Subscribe:

Pages

Rabu, 12 Agustus 2015

Pengembangan Kreativitas dan Keterbakatan
“Kreativitas Anak TK pada Permainan Kolase”




Ariesty Fenty Wulandari Sugiyarto (11514578)
Fitri Kusuma Wardani (14514324)
Lana Lainufar (15514974)
Selly Salimatulhayat (1A514120)


1PA03
Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma
2014/2015




BAB I
LATAR BELAKANG

Gambaran awal yang diperoleh dari hasil observasi di lokasi penelitian, yaitu di TK Mekarsari, Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Secara keseluruhan pembelajaran sudah baik, akan tetapi dalam menstimulasi kemampuan motorik halus anak khususnya dalam koordinasi mata dan tangan masih perlu variasi dan inovasi metode serta permainan. Hal tersebut terlihat pada saat proses pembelajaran berlangsung anak cenderung pasif dan kurang optimal dalam memberikan permainan untuk pembelajaran. Metode pembelajaran untuk menstimulasi kemampuan motorik halus khususnya dalam koordinasi mata dan tangan yang diberikan guru hanya dengan metode mewarnai dan mengambar dengan media LKS saja, sehingga anak kurang tertarik dan cepat bosan.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan bertujuan mencerdaskan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Lingkup perkembangan di TK terdapat lima bidang pengembangan. Salah satunya adalah kemampuan motorik yang mencakup dua lingkup perkembangan, yaitu motorik kasar dan motorik halus.Dalam pengembangan motorik halus salah satunya adalah melalui menggambar.Hal ini merupakan upaya untuk meningkatkan motorik halus anak.
Motorik halus bagi anak usia dini merupakan suatu hal yang sangat penting bagi perkembangan anak. Anak membutuhkan belajar menggunkan tangan dengan baik untuk keterampilan hidup, seperti makan dan memakai pakaian sendiri.Mereka belajar mengkoordinasikan mata dan gerakan tangan.Selain itu motorik halus anak berpengaruh pada kesiapan anak dalam menulis yaitu untuk masuk kejenjang yang lebih tinggi lagi.
Oleh karena itu, anak usia dini harus berkembang motorik halusnya. Jika tidak maka anak akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupannya. Hal ini karena motorik halus sangat erat hubungannya dengan aktivitas keseharian anak seperti, makan, memakai baju, selain itu motorik halus berhubungan dengan kesiapan anak dalam menulis. Yaitu, jika motorik halusnya tidak berkembang maka anak akan mengalami kesulitan pada jenjang selanjutnya.
Pada anak usia 4-5 tahun, kemampuan motorik halus anak sangat diperlukan agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Kemampuan motorik halus mencakup kemampuan mengamati, mengingat hasil pengamatannya dan pengalamannya.Kemampuan motorik halus anak agar dapat optimal maka diterapkan bermain sambil belajar.Bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain mempunyai kesamaan dan perbedaan.Keduanya sama-sama melakukan kegiataan bermain sambil belajar, hanya saja penekanannya berbeda. Jika belajar sambil bermain lebih menekankan pada pembelajarannya, maka bermain sambil belajar lebih menekankan pada aktivitas bermain dan jenis permainannya. Ada jenis permainan yang menekankan pada kemampuan tertentu.
Salah satu permainan yang menekankan pada stimulasi kemampuan motorik halus anak adalah permainan kolase.Dengan permainan kolase anak dapat bermain bentuk, menempel, berkarya seni, melatih kelenturan, kelincahan otot-otot jari tangan dan koordinasi antara mata dan tangan.
Untuk kelompok usia 5-6 tahun dalam lingkup perkembangan motorik halus terdapat beberapa tingkat pencapaian perkembangan yang harus dipenuhi meliputi kegiatan menggambar sesuai gagasannya, meniru bentuk, melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan, menggunakan alat tulis dengan benar, menggunting sesuai dengan pola, menempel gambar dengan tepat,mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara detail (Permendiknas No. 58 Tahun 2009).
Menyadari akan arti pentingnya motorik halus bagi anak usia dini, yang akan menjadi modal utama dalam kehidupannya kelak maka peneliti bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kolase di TK Mekarsari Tahun Ajaran 2014/2015.
Kolase merupakan karya seni rupa dua dimensi yang menggunakan bahan yang bermacam-macam yang dapat dipadukan dengan bahan dasar lain yang akhirnya dapat menyatu menjadi karya yang utuh. ( Depdiknas, 2001 ).
Menurut Muharrar, dkk (2013 : 8) kata kolase, yang dalam bahasa Inggris disebut ‘collage,’ berasal dari kata ‘coller’ dalam bahasa Prancis, yang berarti ‘merekat’.
Kegiatan menempel/kolase adalah penyusunan berbagai bahan pada sehelai kertas yang datar, dengan bahan berbagai bentuk kertas, kain, bahan-bahan bertekstur dan benda-benda menarik lainnya, bisa dua dimensi atau tiga dimensi.Kegiatan menempel ini menarik minat anak-anak karena berkaitan dengan meletakkan dan merekatkan sesuatu sesuka mereka.Yang dimaksud dengan kegiatan menempel/kolase adalah merupakan pekerjaan menyusun berbagai bahan seperti bahan potongan-potongan kertas warna pada sehelai kertas yang sudah ada pola atau gambarnya tentang sesuatu yang diinginkan sehingga siswa hanya menempelkan potongan-potongan tersebut dengan penuh dan tidak keluar dari pola atau gambar tersebut.
Manfaat kolase : (1) Melatih motorik halus, (2) Meningkatkan kreativitas, (3) Melatih konsentrasi, (4) Mengenal warna, (5) Mengenal bentuk, (6) Melatih memecahkan masalah, (7) Mengasah kecerdasan spasial, (8) Melatih ketekunan, (9) Meningkatkan kepercayaan diri.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka peneliti berusaha mencari solusi dengan upaya perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan mengambil judul “Kreativitas Anak TK Pada Permainan Kolase“



BAB II

DASAR TEORI
     A.  Media Kolase
a.     Pengertian Media Kolase
Menurut Syakir Muharrar dan Sri Verayanti menyatakan bahwa kolase adalah suatu teknik menempel berbagai macam materi selain cat, seperti kertas, train, kaca, logam dan lain sebagainya kemudian di kombinasi dengan penggunaan cat atau teknik lain. Pengertian serupa juga diungkapkan oleh Syafi'i yang dikutip oleh Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi menyatakan "Kolase adalah kegiatan melukis dengan cara menempel”.
Menurut Muharam  menyatakan bahwa kolase adalah teknik melukis dan mempergunakan warna-warna kepingan bate, kaca, meaner, keramik, kayo, yang ditempelkan. Kolase merupakan bentuk gambar yang diwujudkan dengan menyusun kepingan ber-warna yang diolesi lem kemudian ditempelkan pada bidang gambar. Sedangkan menurut Tim Bina. Karya Guru "kolase adalah melukis dengan cara menempel atau merekat".
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kolase adalah kegiatan menempel ke dalam bentuk gambar yang telah ditentukan dengan menggunakan teknik mendekorasi permukaan suatu dengan menempelkan materi seperti kertas, kaca, kain, batu, daun kering dan sebagainya kemudian dikombinasikan dengan teknik melukis dengan tangan yang menggunakan cat.
b.     Langkah-langkah Keterampilan Membentuk Kolase
Menurut Syakir Muharrar, langkah-langkah keterampilan membentuk kolase:
1.      Merencanakan gambar yang akan dibuat. Menyediakan alat-alat/bahan. Menjelaskan dan mengenalkan nama alat-alat yang digunakan untuk keterampilan kolase dan bagaimana cara penggunaannya.
2.      Membimbing anak untuk menempelkan pola gambar pada gambar dengan cara memberi perekat dengan lem, lalu menempelkannya pada gambar.
3.      Menjelaskan posisi untuk menempelkan pola gambar yang benar sesuai dengan bentuk gambar dan mendemonstrasikannya, sehingga hasil tempelannya tidak keluar garis.
4.      Latihan hendaknya diulang-ulang agar motorik halus anak terlatih karena keterampilan kolase ini mencakup gerakan-gerakan kecil seperti menjepit, mengelem dan menempel bench yang kecil sehingga koordinasi jari-jari tangannya terlatih.
Menurut Priyanto langkah-langkah yang harus dilakukan dalam keterampilan kolase dari melepas bahan, mengenali bentuk bahan, cara menempel yang baik, memilih bahan, dan seterusnya. Bila anak belum memahami dengan baik, ulangi lagi penjelasannya sampai dia benar-benar memahami. Biasanya kalau sudah paham, anak akan dengan mudah mengerjakan kolase sendiri.
Berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan langkah-langkah keterampilan kolase yaitu menyediakan alai dan bahan, menempelkan bahan pada gambar yang telah dipersiapkan sebelumnya, latihan hendaknya dilakukan berulang-ulang agar kemampuan motorik halus terlatih

c.      Kelebihan-kelebihan Media Kolase
Menurut Rullyramdhansyah, kelebihan dengan menggunakan media kolase dalam pembelajaran diantaranya sebagai berikut:
1.      Dalam media kolase bahan yang digunakan mudah didapatkan seperti memanfaatkan kertas bekas atau barang-barang lain yang sudah tidak terpakai.
2.      Media kolase juga dapat berperan sebagai bentuk hiburan bagi anak, sebagai imbangan mata pelajaran yang sedang dilaksanakan
3.      Pembelajaran dengan menggunakan media kolase memiliki peran dan fungsi sebagai alai atau media mencapai sasaran pendidikan secara umum
4.      Dengan media kolase dalam pembelajaran dapat mengembangkan kreativitas siswa dan pembelajaran tidak menjadi membosankan lagi, sehingga siswa lebih berani dalam mengekplorasi ide-ide kreatif, bahan dan teknik untuk menghasilkan karya kolase yang unik.
5.      Siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran dan dapat menghasilkan anak didik yang memiliki keterampilan, kreatif dan inovatif.
6.      Adanya prinsip kepraktisan, prinsip ini mendasarkan pada tawaran pemanfaatan potensi lingkungan untuk media kolase, material apapun dapat anda manfaatkan dalam pembuatan kolase asalkan ditata menjadi komposisi yang menarik atau unik.
7.      Dengan bermain dengan media kolase siswa dapat melatih konsentrasi. Pada saat berkonsentrasi melepas dan menempel dibutuhkan pula koordinasi pergerakan tangan dan mata. Koordinasi ini sangat baik untuk merangsang, pertumbuhan otak di masa yang sangat pesat.
8.      Melatih memecahkan masalah, kolase merupakan sebuah masalah yang harus diselesaikan anak. Tetapi bukan masalah sebenarnya, melainkan sebuah permainan yang harus dikerjakan anak. Masalah yang mengasyikkan yang membuat anak tanpa sadar, sebenarnya sedang dilatih untuk memecahkan sebuah masalah. Hal ini akan memperkuat kemampuan anak untuk keluar dari permasalahan.
9.      Siswa dapat meningkatkan kepercayaan diri. Bila anak mampu menyelesaikannya, dia akan mendapatkan kepuasan tersendiri. Dalam dirinya tumbuh kepercayaaan diri kalau dia mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik. Kepercayaan diri sangat positif untuk menambahkan daya kreativitas anak karna mereka tidak takut atau males saat mengerjakan sesuatu.
10.  Kemudahan dalam proses belajar mengajar. Dengan media kolase guru dapat transfer belajar sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai karena media ini berbentuk kongkrit dan dapat lebih menarik perhatian siswa dibanding dengan menggunakan ceramahbelajaran yang ingin dicapai karena, media ini berbentuk kongkrit dan dapat lebih menarik perhatian siswa dibanding dengan menggunakan cerarnah.1
Berdasarkan kelebihan-kelebihan media kolase di atas, dapat disimpulkann bahwa penggunaan media kolase sangat efektif sekali untuk membantu pelaksanaan pembelajaran terutama pada anak-anak usia dini yang masih memerlukan, hal ini untuk mengembangkan aspek motorik anak terutama motorik halusnya, dikarenakan siswa berperan secara langsung untuk menemukan inti pembelajaran dengan menggunakan media kolase.

d.      Bahan Membuat Kolase
Syafii menyatakan bahwa, bahan kolase bisa berupa bahan alam, bahan buatan, bahan setengah jadi, bahan jadi, bahan sisa atau bekas dan sebagainya, seperti kertas koran, kertas kalender, kertas berwarna, kain perca, benang, kapas, plastik, sendok es krim, serutan kayu, serutan pensil, kulit batang pisang kering, kerang, elemen elektronik, sedotan minuman, tutup botol dan sebagainya. Selanjutnya menurut Tim Rina Karya Guru bahan kolase dapat dikelompokkan menjadi:
1.      Bahan-bahan alam (daun, ranting, bunga kering, kerang, batu-batuan),
2.      Bahan-bahan olahan (plastik, serat sintetis, logam, karet),
3.      Bahan-bahan bekas (majalah bekas, tutup botol, bungkus permen atau coklat).2
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahan-bahan yang dapat dijadikan sebagai bahan membuat gambar dengan teknik kolase antara lain:
1.      Bahan alam yang dapat digunakan adalah daun, kulit batang pisang kering, ranting, bunga kering, kerang dan batu batuan
2.      Bahan olahan yang dapat digunakan adalah kertas berwarna, kain perca, benang, kapas, plastik sendok es krim, sedotan minuman, logam dan karet,
3.      Bahan bekas yang dapat digunakan adalah kertas koran, kalender bekas, majalah bekas, tutup botol clan bungles makanan.
    B.   Motorik Halus
a.     Pengertian Motorik Halus
Motorik adalah terjemahan dari kata "motor" yang menurut Samsudin adalah suatu dasar biologi atau mekanika yang menyebabkan terjadinya suatu gerak. Dengan kata lain, gerak (movement) adalah refleksi dari suatu tindakan yang didasarkan oleh proses motorik. Karma motorik (motor) menyebabkan terjadinya suatu gerak (movement), maka setup penggunaan kata motorik selalu dikaitkan dengan gerak. Di dalam penggunaan sehari-hari sering tidak dibedakan antara motorik dengan gerak. Namun yang harus selalu diperhatikan adalah bahwa gerak yang dimaksudkan di sini bukan hanya semata-mata berhubungan dengan gerak seperti yang kita lihat sehari-hari, yakni geraknya anggota tubuh (tangan, lengan, kaki, dan tungkai) melalui alai gerak tubuh (otot dan rangka), tetapi motorik merupakan gerak yang di dalamnya melibatkan fungsi motorik seperti otak, saraf, otot dan rangka.
Sumantri menyatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian penggunaan sekelompok otot-otot keeil seperti jari-jemari dan tangan yang sering membutuhkan keeermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang mencakup pemanfaatan menggunakan alai-alai untuk mengerjakan suatu objek.
Hal yang senada dikemukakan oleh Yudha dan Rudyanto yang dikutip oleh Imam Musbikin, menyatakan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot halus (kecil) seperti menulis, meremas, menggambar, menyusun balok dan memasukkan kelereng.Sedangkan menurut Uyu Wahyudin dan Mubiar Agustin, motorik halus ialah kemampuan anak dalam menunjukkan dan menguasai gerakan-gerakan otot indah dalam bentuk koordinasi, ketangkasan dan keeekatan dalam menggunakan tangan dan jari jemari.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat penulis jelaskan bahwa motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan Jan jemari tangan dan gerakkan pergelangan tangan yang tepat.Oleh karena itu, gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini membutuhkan koordinasi mate dan tangan yang cermat.Semakin baiknya gerakan motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas, menggambar, mewarnai, Berta menganyam. Namun tidak semua anak memiliki kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama.
b.     Tahapan Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini
Perkembangan motorik halus adalah proses tumbuh kembang kemampuan gerak seorang anak yang sejalan, dengan kematangan saraf dan otot anak, sehingga gerakan sesederhana apapun adalah merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak. Untuk lebih jelasnya, berikut tahapan perkembangan kemampuan motorik halos anak usia, dini sebagai berikut:
c.      Perkembangan Motorik Halus Anak usia Dini
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan motorik halus terhadap perkembangan individu menurut Hurlock adalah sebagai berikut:
1.      Melalui keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
2.      Melalui keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independen. Anak dapat bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.
3.      Melalui perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak sudah dapat dilatih menulis, menggambar, meluk-is, dan baris berbaris.
4.      Melalui perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normla akan menghambat anak untuk dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menajdi anak yang fringer (terpinggirkan) .
Bedasarkan pendapat diatas maka dapat dipahami bahwa perkembangan motorik halus secara normal anak dapat memiliki rasa senang, rasa percaya diri, dan dapat dengan mudah menyesuaikan dengan lingkungan serta dapat bergaul dengan teman sebayanya.
Ada beberapa hal yang dapat memperlambat perkembangan motorik halus anak adalah sebagai berikut:
1.      Kerusakan otak sewaktu dilahirkan.
2.      Kondisi buruk prenatal (ibu hamil yang merokok, narkoba), kondisi buruk saat dilahirkan.
3.      Kurangnya kesempatan anak untuk dapat melakukan aktivitas motorik halus dikarenakan kurangnya stimulasi dari orang tua, over-protektif, terlalu dimanja dan lain-lain.
4.      Tuntutan yang terlalu tinggi dari orang tua, yaitu dituntut untuk melakukan aktivitas motorik halus tertentu padahal organ motoriknya belum matang.
5.      Kidal yang dipaksakan menggunakan tangan kanan sehingga menimbulkan ketegangan emosi pada anak.
6.      Motorik halus yang kaku:
·         Lambat dalam perkembangannya.
·         Kondisi fisik yang lemah sehingga anak tidak memiliki motivasi untuk mengembangkan kemampuan motorik halusnya.
·         Tegang secara emosional sehingga tegang otot dan kaku.
Dari teori di atas, dapat dipahami bahwa faktor-faktor yang menghambat berkembangnya motorik halus anak ada dua macam, yang pertama karma faktor bawaan lahir dan yang kedua dikarenakan faktor dari luar seperti kurangnya stimulasi yang tepat bagi perkembangan motorik halus anak.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa salah satu cara untuk menghindari kurang berkembangnya motorik halus anak ialah ketika mendidik anak seorang guru maupun orang tua hendaknya tidak berlebihan dan bersifat terbuka namun masih tetap dalam koridor batasan-batasan yang wajar. Biarkan anak untuk bermain dan bereksplorasi sesuai keinginannya, orang tua maupun guru hendaknya memfasilitasi permainan tersebut dan mengarahkan, kepada yang baik dan memiliki nilai pendidikan.
d.     Kegunaan Motorik Halus
Menurut Samsudin, ada beberapa kegunaan motorik halus, antara lain:
1.    Mengembangkan kemandirian, seperti memakai baju sendiri, mengancingkan baju, mengikat tali sepatu dan lain-lain.
2.    Sosialisasi, seperti ketika anak menggambar bersama teman-temannya.
3.    Pengembangan konsep diri, seperti anak telah mandiri dalam melakukan aktivitas tertentu.
4.    Kebanggaan diri, anak yang rpandiri akan merasa bangga terhadap kemandirian yang dilakukannya.
5.    Berguna bagi keterampilan dalam aktivitas sekolah misalnya memegang pensil atau pulpen.
Dari beberapa teori di atas, dapat dipahami bahwa kegunaan dari motorik halus itu sangat penting.Dimana dengan adanya keterampilan motorik halus yang baik, maka perkembangan anak untuk mass selanjutnya pun dapat berkembang dengan baik.Hal ini terlihat dari beberapa kegunaan yang telah ditetapkan oleh Kemendiknas, dimana kegunaan-kegunaan tersebut sangat dibutuhkan dalam ktgiatan sehari-hari.
e.      Langkah-langkah Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini
Berikut merupakan langkah-langkah dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak:
1.    Imitation (Peniruan)
Imitation adalah keterampilan untuk menetukan suatu gerakan yang telah dilatih sebelumnya.
2.    Manipulation (penggunaan konsep)
Manipulation adalah kemampuan untuk menggunakan konsep dalam melakukan kegiatan.Kemampuan ini juga sering disebut sebagai kemampuan manipulasi.
3.    Presition (Ketelitian)
Presition adalah kemampuan yang berkaitan dengan gerak yang mengindikasikan tingkat kedetailan tertentu.
4.    Articulasion (Perangkaian)
Articulasion adalah kemampuan untuk melakukan serangkaian gerakan secara koordinasi antar organ tubuh, saraf, dan mata secara cermat.
5.    Naturalization (Kewajaran/Kealamiahan)
Naturalization adalah kemampuan untuk melakukan gerak secara wajar atau luwes.
Pengembangan motorik halus anak usia dini hendaknya memperhatikan beberapa prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.    Berorentasi pada kebutuhan anak.
2.    Belajar sambil bermain.
3.    Kreatif dan inovatif
4.    Lingkungan kondusif.
5.    Tema.
6.    Mengembangkan keterampilan hidup.
7.    Menggunakan kegiatan terpadu.
8.    Kegiatan berorientasi pada prinsip-prinsip perkembangan anak.
C.  Teori Kreativitas
a.Pengertian Kreativitas
Kreativitas berasal dari kata kreatif yaitu memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk menciptakan, bersifat (mengandung) daya cipta, sedangkan kreativitas merupakan kemampuan untuk mencipta (Depdiknas, 2002: 599). Hurlock (1978: 3) menyatakan bahwa kreativitas adalah proses mental yang unik, suatu proses yang semata-mata dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang baru berbeda dan orisinil. Supriadi (Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, 2005: 15) menambahkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada.
Sejalan dengan pendapat di atas Suratno (2005: 24) mengemukakan bahwa kreativitas adalah suatu aktivitas imajinatif yang memanifestasikan kecerdikan dari pikiran yang berbeda untuk menghasilkan suatu produk atau menyelesaikan persoalan dengan caranya sendiri. Seseorang yang kreatif ingin memuaskan rasa keingintahuannya melalui berbagai aktivitas, seperti bereksplorasi, bereksperimen, dan banyak mengajukan pertanyaan kepada orang lain. Semua hal tersebut dilakukan sebagai upaya menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dari yang pernah ada untuk memecahakan suatu masalah serta dilakukan dengan caranya sendiri agar seseorang merasa puas akan hasil yang telah dia ciptakan Berdasarkan beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa kreativitas adalah suatu proses untuk menghasilkan sesuatu yang baru, baik berupa gagsan atau berupa suatu obyek tertentu serta mampu menerapkannya dalam pemecahan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dengan caranya sendiri. Dalam menghasilkan gagasan maupun suatu produk yang baru dan orisinil tersebut, pendidik perlu memperhatikan aspek-aspek kreativitas yang menjadi indikator yang digunakan sebagai acuan dalam mengukur kreativitas anak, sehingga kreativitas dapat berkembang secara optimal. Kreativitas dalam penelitian ini adalah suatu proses untuk menghasilkan sesuatu yang baru, baik berupa gagsan atau berupa karya nyata yang tidak terfikirkan oleh orang lain dalam pemecahan masalah untuk menghasilkan karya yang orisinil dan relatif berbeda.
b.     Aspek-aspek Kreativitas
Aspek kreativitas menurut Pernes ( Nursisto, 2000: 31) meliputi:
o   Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan dalam mengemukakan ide-ide untuk memecahkan suatu masalah.
o   Flexibility (keluwesan), yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah diluar kategori yang biasa.
o   Originality ( keaslian), yaitu kemampuan memberikan respon unik.
o   Elaboration (keterperincian), yaitu kemampuan menyatakan pengarahan ide secra terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan.
o   Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan dalam menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.
Selain itu, aspek kreativitas menurut Martini Jamaris (2006: 67) yaitu:
o   Kelancaran
Kelancaran yaitu kemampuan untuk memberikan jawaban dan mengemukakan gagasan atau ide-ide yang ada dalam pikiran anak dengan lancar.
o   Kelenturan
Kelenturan yaitu kemampuan anak untuk mengemukakan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah sesuai dengan ide-ide yang dimilikinya.
o   Keaslian
Keaslian yaitu kemampuan untuk mnghasilan berbagai ide atau karya yang asli hasil pemikiran sendiri.Hasil karya yang dihasilkan anak lebih unik dan berbeda dengan lainnya.
o   Elaborasi
Elaborasi yaitu kemapuan untuk memperluas atau memperkaya ide yang ada dalam pikiran anak dan aspek-aspek yang mungkin tidak terpikirkan atau terlihat orang lain.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kreativitas anak meliptui kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian (originality), elaborasi (elaboration), kepekaan (sensitivity ) serta keuletan dan kesabaran. Dalam penelitian ini, peneliti lebih merujuk pada aspek-aspek keativitas anak menurut Martini Jamaris (2006: 67) yaitu kelancaran, keluwesan, keaslian dan elaborasi.Setelah mengetahui aspek-aspek kreativitas di atas, untuk mengetahui bahwa anak tersebut kreatif, kita perlu mengetahui ciri-ciri kreativitas. Dengan demikian pendidik tidak salah dalam memberikan label kreatif pada anak.
c.  Ciri-ciri Kreativitas
Menurut Supriadi (Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, 2005: 17) ciri kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu katagori kognitif dan katagori non kognitif.Ciri kategori kognitif antara lain orisinalitas, fleksibilitas, kelancaran, dan elaborasi.Sedangkan ciri kategori non kognitif diantaranya motivasi sikap dan kepribadian kreatif. Kategori kognitif dan katagori non kognitif ini keduanya sangat berkaitan dan sama pentingnya, kecerdasan yang tidak ditunjang dengan kepribadian kreatif tidak akan menghasilkan suatu hasil apapun. Kreativitas hanya dapat dilahirkan dari orang cerdas yang memiliki kondisi psikologis yang sehat.Kreativitas tidak hanya perbuatan otak saja namun variabel emosi dan kesehatan mental sangat berpengaruh terhadap lahirnya sebuah karya kreatif.Kecerdasan tanpa mental yang sehat sulit sekali dapat menghasilkan karya kreatif.
Sumanto (2005: 39) menambahkan bahwa anak kreatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, (1) mempunyai kemampuan berfikir kritis, (2) ingin tahu, tertarik pada kegiatan yang dirasakan yang dirasakan sebagai tantangan, (3) berani mengambil resiko, (4) tidak mudah putus asa, (5) menghargai keindahan, (6) mau berbuat atau berkarya, serta (7) menghargai diri sendiri dan orang lain.
Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang kreatif yaitu seseorang memiliki karakteristik yaitu mempunyai kemampuan berpikir kritis, mempunyai rasa ingin tahu yang besar, tertarik pada kegiatan kegiatan kreatif, berani mengabil resiko, tidak mudah putus asa, lentur (fleksibel), suka mengekspresikan diri dan bersikap natural (asli).
Dalam penelitian ini anak kreatif adalah anak yang mampu membuat hasil karya dengan takun, gagasan yang orisinil, fleksibel dalam berpikir dan merespon, berani menambil resiko, serta tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah dalam menciptakan ide ataupun karya baru yang orisinil.Dari ciri-ciri di atas, seorang pendidik harus mengembangkan kreativitas anak dengan optimal sehingga mencapai tujuan pengembangan kreativitas yang diharapkan.Dalam mengembangkan kreativitas tersebut pendidik juga harus faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas.
d.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing dalam bidang dan kadar yang berbeda-beda.Utami Munandar, (2009: 45) mengemukakan ada empat strategi dalam pengembangan kreativitas yang sering disingkat dengan 4P, yaitu pribadi, pendorong, proses dan produk.

1. Pribadi
Kreativitas adalah ungkapan (estetis) dari keunikan individu dalam interaksi dengan lingkungannya.Ungkapan kreatif yang unik dapat ditimbulkan ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif.Pendidik hendaknya dapat menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat siswanya. Guru hendaknya membantu anak untuk mengembangkan dan menemukan bakat-bakat dan menghargainya.
2. Pendorong
Bakat kreatif anak akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan dari lingkungannya, jika ada dorongan yang kuat dalam dirinya sendiri untuk menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif dapat berkembang dalam lingkungan, keluarga, maupun di masyarakat harus ada penghargaan dan dukungan terhadap sikap dan perilaku kreatif individu atau kelompok individu.

3. Proses         
Anak perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif untuk mengembangkan kreativitasnya. Guru hendaknya dapat merangsang anak untuk melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif, dengan membantu mengusahakan sarana prasarana yang diperlukan. Proses bersibuk diri secara kreatif tanpa perlu selalu menuntut dihasilkannya produk-produk kreatif yang bermakna, hal itu akan datang dengan sendirinya.

4. Produk
Kondisi yang memungkinkan seseorang untuk menciptakan produk kreatif yang bermakna adalah kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, yaitu sejauh mana keduanya mendorong seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses kreatif. Guru hendaknya menghargai produk kreativitas anak dan mengkomunikasikannya kepada yang lain, misalnya dengan menunjukkan atau memamerkan hasil karya anak.


e.      Sifat-sifat Natural Perkembangan Kreativitas Anak
Untuk mempertahankan daya kreatif anak, pendidik harus memperhatikan sifat natural anak-anak yang sangat menunjang tumbuhnya kreativitas.Sifat-sifat natural yang mendasar inilah yang harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan sehingga sifat kreatif anak tidak hilang. Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2005: 42) menyatakan bahwa sifat-sifat natural yang sangat menunjang perkembangan kreativitas anak harus dikembangkan adalah sebagai berikut:
a. Pesona dan rasa takjub
Sifat pesona dan rasa takjub terhadap sesuatu merupakan sifat khas anak-anak.Anak-anak pada umumnya sangat terpengaruh dan tertarik melihat hal-hal baru yang menajubkan di lingkungan sekitar anak. Anak-anak sangat polos dan murni sehingga mereka dapat melihat dan mengamati dengan detail benda-benda di sekitarnya. Melalui kekaguman terhadap alam sekitar, kreativitas anak dapat diciptakan.
b. Mengembangkan imajinasi
Dunia khayal dan imajinasi merupakan dunia yang identik dengan anak.Dengan berimajinasi sesuatu yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin bagi seorang anak sehingga mampu berpikir untuk menemukan penyelesaian masalah yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pendidik adalah memahami, menghargai, membimbing dan mendukung imajinasi anak serta mengajak anak untuk belajar mewujudkan imajinasinya sehingga menghasilakan sesuatu hasil dan berguna bagi orang lain.
c. Rasa ingin tahu
Anak sangat antusias dengan benda-benda ataupun makhluk baru yang dilihatnya pertama kali. Anak akan memperhatikan, mengamati cara kerjanya, manatap dengan detail, merabanya, mencium, dan jika perlu dijilat untuk merasakan bagaimana rasanya. Dengan rasa ingin tahunya tersebut, anak kadang tidak perduli dengan apa yang terjadi pada diri anak. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya keinginan anak untuk belajar sesuatu dengan mengeksplorasi alam dan lingkungan sekitarnya.Rasa ingin tahu merupakan sifat dasar kreativitas sebelum anak menciptakan karya atau gagasan baru, yang kemudian dikembangkan untuk menjadi pribadi yang kreatif.
d. Banyak bertanya
Masa awal TK sangat diwarnai dengan aktivitas banyak bertanya. Dengan bertanya anak akan mengetahui segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya sehingga mampu memperkaya ide atau gagasannya. Dengan mengetahui sifat-sifat natural perkembangan kreativitas anak di atas pendidik harus mengembangkan kreativitas anak secara optimal agar dapat mencapai tujuan pengembangan kreativitas yang diharapkan.
f.       Tujuan Pengembangan Kreativitas
Pengembangan kreativitas anak usia dini dilaksanakan melalui pelaksanaan program kegiatan belajar dalam rangka pengembangan kemampuan dasar, yakni pengembangan daya cipta/kreativitas. Menurut Sumanto (2005: 43) pengembangan daya cipta bertujuan membuat anak-anak kreatif, yaitu lancar, fleksibel dan orisinil dalam bertutur kata, berpikir, serta berolah tangan, berolah seni dan berolah tubuh sebagai latihan motorik haus dan motorik kasar.Dari pendapat Sumanto dapat diketahui bahwa daya cipta merupakan kemampuan anak dalam memfisualisasikan segenap potensi pikir, pengalaman dan keterampilan melalui media rupa yang digunakan sehingga menghasilkan hasil karya anak yang orisinil.
Sejalan dengan Sumanto, Utami munandar (2009: 31) mengemukakan bahwa ada empat alasan utama perlunya pengembangan kreativitas sejak usia dini yaitu:
a. Kreativitas untuk merealisasikan perwujudan diri
Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah perwujudan diri. Untuk mewujudkan dirinya manusia perlu berkreasi, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya sehingga karyanya diakui oleh orang lain.
b. Kreativitas untuk memecahkan suatu permasalahan
Kreativitas atau berfikir kreatif merupakan kemampuan untuk melihat berbagai kemungkinan penyelesaian terhadap suatu permasalahan. Oleh karena itu kemampuan untuk melihat berbagai kemungkinan perlu dikembangkan sejak dini melalui kegiatan yang menstimulus kreativitas anak di TK. Pemberian stimulus melalui kegiatan-kegiatan kreatif yang diadakan di TK melatih anak untuk kreatif dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang akan dihadapi anak dimasa dewasa.
c. Kreativitas untuk memuaskan diri.
Keberhasilan anak dalam melakukan percobaan, penelusuran dan berbagai upaya lainya akan memberikan kepuasan tersendiri bagi anak. Keberhasilan dari percobaan-percobaan dan hasil karya yang dihasilkan dalam kegiatan berkarya di TK merupakan kepuasan tersendiri bagi anak.
d. Kreativitas untuk meningkatkan kualitas hidup
Melalui kreativitas dimungkinkan seseorang dapat meningkatkan kualitas hidupnya.Hal itu sebagai akibat logis dari aktivitas yang dilakukanya. Orang kreatif akan mempunyai banyak ide yang dapat dikembangkan sehingga memiliki kemungkinan untuk memperoleh kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan orang yang tidak kreatif. Untuk mencapai hal itu perlu sikap, pemikiran, dan perilaku kreatif yang dipupuk sejak dini.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan kreativitas anak usia dini itu sangat penting, karena dengan kreativitas anak mampu mewujudkan diri, memecahkan masalah, memuaskan diri dan meningkatkan kualitas hidupnya yang akan berguna bagi kehidupan anak selanjutnya.
g.      Seni Sebagai Bentuk Kreativitas Anak TK
Suratno (2005: 26) memamparkan bahwa kreativitas harus dibangun sejak anak usia dini untuk mengembangkan kemampuan anak berfikir secara imajinatif dalam pikiran prasadar perlu dibekalkan sejumlah pengalaman yang diperlukan anak. Sumanto (2005: 43) juga menjelaskan pengembangan kreativitas anak usia dini juga dilaksanakan melalui pelaksanaan program belajar dalam rangka pengembangan kemampuan dasar, yakni pengembangan daya cipta. Pengembangan daya cipta bertujuan membuat anak-anak kreatif yaitu lancar, fleksibel dan orisinil dalam bertutur kata, berpikir, serta berolah tangan, berolah seni dan berolah tubuh sebagai latihan motorik kasar dan motorik halus. Berkarya kreatif sebagai upaya pengembangan kemampuan dasar bagi anak TK. Kegiatan pembelajaran dalam mengembangkan kreativitas harus mengacu pada karakteristik yang dimiliki anak pada usia TK agar kegiatan tersebut dapat membantu mengembangkan potensi kreatif yang dimiliki oleh anak. Pembelajaran tentunya dengan menciptakan kondisi pembelajaran yang menarik, menyenangkan di dalam suasana bermain kreatif.Pembelajaran hendaknya dapat difungsikan untuk membina keterampilan dan kemampuan anak dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sebagai sarana untuk memperoleh pengalaman visual estetis.Pembelajaran dalam bentuk kegiatan kreatif yang menyenangkan juga difungsikan untuk memberikan dasar-dasar pengalaman edukatif.Keberagaman bentuk kegiatan berkarya kreatif seni di TK berkaitan langsung dengan digunakannya jenis media (bahan praktek) yang disesuaikan dengan teknik pembuatannya. Dengan mengenali sifat bahan/alat tersebut diharapkan akan dapat melatih keterampilan kreatif anak dalam berekspresi membuat bentuk karya seni secara bebas.
Sumanto (2005: 37) mengemukakan bahwa bentuk kreativitas seni anak TK digolongkan menjadi dua bentuk yaitu:
a. Praktik Berkarya Kreatif
Sumanto (2005: 37) memaparkan bahwa berkarya kreatif sebagi upaya pengembangan kemampuan dasar bagi anak TK. Kegiatan kreatif seni rupa di TK berdasarkan kompetensi dasar.Bentuk kreativitas berkarya yang dimaksut salah satunya adalah kreativitas kolase.Dalam penelitian ini kegiatan berkarya kreatif yang dilakukan yaitu melalui kegiatan kolase, untuk menghasilkan karya kreatif dalam menyusun bentuk gambar, membuat, menempelkan bahan dan mengkombinasikan bahan dan warna sesuai dengan imajinasi yang ada dalam diri anak.
b. Bereksplorasi Melalui Media Seni
Sumanto (2005: 38) mengemukakan keragaman bentuk kegiatan berkarya kreatif di TK berkaitan langsung dengan digunakannya jenis media (bahan praktek) yang disesuaikan dengan teknik pembuatannya.Alat dan bahan yang sudah ditentukan, menggunakan alat bidang dasaran berupa kertas hvs, kertas gambar, lem kayu, lem kertas, gunting dan pensil, serta menggunakan bahan alam, dan bahan kertas. Dengan mengenali sifat bahan atau alat yang digunakan diharapkan akan melatih keterampilan kreatif anak dalam berekspresi dalam membuat kolase dalam menyusun bentuk gambar serta mengkombinasikan warna.

Penelitian ini seni sebagai bentuk krativitas anak TK karena dengan kegiatan kolase kreativitas anak dapat berkembang.Melalui kegiatan kolase anak dapat mengembangkan potensi kreatif yang dimilikinya.Dengan menciptakan kondisi pembelajaran yang menarik, menyenangkan di dalam suasana bermain kreatif untuk membina keterampilan dan kemampuan anak dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sebagai sarana untuk memperoleh pengalaman visual estetis.
h.     Karakteristik Masa Usia TK
M. Ramli (2005: 185) menjelaskan bahwa masa usia TK merupakan masa-masa dalam kehidupan manusia yang berada pada rentang usia empat tahun sampai usia enam tahun. Secara umum, karakteristik masa usia TK ditandai dengan beberapa karakteristik pokok sebagai berikut :
a. Masa usia TK adalah masa yang berada pada usia pra sekolah
Masa usia 4-6 tahun disebut masa pra sekolah karena pada masa ini anak umumnya belum masuk sekolah dalam pengertian sebenarnya. Artinya pada masa tersebut anak-anak belum belajar keterampilan akademik secara formal seperti diajarkan di Sekolah Dasar. Di TK anak dibantu mengembangkan keseluruhan aspek kepribadiannya sebagai dasar tahap perkembangan selanjutnya dan persiapan untuk memasuki pendidikan di Sekolah Dasar
b. Masa usia TK masa usia pra kelompok
Masa usia TK merupakan masa usia pra kelompok karena pada masa tersebut anak-anak belajar dasar-dasar keterampilan yang diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial kelompok. Dalam hal ini mereka mempelajari dasar-dasar perilaku yang diperlukan dalam kehidupan bersama sebagai persiapan penyesuaian diri saat mereka memasuki jenjang pendidikan SD dan memasuki tahap perkembangan selanjutnya.
c. Masa usia TK masa meniru
Pada masa ini anak senang sekali menirukan perkataan dan tindakan orang-orang disekitarnya.Dengan meniru anak-anak dapat mengembangkan perilaku mereka sehingga dapat berinteraksi dengan lingkungan secara lebih baik.Meskipun demikian, anak juga menunjukkan imajinasi dan kreativitas dalam pola tingkah laku mereka.
d. Masa usia TK adalah masa bermain
Anak usia pra sekolah senang sekali bermain untuk mengeksplorasikan lingkungannya, meniru perilaku orang lain, dan mencobakan kemampuannya sendiri. Kegiatan bermain tidak bisa dipisahkan dengan anak-anak karena pada masa tersebut sebagian besar waktu anak-anak dihabiskan untuk bermain dengan mainannya.Bermain merupakan aktivitas penting bagi anak karena itu pendidikan di TK dilaksanakan melalui kegiatan permainan.Melalui permainanya tersebut anak belajar mengembangkan segenap aspek kepribadiannya.
e. Anak pada masa usia TK memiliki keberagaman
Anak–anak pada usia TK sangat beragam, tidak hanya dari segi individualitasnya saja tetapi dari segi latar belakang budaya asal anak-anak tersebut. Keberagaman tersebut menyadarkan pendidik untuk memperlakukan anak sesuai dengan karakteristik khas anak tersebut dalam kegiatan pendidikan sehingga anak mampu berkembang ssecara optimal.
i.  Cara Mengembangkan Kreativitas Anak TK
          Kreativitas anak sangat penting dikembangkan sejak usia dini khususnya sejak anak memasuki pendidikan prasekolah di TK. Kreativitas yang dikembangkan di TK lebih ditekankan pada kreativitas anak dalam berkarya. Suratno (2005: 10) mengemukakan bahwa anak yang kreatif mampu memperdayakan pikirannya untuk menghasilkan suatu produk secara kreatif.Dalam pengembangan kreativitas anak TK, peran pendidik yaitu orang tua dan guru sangatlah penting.Di sekolah guru bertugas merangsang dan membina perkembangan kreativitas pada anak. Guru berperan penting dalam pengembangan kreativitas anak. Guru harus dapat memlilih dan memanfaatkan setiap kesempatan belajar untuk mengembangkan kreativitas anak. Dalam kesempatan apa saja baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan guru dapat mengajak anak untuk mengembangkan kreativitasnya.
Pengembangan kreativitas anak di TK dapat dilakukan melalui kegiatan pembelajaran. Untuk mensukseskan program pengembangan kreativitas di TK, Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2005: 46-50) mengemukakan bahwa ada lima kriteria pembelajaran yang dapat membantu pengembangan kreativitas anak, yaitu :
a. Kegiatan Belajar Bersifat Menyenangkan (Learning Is Fun)
Belajar yang menyenangkan sangat berati bagi anak dan bermanfaat hingga dewasa. Faktor emosi merupakan faktor penting dan menentukan efektivitas proses pembelajaran. Pendidik perlu memberikan kesan positif pada anak dalam aktivitas belajarnya sehingga anak menyukai proses belajar yang dapat mengembangkan kreativitasnya. Hal ini ditandai dengan anak antusias mengikuti kegiatan belajar, tertawa-tawa, banyak bertanya, dan asyik menikmati kegiatan yang diberikan oleh guru.
b. Pembelajaran dalam Bentuk Kegiatan Bermain
Bermain adalah dunia anak.Melalui bermain anak dapat mempelajari banyak hal, tanpa anak sadari dan tanpa merasa terbebani.Anak juga dapat mengenal aturan, bersosialisasi, menempatkan diri, menata emosi, toleransi, kerjasama, mengalah, sportif serta mengembangkan berbagai aspek perkembangan dan kecerdasan pada anak.Dengan demikian pendidik perlu memilihkan permainan secara tepat sebagai sarana menyampaikan materi pembelajaran.
c. Mengaktifkan siswa
Anak memerlukan ruang yang luas untuk bereksplorasi dan menjelajahi dunianya, sehingga segala informasi dapat dengan mudah diserap oleh anak serta mampu mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya.Dengan demikian perlu pendekatan pembelajaran yang tepat, yaitu berupa belajar aktif, yang lebih menempatkan siswa sebagai pusat dari pembelajaran. Dengan kata lain anak terlibat aktif dalam perencanaan, proses pembelajaran, dan sampai pada penilaian.
Graves (Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, 2005: 49) menyatakan bahwa belajar aktif merupakan proses dimana anak-anak melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya, dengan cara mengobservasi, mendengarkan, mencari tahu, menggerakkan badan, melakukan aktivitas sensori, dan membuat atau mencipta sesuatu dengan benda-benda yang ada disekitar mereka. Pendekatan belajar aktif sangat mendorong program pengembangan kreativitas bagi anak, dimana mereka diberikan keleluasaan untuk mencari dan menemukan sendiri berbagai macam ilmu pengetahuan melalaui pengalamannya, informasi, dan mampu menghasilkan suatu produk yang kreatif.
d. Memadukan berbagai aspek pembelajaran dan perkembangan
Berbagai aspek perkembangan yang dimiliki anak merupakan suatu kesatuan yang utuh dan menyeluruh, sehingga pembelajaran yang dikembangkan dapat memadukan semua komponen pembelajaran dan perkembangan anak.
e. Pembelajaran dalam bentuk kegiatan konkret
Bagi seorang anak, proses mengerti dan memahami sesuatu tidak selalu harus melalui proses instruksional, akan tetapi anak mengamati dan berinteraksi secara langsung dengan obyek pembelajaran, sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan secara lebih bermakna. Bagi anak usia TK yang masih berada pada tahap perkembangan kognitif praoperasional dan pra operasional kongkret, sehingga kegiatan pembelajaran harus disertai dengan obyek nyata.
Untuk mempertahankan daya kreatif anak, pendidik harus memperhatikan sifat natural anak-anak yang sangat menunjang tumbuhnya kreativitas.Sifat-sifat natural harus senantiasa di pupuk dan dikembangkan sehingga sifat kreatif mereka tidak hilang.Menurut Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2005: 42) sifat natural anak-anak yang mendasar yang sangat menunjang tumbuhnya kreativitas sebagai berikut, (1) pesona dan rasa takjub, (2) rasa ingin tahu, dan (3) banyak bertanya. Sehingga dalam mengembangkan kreativitas anak TK menggunakan kolase, sebab dalam pembuatan kolase anak dapat berolah senirupa yang diwujudkan dengan keterampilan menyusun dan merekatkan bagian-bagian bahan alam, bahan buatan dan bahan bekas pada kertas gambar/ bidang dasaran yang digunakan, sampai dihasilkan tatanan yang unik dan menarik. Melalui kegiatan kolase pembelajaran dapat memberikan kesenangan, kebebasan untuk mengembangkan perasaan, kepuasan, keinginan, keterampilan seperti pada saat bermain.Cara bermain kreatif dapat membuat kegiatan yang menyenangkan.Kolase bermanfaat untuk memberikan hiburan yang bernilai edukatif, karena melalui kegiatan kolase itulah anak belajar.Dengan kolase juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir, yaitu penyaluran daya nalar yang dimiliki anak untuk digunakan dalam melakukan kegiatan berolah seni rupa.Anak yang cerdas cakap kemampuan pikirannya dapat menjadi pemicu munculnya daya kreativitas. Dengan kecerdasan (kecerdasan emosional) yang dimilikinya akan dapat digunakan untuk melakukan aktivitas dengan cepat, lancar dan tepat serta mudah untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya (Sumanto, 2005:24).
       BAB III
METODE PENELITIAN
A.  Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2011: 45), penelitian tindakan kelas (classroom action research) adalah penelitian tindakan yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas. Dalam penelitian ini, tindakan yang dilakukan adalah peningkatan kreativitas melalui kegiatan kolase.Bentuk penelitian tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kolaboratif. Penelitian tindakan kolaboratif merupakan bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh suatu tim yang biasanya terdiri dari guru, kepala sekolah, dosen LPTK, dan orang lain yang terlibat dalam penelitian (Wina Sanjaya, 2011: 59). Dalam penelitian ini kolaborasi dilakukan antara peneliti dan guru kelas.Peneliti bertindak sebagai observer dan guru bertindak sebagai pelaksana tindakan.
B.   Subjek dan Objek Penelitian
Penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah anak-anak kelompok A dan B1 di TK Mekarsari yang berjumlah 37 anak yang terdiri dari 20 laki-laki dan 17 anak perempuan yang berada pada rentang usia 5-7 tahun. Objek penelitiannya adalah kreativitas anak kelompok A dan B1 TK Mekarsari.
C.  Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelompok A dan B1 TK Mekarsari yang beralamat di Desa Cijantung Kecamatan Pasar Rebo Kabupaten Jakarta Timur.
2. Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap yaitu 11 Juni 2015 tahun pelajaran 2014/2015.


D.  Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2010: 15) yaitu langkah paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara.
a. Observasi
Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Nana Sujana & Ibrahim, 2004: 220). Metode observasi dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat semua aktivitas siswa pada proses kegiatan kolase di kelas. Observasi dilakukan pada siswa kelompok B2 untuk memperoleh data anak yang berkaitan dengan aspek-aspek kreativitas anak.
b. Wawancara
Wawancara ditujukan pada siswa kelompok B1 yang terlibat dalam kegiatan kolase.Wawancara ini dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data kemampuan anak dalam mengutarakan ide atau gagasan, pendapat atau alasan anak dalam karya yang dibuat serta perasaan anak setelah melakukan kegitan kolase.Data tersebut digunakan sebagai pendukung data-data dari hasil observasi.Kegiatan wawancara dilakukan dengan pedoman wawancara yang disesuaikan dengan peneliti.
E.   Instrumen Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 101) instrumen penelitian merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Lembar Observasi (Cheklist)
Lembar observasi digunakan agar peneliti lebih terarah dalam melakukan observasi sehingga hasil data yang didapatkan mudah diolah.Lembar observasi tersebut digunakan untuk mengetahui kreativitas anak melalui kegiatan kolase.Kisi-kisi observasi kreativitas anak melalui kegiatan kolase dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel Kisi-kisi Observasi.

Observasi Variabel
Aspek-aspek kreativitas
Indikator
Kreativitas anak
Kelancaran
Mampu membuat bentuk tempelan dari bahan kolase dengan bervariasi
Kelenturan
Mampu menggunakan dan mengkombinasikan lebih dari tiga bahan dalam membuat kolase
Keaslian
Mampu membuat hasil karya kolase sendiri dan berbeda dengan yang lainnya
Elaborasi
Mampu mengembangkan ide terhadap hasil karyanya secara luas
b. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan peneliti agar lebih terarah dalam melakukan wawancara terhadap siswa kelompok B2 pada saat kegiatan kolase.Pedoman wawancara tersebut digunakan untuk mengetahui kreativitas anak dalam mengungkapakan ide dan pendapat dari hasil karya yang dibuat anak. Pedoman wawancara terhadap kreativitas anak melalui kegiatan kolase dapat dilihat pada tabel  di bawah ini.
Tabel Kisi-Kisi Wawancara
Variabel
Aspek-aspek kreativitas
Keterangan
Kreativitas
Kelancaran
Anak dapat menceritakan dan menjelaskan gambar apa yang dibuat,alasan mengapa anak membuat bentuk gambar tersebut, warna dan bahan apa yang dipilih dan juga mengapa memilih warna dan bahan yang digunakan dalam membuat kolase.

F.   Teknik Analisis Data
Menurut Igak Wardhani (2007: 59) teknik analisis data adalah merangkum data dengan cara yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga mampu memberikan makna. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif yaitu data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari setiap pelaksanaan siklus dianalisis menggunakan teknik persentase.Dari hasil penelitian yang telah dilakukan selanjutnya dapat dihitung dengan persentase.Adapun rumus yang digunakan menurut Ngalim Purwanto (2006: 102), presentase dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut.


Keterangan:
P = angka persentase
F = skor mentah yang diperoleh siswa
N = skor maksimum

Menurut Acep Yoni (2010: 176) hasil dari data tersebut diinterpretasikan ke dalam empat tingkatan, yaitu:
1. Kriteria sangat baik jika anak memperoleh nilai 76%-100%.
2. Kriteria baik jika anak memperoleh nilai 51%-75%.
3. Kriteria cukup jika anak memperoleh nilai 26%-50%.
4. Kriteria kurang jika anak memperoleh nilai 0%-25%.
Dari persentase di atas, penelitian ini mengambil 4 kriteria persentase, yang diadaptasikan dari pendapat Acep Yoni (2010: 176) dan prosedur penilaian di TK, yaitu:

Tabel Kategori Persentase Kreativitas Anak
No
Kriteria
Persentase
1
BSB (Berkembang Sangat Baik)
76%-100%
2
BSH (Berkembang Sesuai Harapan)
51%-75%
3
MB (Mulai Berkembang)
26%-50%
4
BB (Belum Berkembang)
0%-25%








G.  Indikator Keberhasilan
Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, dalam penelitian ini dinyatakan berhasil apabila ada perubahan atau peningkatan terhadap hasil belajar yang diperoleh anak setelah diberikan tindakan. Penelitian ini dikatakan berhasil 64,8% anak berada pada tingkat berkembang sesuai harapan. Anak kurang mampu menguasai 4 aspek kreativitas yaitu kelancaran, kelenturan, keaslian dan elaborasi. Aspek kelancaran yaitu jika anak sudah mampu membuat bentuk tempelan dari bahan kolase dengan bervariasi, kelenturan jika anak sudah mampu menggunakan dan mengkombinasikan lebih dari tiga bahan dalam membuat kolase, keaslian yaitu jika anak sudah mampu membuat hasil karya kolase sendiri dan berbeda dengan yang lainnya serta elaborasi yaitu jika anak sudah mampu mengembangkan ide terhadap hasil karyanya secara luas dalam membuat kolase.



BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.         Deskripsi Lokasi Penelitian
          Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di TK Mekarsari,Jl.Belly no.12 ,RT11/RW9, Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Sekolah ini memiliki 3 kelas, yaitu A, B1 dan B2. Yang masing-masing diatur berdasarkan pembelajaran kelompok / klasikal. TK Mekarsari oleh 4 pendidik dan 2 karyawan. Peserta didiknya berjumlah 63 anak. Jumlah masing-masing peserta didik di setiap kelompok berjumlah 21 anak. Penelitian ini dilaksanakan pada kelompok B1 dan B2 dengan jumlah 37 anak yang terdiri dari perempuan 17 anak dan laki-laki 20 anak.  Yang berada pada rentang usia 5-7 tahun.
B.          Data Kemampuan Anak
Peneltian yang di lakukan kepada ke-37 orang yang terdiri dari kriteria yang telah di sebutkan pada bab 3, dan dilakukan dengan proses observasi dan wawancara serta melalukan penilaian kolase dari hasil karya anak TK. Sehingga, menghasilkan data yang tertera pada tabel berikut:
Tabel hasil penelitian
Nama
Jenis Kelamin
Observasi
Wawancara
Kelancaran
Kelenturan
Keaslian
Elaborasi
Kelancaran
Angka
%
Kriteria
Angka
%
Kriteria
Angka
%
Kriteria
Angka
%
Kriteria
Angka
%
Kriteria
Cl
P
6
75
BSH
2
25
BB
3
37,5
MB
2
25
BB
4
50
MB
Fad
L
4
50
MB
6
75
BSH
4
50
MB
4
50
MB
4
50
MB
Mi
P
5
62,5
BSH
7
87,5
BSB
5
62,5
BSH
6
75
BSH
6
75
BSH
Fak
L
4
50
MB
4
50
MB
7
87,5
BSB
8
100
BSB
7
87,5
BSB
Aa
P
6
75
BSH
7
87,5
BSB
3
37,5
MB
3
37,5
MB
4
50
MB
Ri
L
4
50
MB
7
87,5
BSB
7
87,5
BSB
6
75
BSH
6
75
BSH
Se
P
7
87,5
BSB
4
50
MB
4
50
MB
4
50
MB
4
50
MB
Rg
L
6
75
BSH
3
37,5
MB
4
50
MB
4
50
MB
5
62,5
BSH
Rs
L
4
50
MB
4
50
MB
7
87,5
BSB
7
87,5
BSB
7
87,5
BSB
Sa
P
3
37,5
MB
3
37,5
MB
6
75
BSH
7
87,5
BSB
6
75
BSH
Al
L
5
62,5
BSH
6
75
BSH
7
87,5
BSB
6
75
BSH
5
62,5
BSH
Da
L
6
75
BSH
4
50
MB
7
87,5
BSB
6
75
BSH
7
87,5
BSB
Wa
L
6
75
BSH
6
75
BSH
7
87,5
BSB
6
75
BSH
7
87,5
BSB
Sec
P
4
50
MB
6
75
BSH
3
37,5
MB
3
37,5
MB
3
37,5
MB
Gi
P
4
50
MB
3
37,5
MB
4
50
MB
4
50
MB
6
75
BSH
Bag
L
6
75
BSH
5
62,5
BSH
4
50
MB
4
50
MB
5
62,5
BSH
Bu
P
6
75
BSH
3
37,5
MB
7
87,5
BSB
7
87,5
BSB
5
62,5
BSH
Ma
L
6
75
BSH
4
50
MB
4
50
MB
5
62,5
BSH
5
62,5
BSH
Va
P
4
50
MB
3
37,5
MB
4
50
MB
4
50
MB
6
75
BSH
Na
P
4
50
MB
3
37,5
MB
7
87,5
BSB
6
75
BSH
6
75
BSH
Fe
L
4
50
MB
2
25
BB
7
87,5
BSB
6
75
BSH
5
62,5
BSH
Re
L
4
50
MB
3
37,5
MB
4
50
MB
5
62,5
BSH
4
50
MB
Ni
P
5
62,5
BSH
2
25
BB
4
50
MB
3
37,5
MB
6
75
BSH
Ra
P
6
75
BSH
4
50
MB
4
50
MB
4
50
MB
4
50
MB
Au
P
4
45
MB
2
25
BB
4
50
MB
5
62,5
MB
4
50
MB
Ke
P
8
100
BSB
4
50
MB
4
50
MB
5
62,5
MB
4
50
MB
Sah
L
6
75
BSH
5
62,5
BSH
4
50
MB
4
50
MB
3
37,5
MB
Ze
L
6
75
BSH
5
62,5
BSH
5
62,5
BSH
4
50
MB
3
37,5
MB
Dz
L
5
62,5
BSH
4
50
MB
3
37,5
MB
4
50
MB
4
50
MB
Di
P
5
62,5
BSH
6
75
BSH
4
50
MB
3
37,5
MB
4
50
MB
Vo
L
4
50
MB
4
50
MB
6
75
BSH
4
50
MB
4
50
MB
Sy
L
3
37,5
MB
3
37,5
MB
4
50
MB
4
50
MB
4
50
MB
Eb
L
2
25
BB
2
25
BB
5
62,5
BSH
3
37,5
MB
4
50
MB
Ra
L
3
37,5
MB
3
37,5
MB
3
37,5
MB
4
50
MB
5
62,5
BSH
Ala
P
5
62,5
BSH
4
50
MB
3
37,5
MB
5
62,5
BSH
3
37,5
MB
Kr
P
5
62,5
BSH
4
50
MB
3
37,5
MB
2
25
BB
3
37,5
MB
Ov
P
4
50
MB
3
37,5
MB
2
25
BB
2
25
BB
2
25
BB

Tabel Rekapitulasi Data Kreativitas Anak
No
Kriteria
Observasi
Wawancara
Kelancaran
Kelenturan
Keaslian
Elaborasi
Kelancaran
Jumlah
Anak
%
Jumlah
Anak
%
Jumlah
Anak
%
Jumlah
Anak
%
Jumlah
Anak
%
1.
Belum Berkembang
1
2,7
5
13,51
1
2,7
3
8,1
1
2,7
2.
Mulai Berkembang
16
43,24
21
56,76
22
59,46
20
54,05
18
48,65
3.
Berkembang Sesuai Harapan
18
48,65
8
21,62
5
13,51
10
27,02
14
37,84
4.
Berkembang Sangat Baik
2
5,4
3
8,1
9
24,32
4
10,81
4
10,81





 BAB V
KESIMPULAN
Hasil dari penelitian kami dapat disimpulkan bahwa kreativitas sangat penting untuk dikembangkan pada anak usia dini.
Berdasarkan hasil penelitian kami, diperoleh hasil sebagai berikut:
·         Kriteria belum berkembang pada aspek kisi-kisi observasi: kelancaran 2,7%, kelenturan 13,51%, keaslian 2,7%, elaborasi 8,1% dan aspek wawancara: kelancaran 2,7%
·         Kriteria mulai berkembang pada aspek kisi-kisi observasi: kelancaran 43,24%, kelenturan 56,76%, keaslian 59,46%, elaborasi 54,05% dan aspek wawancara: kelancaran 48,65 %
·         Kriteria berkembang sesuai harapan pada aspek kisi-kisi observasi: kelancaran 48,65%, kelenturan 21,62%, keaslian 13,51%, elaborasi 27,02% dan aspek wawancara: kelancaran 37,84%
·         Kriteria berkembang sangat baik pada aspek kisi-kisi observasi: kelancaran 5,4%, kelenturan 8,1%, keaslian 24,32% elaborasi 10,81% dan aspek wawancara: kelancaran 10,81%
Dengan berkreasi anak dapat mewujudkan dirinya, sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah meningkatkan kualitas hidupnya. Anak memiliki potensi kreativitas alami, maka akan senantiasa menumbuhkan aktivitas yang sarat dengan ide-ide kreatif. Secara natural anak memiliki kemampuan untuk mempelajari sesuatu menurut carannya sendiri. Untuk mempertahankan daya kreatif dan keterampilan pada anak, guru harus memperhatikan sifat natural anak-anak yang sangat menunjang tumbuhnya kreativitas. Sifat-sifat natural yang mendasar inilah yang harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan oleh guru sehingga sifat kreatif mereka tidak hilang. Dalam pengembangan kreativitas sejak usia dini peran pendidik yaitu orang tua dan guru sangatlah penting. Di sekolah guru bertugas merangsang dan membina perkembangangan kreativitas pada anak.

Bedasarkan data yang kami peroleh dari 37 sample sebagian besar anak berada pada kategori mulai berkembang, khususnya pada aspek keaslian, dimana anak mampu membuat hasil karya kolase sendiri dan berbeda dengan yang lainnya
Guru berperan penting dalam pengembangan kreativitas anak, guru harus dapat memlilih dan memanfaatkan setiap kesempatan belajar untuk mengembangkan kreativitas anak. Guru dapat mengajak anak untuk mengembangkan kreativitasnya dalam kesempatan apa saja baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan.

Daftar Pustaka

Djamarah,& Aswan Zain. (2002). Strategi belajar mengajar. Jakarta: PT Renika Cipta.

Isjoni.( 2010) .Model pembelajaran anak usia dini. Bandung: Alfabeta.

Muharrar Syakir, Verayanti Sri. (2013). Kreasi kolase, montase, mozaik. Esensi : Erlangga Group.

Munandar, Utami. (1992). Mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah. Jakarta: Gramedia.

Nazir. (1999). Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.

Rahayu, Dwi Puji. (2012). Skripsi: Pengaruh bermain playdough terhadap kemampuan motorik halus anak TK A aisyiyah gonilan, kartosura,sukoharjo. UMS: Surakarta.

Sujiono, Bambang dkk. (2008). Metode pengembangan fisik. Depdiknas: Universitas Terbuka.


 
Blogger Templates