuk menyelidiki pikiran & perasaan individu yang tidak disadari.

        Psikoanalisis dapat dipandang sebagai teknik terapi dan sebagai aliran psikologi. Sebagai aliran psikologi, psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian, khususnya dari segi tingkatan kehidupan mental, wilayah pikiran, dinamika dan perkembangannya.

a. Tingkatan Kehidupan Mental
        Menurut Freud (Alwisol, 2005 : 17), kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu alam sadar (conscious), alam bawah sadar (preconscious), dan alam tidak sadar (unconscious). Sampai dengan tahun 1920-an, teori tentang konflik kejiwaan hanya melibatkan ketiga unsur tersebut.

       • Alam Sadar
       Tingkat kesadaran yang berisi semua hal yang kita cermati pada saat tertentu. Menurut Freud hanya sebagian kecil saja dari kehidupan mental (pikiran, persepsi,perasaan, dan ingatan) yang masuk ke kesadaran. Alam sadar, yang memainkan peran tak berarti dalam teori psikoanalisis, didefinisikan sebagai elemen-elemen mental yang setiap saat berada dalam kesadaran. Ini adalah satu-satunya tingkat kehidupan mental yang bisa langsung kita raih. Ada dua pintu yang dapat dilalui oleh pikiran agar bisa masuk ke alam sadar yaitu sistem kesadaran perseptual (perceptual conscious), yaitu terbuka pada dunia luar dan berfungsi sebagai perantara bagi persepsi kita tentang stimulus dari luar.

      • Alam Bawah Sadar
       Alam bawah sadar disebut juga ingatan siap (available memory), yakni tingkat kesadaran yang menjadi jembatan antara sadar dan tidak sadar. Alam bawah sadar ini memuat semua elemen yang tak disadari, tetapi bisa muncul kesadaran dengan cepat atau agak sukar (Freud, 1993/1964). Isi alam bawah sadar ini datang dari dua sumber, yang pertama adalah persepsi sadar (conscious perception). Apa yang dipersepsikan orang secara sadar dalam waktu singkat, akan segera masuk ke dalam alam bawah sadar selagi fokus perhatian beralih ke pemikiran lain.

       • Alam Tidak Sadar
       Alam tidak sadar menjadi tempat bagi segala dorongan, desakan maupun insting yang tak kita sadari tetapi ternyata mendorong perkataan, perasaan dan tindakan kita. Sekalipun kita sadar akan perilaku kita yang nyata, sering kali kita tidak menyadari proses mental yang ada dibalik perilaku tersebut. Tentu saja, alam tidak sadar bukan berarti tidak aktif atau dorman. Dorongan-dorongan di alam tidak sadar terus-menerus berupaya agar disadari, dan kebanyakan berhasil masuk ke alam sadar, sekalipun tak lagi muncul dalam bentuk asli. Pikiran-pikiran yang tak disadari ini bisa dan memang memotivasi manusia.

b. Wilayah Pikiran
      Pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang paling primitif dari pikiran adalah das Es atau “sesuatu”/”itu” (it) yang hampir selalu diterjemahkan sebagai id. Kedua adalah das Ich atau “saya” (I), yang diterjemahkan sebagai ego dan yang terakhir adalah das Uber Ich atau “saya yang lebih” (over-I), yang diterjemahkan sebagai super ego. Struktur baru ini tidak mengganti struktur lama, tetapi melengkapi gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya (Awisol, 2005 : 17).

        Freud membagi struktur kepribadian kedalam tiga komponen; yaitu das Es, das Ich, dan das Uber Ich yang masing memiliki asal, aspek, fungsi, prinsip operasi, dan perlengkapan sendiri. Ketiga tingkat ini saling berinteraksi sehingga ego bisa masuk menembus berbagai tingkat topografis dan memiliki komponen alam sadar, alam bawah sadar dan alam tidak sadar. Sementara super ego sendiri berada pada alam bawah sadar dan alam tidak sadar, sedangkan id sepenuhnya berada di alam bawah sadar.
        • Id
      Id berisikan motifasi dan energi positif dasar, yang sering disebut insting atau stimulus. Id berorientasi pada prinsip kesenangan atau prinsip reduksi ketegangan, yang merupakan sumber dari dorongan-dorongan biologis (makan, minum, tidur, dan lain-lain). Oleh karena sifatnya yang tidak realistis dan mencari kesenangan, id tidak logis dan mampu memuaskan pikiran-pikiran yang saling bertentangan satu dengan lainnya. Sebagai wilayah bagi dorongan-dorongan dasar, id beroperasi berdasarkan proses pertama. Oleh karena id menggunakan kacamata kuda dalam upayanya memenuhi prinsip kesenangan, maka id bertahan dengan cara bergantung pada pengembangan proses sekunder yang membuatnya dapat berhubungan dengan dunia luar. Singkatnya, id adalah wilayah yang primitif, kacau balau dan tidak terjangkau oleh alam sadar.

        • Ego
          Peran utama dari ego adalah sebagai mediator (perantara) atau yang menjadi jembatan antara id dengan kondisi lingkungan atau dunia luar dan berorientasi pada prinsip kenyataan. Dalam mencapai kepuasan ego berdasar pada proses sekunder yaitu berfikir realistis dan berfikir rasional. Dalam proses sebelumnya, yaitu proses primer hanya membawanya pada suatu titik, dimana ia mendapat gambaran dari benda yang akan memuaskan keinginannya, langkah selanjutnya adalah mewujudkan apa yang ada di das Es dan langkah ini melalui proses sekunder. Pada saat menjalankan fungsi kognitif dan intelektual, ego harus menimbang-nimbang antara sederetan tuntunan id yang tidak masuk akal dan bertentangan dengan super ego. Jadi, ego terus-menerus berupaya untuk mengendalikan tuntutan buta dan irasional dari id serta super ego dengan tuntutan realistis dari dunia luar.

         • Super ego
        Dalam psikologi Freudian, super ego mewakili aspek-aspek moral dan ideal dari kepribadian serta dikendalikan oleh prinsip-prinsip moralistis dan idealis. Super ego memiliki dua subsistem, suara hati (conscience) dan ego ideal. Suara hati lahir dari pengalaman-pengalaman mendapatkan hukuman atas perilaku yang tidak pantas dan mengajari kita tentang hal yang sebaiknya tidak dilakukan, sedangkan ego ideal berkembang dari pengalaman mendapat imbalan atas perilaku yang tepat dan mengarahkan kita pada hal yang sebaiknya dilakukan.

c. Dinamika Kepribadian
        Freud memandang organisme manusia sebagai sistem energi yang kompleks. Berdasarkan doktrin konservasi energi bahwa energi berubah dari energi fisiologis ke energi psikis atau sebaliknya. Freud berpendapat bahwa apabila energi digunakan dalam kegiatan psikologis seperti berfikir, maka energi itu merupakan energi psikis. Titik tumpu atau jembatan antara energi jasmaniah dengan energi kepribadian adalah id dan instink-instinknya. Insting-insting ini meliputi seluruh energi yang digunakan oleh ketiga struktur kepribadian (id, ego, dan super ego) untuk menjalankan fungsinya.

        B. Ciri-ciri Kepribadian Sehat Menurut Freud

• Mampu menilai diri sendiri secara realisitis, mampu menilai diri apa adanya tentang kelebihan dan kekurangan, baik secara fisik, pengetahuan, keterampilan dan lain sebagainya.

• Menerima tanggung jawab dan mempunyai keyakinan terhadap kemampuannya untuk mengatasi masalah-masalah kehidupan yang dihadapinya.

• Mandiri dalam berfikir, bertindak, mampu mengambil keputusan, mengarahkan dan mengembangkan diri serta menyesuaikan diri dengan norma yang berlaku di lingkungannya.

• Penerimaan sosial, mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial dan memiliki sikap bersahabat dalam berhubungan dengan orang lain.

• Mampu menilai, menghadapi situasi atau kondisi kehidupan yang dialaminya secara realistis dan mau menerima secara wajar, tidak mengharapkan kondisi kehidupan itu sebagai sesuatu yang sempurna.

• Mampu menilai prestasi yang diperoleh secara realistis; dapat menilai keberhasilan yang diperolehnya, tidak menjadi sombong, angkuh atau mengalami superiority complex, apabila memperoleh prestasi yang tinggi atau kesuksesan hidup. Jika mengalami kegagalan, dia tidak frustrasi, tetapi tetap bersikap optimis.

• Situasi kehidupannya diwarnai kebahagiaan, yang didukung oleh faktor-faktor achievement (prestasi), acceptance (penerimaan), dan affection (kasih sayang).

• Dapat mengontrol emosi, merasa nyaman dengan emosinya, dapat menghadapi situasi frustrasi, depresi, atau stress secara positif atau konstruktif , tidak destruktif (merusak).

• Berorientasi keluar, bersifat peduli, empati terhadap orang lain, memiliki kepedulian terhadap situasi atau masalah-masalah lingkungannya dan bersifat fleksibel dalam berfikir, menghargai dan menilai orang lain seperti dirinya, merasa nyaman dan terbuka terhadap orang lain.

    C. Kesehatan Mental Menurut Aliran Psikoanalisis
         Kepribadian yang sehat dapat dilihat dari cara manusia itu sendiri dalam mengatasi tekanan dan kecemasan. Yang dapat dilihat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya:

a. Motivasi
       Freud menggunakan konsep naluri untuk menunjukkan tenaga yang diumpamakan wujudnya dibelakang kegusaran yang dirasakan seseorang. Dan motivasi dianggap sebagai sebab pokok bagi semua aktivitas seseorang Freud menafsirkan motivasi-motivasi aktivitas manusia menurut konsep naluri dan membaginya menjadi 2 bagian. Yang pertama bernama eros, yaitu sebuah naluri yang mengandung dorongan-dorongan kelamin dan dorongan untuk menjaga diri yang mencakup lapar, haus, seks, ini merupakan kekuatan kreatif dan oleh Freud disebut libido. Dan naluri yang kedua adalah thanatos (perusak) yaitu sebuah naluri yang mencerminkan keinginan merusak, menghancurkan segalanya terutama diri manusia sendiri dalam bentuk maut.

b. Pertarungan
    Para pengikut psikoanalisis beranggapan bahwa sayang sekali manusia memiliki sebab keinginannya untuk memuaskan dorongan-dorongan dan motivasi biologisnya selalu bertentangan dengan kebiasaan yang berlaku, sikap sosial dan nilai-nilai yang diterima oleh masyarakat dimana manusia tergolong/terkumpul dalam kelompok dimana itu semua bertentangan dengan pribadi dan hati nurani. Freud dan pengikutnya beranggapan bahwa konflik muncul pada tingkat usia kanak-kanak, dimana pada usia ini mulai mendapat tekanan-tekanan untuk tidak bisa bernuat bebas, bermain sepuasnya dan melakukan hal sesuai keinginannya. Lalu tekanan ini berlangsung dan berlanjut hingga dewasa, dimana setiap individu harus mentaati peraturan yang berlaku dari lembaga, sosial, agama, orang tua dan peraturan lainnya.

c. Kerisauan
     Kerisauan menurut Freud adalah respon/pengalaman emosional menyakitkan yang dialami seseorang. Freud membagi 3 jenis kerisauan yaitu kerisauan objektif, psikotik dan moral. Kolb (1968) menyatakan bahwa kerisauan dan takut adalah peringatan bahwa ada yang mengancam manusia. Akan tetapi perasaan takut mempunyai sumber luar yang diketahui oleh orang dan biasanya takut kepada hal yang mengancam jasmani manusia, seperti takut sakit. Namun kerisauan adalah apa yang mengancam segi psikologis “ancaman terhadap kepribadian seseorang dalam kerangka sosial”.

d. Cara membela diri
         Pada mazhab psikoanalisis ini dijelaskan bahwa tekanan merupakan proses membela diri yang tidak sempurna. Inilah prinsip dasar psikoanalisis, dimana tidak semua aktivitas manusia dapat diterangkan atau ditafsirkan.

• Aliran Humanistik 

     A. Teori Humanistik 
       Psikologi humanistik mulai di Amerika Serikat tahun 1950 dan terus berkembang. Abraham Maslow dapat dipandang sebagai bapak dari psikologi humanistik. Aliran ini memfokuskan penelitiannya pada manusia dengan ciri-ciri eksistensinya. Teori Abraham Maslow, tentang motivasi manusia dapat diterapkan pada hampir di seluruh aspek kehidupan pribadi serta sosial. Maslow juga mengatakan bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah, dan berasal dari sumber genetik atau naluriah. Dan konsep inilah yang mendasar dan unik bagi teori Maslow. Maslow menjadi terkenal karena teori motivasinya, yang dituangkan dalam bukunya “Motivation and Personality”. Dalam buku tersebut diuraikan bahwa pada manusia terdapat lima macam kebutuhan yang berhierarki, meliputi:

a. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological needs)
          Yang mendasar pada teori Maslow adalah pendapatnya tentang kebutuhan fisiologis atau yang biasa disebut dengan kebutuhan biologis. Dimana kebutuhan ini adalah kebutuhan yang paling kuat dan paling jelas diantara kebutuhan-kebutuhan yang lainnya, yaitu kebutuhan mempertahankan hidupnya secara fisik diantaranya adalah: kebutuhan akan makan, minum, tempat tidur, seks dan oksigen. Maslow mengatakan seseorang yang belum terpenuhi kebutuhan dasarnya, maka ia akan terlebih dulu memburu kebutuhan dasarnya itu sebelum beranjak kepada kebutuhan lainnya. Maslow mengemukakan bahwa manusia adalah binatang yang berhasrat dan jarang mencapai taraf kepuasan yang sempurna, kecuali untuk saat yang tebatas. Apabila suatu hasrat telah terpuasakan, maka hasrat lain muncul sebagai penggantinya.

b. Kebutuhan akan rasa aman (the safety needs / the security needs)
        Setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis dapat terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan baru yang oleh Maslow disebut dengan kebutuhan akan rasa aman. Karena kebutuhan rasa aman biasanya terpuaskan pada orang dewasa yang normal dan sehat, maka cara yang terbaik untuk mengetahui kebutuhan tersebut adalah dengan mengamati tingkah laku orang dewasa yang mengalami gangguan. Maslow mengatakan bahwa orang dewasa yang tidak aman, maka ia akan bertingkah laku seperti anak-anak yang tidak aman, ia akan merasa dalam keadaan terancam, disamping itu ia akan bertindak seakan-akan dalam keadaan darurat. Kebutuhan ini sangat penting bagi setiap orang baik anak, remaja, maupun dewasa. Pada anak kebutuhan akan rasa aman ini nampak dengan jelas, sebab mereka suka mereaksi secara langsung terhadap sesuatu yang mengancam dirinya. Agar kebutuhan anak akan rasa aman ini terpenuhi, maka perlu diciptakan iklim kehidupan yang memberi kebebesan untuk berekspresi. Namun pemberian kebebasan untuk berekspresi atau berperilaku itu perlu bimbingan dari orang tua, karena anak belum memiliki kemampuan untuk mengarahkan perilakunya secara cepat dan benar. Pada orang dewasa, kebutuhan ini memotivasinya untuk mencari kerja, menjadi peserta asuransi, atau menabung uang. Orang dewasa yang sehat mentalnya, ditandai dengan perasaan aman, bebas dari rasa takut dan cemas. Sementara yang tidak sehat ditandai dengan perasaan seolah-olah selalu dalam keadaan terancam bencana besar.

c. Kebutuhan akan rasa cinta dan memiliki (the love and belongingness needs) 
          Cinta, sebagaimana kata itu digunakan oleh Maslow, tidak boleh dikacaukan dengan seks, yang dapat dipadankan dengan sebagai kebutuhan fisiologi semata. Ia mengatakan bahwa “tingkah laku seksual ditentukan oleh banyak kebutuhan, bukan hanya kebutuhan seksual melainkan oleh kebutuhan lain, yang utama diantaranya adalah kebutuhan akan cinta dan kasih sayang.” Maslow menyukai rumusan yang dikemukakan oleh Carl Rogers tentang cinta, yaitu “keadaan dimengerti secara mendalam dan diterima dengan dengan sepenuh hati.” Maslow juga mengemukakan bahwa tanpa cinta pertumbuhan dan perkembangan manusia akan terhambat. Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling percaya. Dalam hubungan yang sejati tidak akan ada rasa takut, sering kali cinta akan rusak apabila salah satu pihak merasa takut kalau-kalau kelemahan dan kesalahan akan terungkap. Maslow mengatakan juga, “kebutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima.

d. Kebutuhan akan penghargaan diri (the self-esteem needs) 
      Pada tahap selanjutnya, kita mulai mencari sedikit harga diri.Maslow mencatat dua versi mengenai kebutuhan penghargaan, yaitu kebutuhan yang lebih rendah dan yang lebih tinggi. Kebutuhan yang rendah adalah kebutuhan untuk menghormati orang lain, kebutuhan akan status, ketenaran, kemuliaan, pengakuaan, perhatian, reputasi, apresiasi, martabat, bahkan dominasi. Kebutuhan yang tinggi adalah kebutuhan akan harga diri, termasuk perasaan, seperti keyakinan, kompetensi, prestasi, penguasaan, kemandirian, dan kebebasan. Kebutuhan penghargaan diri dikategorikan tinggi karena bentuknya tidak seperti rasa hormat dari orang lain. 

e. Kebutuhan akan aktualisasi diri (the self-actualization needs)
         Tingkatan terakhir dari kebutuhan adalah aktualisasi diri. Maslow menggunakan berbagai istilah untuk menyebutkan tingkatan ini. Maslow menyebutnya pertumbuhan motivasi, karena kebutuhan aktualisasi diri adalah B-needs (B-being), berbeda dengan D-needs. Kebutuhan aktualisasi adalah kebutuhan yang tidak melibatkan keseimbangan atau homeostatis, tetapi melibatkan keinginan yang terus-menerus untuk memenuhi potensi, untuk menjadi semua yang kita bisa. Dalam penelitiannya mengenai orang yang mencapai aktualisasi diri, Maslow menggunakan metode kualitatif yang disebut analisis biografi untuk mengetahui aktualisasi diri seseorang. Orang-orang yang mencapai aktualisasi diri juga memiliki cara yang berbeda berhubungan dengan orang lain. Mereka menikmati kesendirian, dan merasa nyaman dengan kesendiriannya, mereka juga menikmati hubungan pribadi dengan beberapa teman dekat dan anggota keluarga secara mendalam.

      B. Ciri-ciri Kepribadian Sehat menurut Maslow
      Ciri dari kepribadian sehat adalah mengaktualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala sesuatu yang menjadi kebutuhannya.

       Humanistik menegaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri. Bagi ahli-ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi. Manusia harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan. Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif yang secara potensial menghambat.

         Gambaran ahli psikologi humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka. Individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah – masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2: yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).

       C. Kesehatan Mental Menurut Aliran Humanistik
      Manusia memiliki kecenderungan yang dibawa sejak lahir untuk mengaktualisasikan diri. Manusia di dorong oleh kebutuhan-kebutuhan universal yang ada sejak lahir yang disusun secara bertingkat, dari yang paling kuat sampai ke yang paling lemah. Syarat untuk mencapai aktualisasi diri adalah memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang berada di tingkat lebih rendah. Kepribadian yang sehat menurut aliran ini, individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam dirinya sendiri. Bukan saja mengandalkan pengalaman-pengalaman yang terbentuk pada masa lalu dan memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai yang baik. Pada kesempatan kali ini, akan dijelaskan mengenai pandangan humanistik terhadap konsep kesehatan mental yang dapat dilihat dari beberapa aspek, diantaranya:

 a. Motivasi
           Aliran humanistik dalam psikologi lebih optimis terhadap pandangan manusia dari pada aliran-aliran sebelumnya. Dan menyatakan bahwa dalam diri manusia terdapat kekuatan sendiri. Maslow dianggap sebagai salah seorang yang memberi sumbangan terbesar dalam golongan ini dan Maslow menyatakan bahwa motif manusia tersusun seperti piramida yang mempunyai tingkat yang bersusun dan mendefinisikannya sebagai tingkat-tingkat kebutuhan manusia, mulai dari kebutuhan fisiologi, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan rasa cinta dan memiliki, kebutuhan akan penghargaan sampai pada kebutuhan untuk mengaktualisasi diri.

b. Pertarungan
         Para penganut humanis, menganggap pertarungan ini ada pada seseorang jika ia menghadapi suatu suasana yang mengandung sesuatu yang menghalangi mewujudkan kemanusiaan yang sempurna, maka pertarungan ini berlaku antara kemauan seseorang untuk mewujudkan kemanusiaannya dan kekuatan-kekuatan yang menghambatnya.

c. Kerisauan
       Humanistik berpendapat bahwa manusia itu adalah satu-satunya organisme yang menyadari bahwa kesadarannya itu pasti, kemudian beranggapan bahwa kematian mungkin bisa terjadi sewaktu-waktu an atsa asar kematian itu dapat terjadi kapanpun, maka mereka berharap secara tiba-tiba itulah yang disebut perangsang pokok bagi kerisauan pada manusia. Maut itu adalah bentuk adalah bentuk mutlak pada ketidakwujudan dan perangsang dasar terhadap kerisauan. Pengikut aliran ini berpendapat bahwa kerisauan manusia timbul dari kesadarannya terhadap kesadarannya, masa depan mungkin akan mengancam wujud seseorang dan menghalanginya untuk mencpai kehidupan kemanusiaannya yang sempurna. 

Daftar Pustaka 

Schultz, D. (1991). Psikologi pertumbuhan. Yogyakarta: PT Kanisius. 
Basuki, H. (2008). Psikologi umum. Jakarta: Universitas Gunadarma. 
Feist, J & Feist, G. J. (2010). Teori kepribadian (Theories of personality). Jakarta : Salemba         Humanika. 
https://psikologiuhuy.wordpress.com/2010/04/08/teori-kepribadian-abraham-harold-maslow/ https://bkpemula.wordpress.com/2012/01/31/teori-kepribadian-psikoanalisis-sigmun-freud/ http://andaribra.blogspot.co.id/2014/03/kesehatan-mental-aliran-psikoanalisis.html http://more23dy.blogspot.co.id/2014/03/kesehatan-mental-konsep-sehat-sejarah.html https://retnowulandarii.wordpress.com/2015/07/02/makalah-teori-kepribadian-humanistik-abraham-maslow/ http://ssitirohani.blogspot.co.id/2014/03/kesehatan-mental-konsep-sehat-sejarah.html

Rabu, 09 Maret 2016

Konsep Sehat Berdasarkan Dimensi: Intelektual, Emosi, Sosial, Fisik dan Spiritual

               Konsep sehat tidak selalu dipandang sebagai fisik yang terbebas dari penyakit, penjelasan mengenai konsep ini tidak mempunyai definisi yang mutlak. Kesehatan dapat diartikan sebagai keadaan dimana semua organ tubuh manusia berfungsi dengan baik, sehingga dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa ada hambatan. Sehingga, manusia dapat menyadari kemampuannya sendiri, dapat mengatasi tekanan, bekerja produktif dan bisa kontribusi bagi diri sendiri dan orang lain. Tentunya, kesehatan merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang wajib kita syukuri. 

               Ada banyak tokoh maupun institusi yang mengemukakan pendapatnya mengenai konsep sehat ini, diantaranya:
a. Parkins (1938): Suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha mempengaruhinya. 
b. White (1977): Suatu keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan ataupun tidak terdapat tanda-tanda suatu penyakit dan kelainan. 
c. WHO (1957): Suatu keadaan dan kualitas dari organ tubuh yang berfungsi secara wajar dengan segala faktor keturunan dan lingkungan yang dimiliki.
d. WHO (1974): Keadaan sempurna dari fisik, mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan.
e. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam musyawarah Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai ketahanan jasmaniah, ruhaniyah dan sosial yang dimiliki manusia sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan tuntunannya, dan memelihara serta mengembangkannya. 
f. Siswanto (1997): Suatu kondisi yang dalam keadaan baik dari suatu organisme atau bagiannya, yang dicirikan oleh fungsi yang normal dan tidak adanya penyakit. 
g. Pender (1982): Perwujudan individu yang diperoleh melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain. 
h. Paune (1983): Fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care resource) yang menjamin tindakan untuk perawatan diri (self carctionse actions).

                    Konsep sehat dikembangkan berdasarkan: 

1. Dimensi Intelektual
               Intelektual sering dikaitkan dengan cara berfikir seseorang. Manusia dengan kategori intelektual yang sehat, maka mereka dapat memecahkan permasalahan dengan pikiran yang tenang, mampu bernalar dengan baik, berpikir logis, kemampuan dalam mengambil keputusan dan mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan. 

2. Dimensi Emosi
               Faktanya manusia selalu mengalami berbagai macam peristiwa yang melibatkan emosi. Emosi pada umumnya merupakan pergolakan perasaan, pikiran, serta setiap keadaan mental yang dikeluarkan oleh seseorang. Emosi yang dikeluarkan oleh manusia umumnya seperti senang, sedih, marah, takut, jijik, terkejut dan sebagainya. Manusia dengan kepribadian yang sehat, mampu mengekspresikan dan mengendalikan emosinya dengan baik. Mereka mampu mengontrol setiap emosi yang dikeluarkan secara tidak berlebihan. Serta mampu mengenal emosi yang diberikan orang lain terhadapnya dan merespon emosi tersebut.

3. Dimensi Sosial
               Sudah menjadi rahasia umum bahwa manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak dapat hidup sendiri, melainkan selalu membutuhkan orang lain. Manusia memiliki dorongan untuk selalu berhubungan dengan orang di sekitarnya. Seseorang dikatakan sehat mentalnya ketika dia mampu berhubungan dengan orang lain secara baik tanpa membedakan agama, ras, suku, warna kulit, kepercayaan, status sosial, ekonomi dan politik. Mereka mampu menjalankan peran yang telah diberikan kepadanya dengan baik dan penuh tanggung jawab. Mereka juga mampu bekerja sama, bersikap toleran, menghargai orang lain, empati, tolong menolong, memiliki jiwa sosial yang baik, mampu mempertahankan hubungan dengan orang lain dan mampu mengendalikan tingkah laku dengan baik. 

4. Dimensi Fisik
               Fisik yang sehat merupakan perwujudan dari tubuh yang sehat dan bugar. Memiliki sistem imun yang baik sehingga tidak mudah terserang penyakit. Fisik yang sehat tidak mengalami gangguan fungsi di dalam maupun luar tubuh dan semua organ tubuh bekerja secara optimal. Individu yang sehat secara fisik tentunya juga menerapkan pola hidup yang sehat seperti; (a) tidur cukup dan teratur, (b) mengatur pola makan, (c) biasakan berpikir positif, (d) buang jauh kebiasaan buruk, (e) olahraga secara teratur, (f) jauhi rokok, alkohol dan obat-obatan terlarang. 

5. Dimensi Spiritual
               Pembangunan mental spiritual merupakan hal yang terpenting bagi manusia. Manusia tidak akan dapat merasakan kebahagiaan dalam kehidupan tanpa adanya mental spiritual yang bagus. Mental spiritual yang bagus dapat menjadikan suasana jiwa yang nyaman, damai dan tentram. Spiritual erat kaitannya dengan praktik keagamaan. Orang dikatakan sehat secara spiritual ketika ia mampu mengekspresikan rasa syukur di setiap nafas kehidupannya. Mereka akan mengamalkan dan menjalankan segala perintah agama yang di anut dengan sepenuh hati dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan Yang Maha Esa. 

Daftar Pustaka 

http://mandhikapratama.blogspot.co.id/2013/04/pengertian-kesehatan-dilihat-dari-5.html http://putputrihega.blogspot.co.id/2013/03/konsep-sehat-sejarah-perkembangan.html http://putridsumitra.blogspot.co.id/2015/03/konsep-sehat-berdasarkan-dimensi.html http://rizwarniactaviana.blogspot.co.id/2013/03/konsep-sehat-sejarah-perkembangan.html https://xiaolichen14.wordpress.com/2013/03/25/konsep-sehat/
Schultz, D. (1991). Psikologi pertumbuhan. Yogyakarta: PT Kanisius.
 
Blogger Templates