Pengembangan
Kreativitas dan Keterbakatan
“Kreativitas Anak TK pada Permainan Kolase”
Ariesty
Fenty Wulandari Sugiyarto (11514578)
Fitri
Kusuma Wardani (14514324)
Lana
Lainufar (15514974)
Selly
Salimatulhayat (1A514120)
1PA03
Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma
2014/2015
BAB I
LATAR BELAKANG
Gambaran
awal yang diperoleh dari hasil observasi di lokasi penelitian, yaitu di TK
Mekarsari, Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Secara keseluruhan
pembelajaran sudah baik, akan tetapi dalam menstimulasi kemampuan motorik halus
anak khususnya dalam koordinasi mata dan tangan masih perlu variasi dan inovasi
metode serta permainan. Hal tersebut terlihat pada saat proses pembelajaran
berlangsung anak cenderung pasif dan kurang optimal dalam memberikan permainan
untuk pembelajaran. Metode pembelajaran untuk menstimulasi kemampuan motorik
halus khususnya dalam koordinasi mata dan tangan yang diberikan guru hanya
dengan metode mewarnai dan mengambar dengan media LKS saja, sehingga anak
kurang tertarik dan cepat bosan.
Sesuai dengan Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan bertujuan mencerdaskan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu, beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri
serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Lingkup perkembangan di TK terdapat lima bidang pengembangan. Salah
satunya adalah kemampuan motorik yang mencakup dua lingkup perkembangan, yaitu
motorik kasar dan motorik halus.Dalam pengembangan motorik halus salah satunya
adalah melalui menggambar.Hal ini merupakan upaya untuk meningkatkan motorik
halus anak.
Motorik halus bagi anak usia dini merupakan suatu hal yang sangat
penting bagi perkembangan anak. Anak membutuhkan belajar menggunkan tangan
dengan baik untuk keterampilan hidup, seperti makan dan memakai pakaian
sendiri.Mereka belajar mengkoordinasikan mata dan gerakan tangan.Selain itu
motorik halus anak berpengaruh pada kesiapan anak dalam menulis yaitu untuk
masuk kejenjang yang lebih tinggi lagi.
Oleh karena itu, anak usia dini harus berkembang motorik halusnya.
Jika tidak maka anak akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan
yang dihadapi dalam kehidupannya. Hal ini karena motorik halus sangat erat
hubungannya dengan aktivitas keseharian anak seperti, makan, memakai baju,
selain itu motorik halus berhubungan dengan kesiapan anak dalam menulis. Yaitu,
jika motorik halusnya tidak berkembang maka anak akan mengalami kesulitan pada
jenjang selanjutnya.
Pada anak usia 4-5 tahun, kemampuan
motorik halus anak sangat diperlukan agar mereka dapat tumbuh dan berkembang
secara optimal. Kemampuan motorik halus mencakup kemampuan mengamati, mengingat
hasil pengamatannya dan pengalamannya.Kemampuan motorik halus anak agar dapat
optimal maka diterapkan bermain sambil belajar.Bermain sambil belajar dan
belajar sambil bermain mempunyai kesamaan dan perbedaan.Keduanya sama-sama
melakukan kegiataan bermain sambil belajar, hanya saja penekanannya
berbeda. Jika belajar sambil bermain lebih menekankan pada pembelajarannya, maka
bermain sambil belajar lebih menekankan pada aktivitas bermain dan jenis
permainannya. Ada jenis permainan yang menekankan pada kemampuan tertentu.
Salah satu permainan yang menekankan
pada stimulasi kemampuan motorik halus anak adalah permainan kolase.Dengan
permainan kolase anak dapat bermain bentuk, menempel, berkarya seni, melatih
kelenturan, kelincahan otot-otot jari tangan dan koordinasi antara mata dan
tangan.
Untuk kelompok usia 5-6 tahun dalam
lingkup perkembangan motorik halus terdapat beberapa tingkat pencapaian
perkembangan yang harus dipenuhi meliputi kegiatan menggambar sesuai gagasannya,
meniru bentuk, melakukan eksplorasi dengan berbagai media dan kegiatan,
menggunakan alat tulis dengan benar, menggunting sesuai dengan pola, menempel
gambar dengan tepat,mengekspresikan diri melalui gerakan menggambar secara
detail (Permendiknas No. 58 Tahun 2009).
Menyadari akan arti pentingnya motorik halus bagi anak usia dini,
yang akan menjadi modal utama dalam kehidupannya kelak maka peneliti bertujuan
untuk mengetahui peningkatan kemampuan motorik halus anak melalui kolase di TK
Mekarsari Tahun Ajaran 2014/2015.
Kolase merupakan karya seni rupa dua dimensi yang menggunakan bahan
yang bermacam-macam yang dapat dipadukan dengan bahan dasar lain yang akhirnya
dapat menyatu menjadi karya yang utuh. ( Depdiknas, 2001 ).
Menurut Muharrar, dkk (2013 : 8) kata kolase, yang dalam bahasa
Inggris disebut ‘collage,’ berasal dari kata ‘coller’ dalam
bahasa Prancis, yang berarti ‘merekat’.
Kegiatan menempel/kolase adalah penyusunan berbagai bahan pada
sehelai kertas yang datar, dengan bahan berbagai bentuk kertas, kain,
bahan-bahan bertekstur dan benda-benda menarik lainnya, bisa dua dimensi atau
tiga dimensi.Kegiatan menempel ini menarik minat anak-anak karena berkaitan
dengan meletakkan dan merekatkan sesuatu sesuka mereka.Yang dimaksud dengan
kegiatan menempel/kolase adalah merupakan pekerjaan menyusun berbagai bahan
seperti bahan potongan-potongan kertas warna pada sehelai kertas yang sudah ada
pola atau gambarnya tentang sesuatu yang diinginkan sehingga siswa hanya
menempelkan potongan-potongan tersebut dengan penuh dan tidak keluar dari pola
atau gambar tersebut.
Manfaat kolase : (1) Melatih motorik halus, (2) Meningkatkan
kreativitas, (3) Melatih konsentrasi, (4) Mengenal warna, (5) Mengenal bentuk,
(6) Melatih memecahkan masalah, (7) Mengasah kecerdasan spasial, (8) Melatih
ketekunan, (9) Meningkatkan kepercayaan diri.
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas maka peneliti berusaha mencari solusi dengan
upaya perbaikan pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan
mengambil judul “Kreativitas Anak TK Pada Permainan Kolase“
BAB
II
DASAR
TEORI
A. Media
Kolase
a.
Pengertian
Media Kolase
Menurut Syakir Muharrar dan Sri
Verayanti menyatakan bahwa kolase adalah suatu teknik menempel berbagai macam
materi selain cat, seperti kertas, train, kaca, logam dan lain sebagainya
kemudian di kombinasi dengan penggunaan cat atau teknik lain. Pengertian serupa
juga diungkapkan oleh Syafi'i yang dikutip oleh Hajar Pamadhi dan Evan Sukardi
menyatakan "Kolase adalah kegiatan melukis dengan cara menempel”.
Menurut Muharam menyatakan bahwa kolase adalah teknik melukis
dan mempergunakan warna-warna kepingan bate, kaca, meaner, keramik, kayo, yang
ditempelkan. Kolase merupakan bentuk gambar yang diwujudkan dengan menyusun kepingan
ber-warna yang diolesi lem kemudian ditempelkan pada bidang gambar. Sedangkan
menurut Tim Bina. Karya Guru "kolase adalah melukis dengan cara menempel
atau merekat".
Berdasarkan beberapa pendapat di
atas, dapat disimpulkan bahwa kolase adalah kegiatan menempel ke dalam bentuk
gambar yang telah ditentukan dengan menggunakan teknik mendekorasi permukaan
suatu dengan menempelkan materi seperti kertas, kaca, kain, batu, daun kering
dan sebagainya kemudian dikombinasikan dengan teknik melukis dengan tangan yang
menggunakan cat.
b.
Langkah-langkah
Keterampilan Membentuk Kolase
Menurut Syakir Muharrar, langkah-langkah keterampilan membentuk
kolase:
1. Merencanakan gambar yang akan dibuat. Menyediakan alat-alat/bahan.
Menjelaskan dan mengenalkan nama alat-alat yang digunakan untuk keterampilan
kolase dan bagaimana cara penggunaannya.
2. Membimbing anak untuk menempelkan pola gambar pada gambar dengan
cara memberi perekat dengan lem, lalu menempelkannya pada gambar.
3. Menjelaskan posisi untuk menempelkan pola gambar yang benar sesuai
dengan bentuk gambar dan mendemonstrasikannya, sehingga hasil tempelannya tidak
keluar garis.
4. Latihan hendaknya diulang-ulang agar motorik halus anak terlatih
karena keterampilan kolase ini mencakup gerakan-gerakan kecil seperti menjepit,
mengelem dan menempel bench yang kecil sehingga koordinasi jari-jari tangannya
terlatih.
Menurut Priyanto langkah-langkah yang harus dilakukan dalam
keterampilan kolase dari melepas bahan, mengenali bentuk bahan, cara menempel
yang baik, memilih bahan, dan seterusnya. Bila anak belum memahami dengan baik,
ulangi lagi penjelasannya sampai dia benar-benar memahami. Biasanya kalau sudah
paham, anak akan dengan mudah mengerjakan kolase sendiri.
Berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan langkah-langkah
keterampilan kolase yaitu menyediakan alai dan bahan, menempelkan bahan pada
gambar yang telah dipersiapkan sebelumnya, latihan hendaknya dilakukan
berulang-ulang agar kemampuan motorik halus terlatih
c.
Kelebihan-kelebihan
Media Kolase
Menurut Rullyramdhansyah, kelebihan dengan menggunakan media kolase
dalam pembelajaran diantaranya sebagai berikut:
1. Dalam media kolase bahan yang digunakan mudah didapatkan seperti
memanfaatkan kertas bekas atau barang-barang lain yang sudah tidak terpakai.
2. Media kolase juga dapat berperan sebagai bentuk hiburan bagi anak,
sebagai imbangan mata pelajaran yang sedang dilaksanakan
3. Pembelajaran dengan menggunakan media kolase memiliki peran dan
fungsi sebagai alai atau media mencapai sasaran pendidikan secara umum
4. Dengan media kolase dalam pembelajaran dapat mengembangkan
kreativitas siswa dan pembelajaran tidak menjadi membosankan lagi, sehingga
siswa lebih berani dalam mengekplorasi ide-ide kreatif, bahan dan teknik untuk
menghasilkan karya kolase yang unik.
5. Siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran dan dapat
menghasilkan anak didik yang memiliki keterampilan, kreatif dan inovatif.
6. Adanya prinsip kepraktisan, prinsip ini mendasarkan pada tawaran
pemanfaatan potensi lingkungan untuk media kolase, material apapun dapat anda
manfaatkan dalam pembuatan kolase asalkan ditata menjadi komposisi yang menarik
atau unik.
7. Dengan bermain dengan media kolase siswa dapat melatih konsentrasi.
Pada saat berkonsentrasi melepas dan menempel dibutuhkan pula koordinasi
pergerakan tangan dan mata. Koordinasi ini sangat baik untuk merangsang,
pertumbuhan otak di masa yang sangat pesat.
8. Melatih memecahkan masalah, kolase merupakan sebuah masalah yang
harus diselesaikan anak. Tetapi bukan masalah sebenarnya, melainkan sebuah
permainan yang harus dikerjakan anak. Masalah yang mengasyikkan yang membuat
anak tanpa sadar, sebenarnya sedang dilatih untuk memecahkan sebuah masalah.
Hal ini akan memperkuat kemampuan anak untuk keluar dari permasalahan.
9. Siswa dapat meningkatkan kepercayaan diri. Bila anak mampu
menyelesaikannya, dia akan mendapatkan kepuasan tersendiri. Dalam dirinya
tumbuh kepercayaaan diri kalau dia mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Kepercayaan diri sangat positif untuk menambahkan daya kreativitas anak karna
mereka tidak takut atau males saat mengerjakan sesuatu.
10. Kemudahan dalam proses belajar mengajar. Dengan media kolase guru
dapat transfer belajar sesuai tujuan pembelajaran yang ingin dicapai karena
media ini berbentuk kongkrit dan dapat lebih menarik perhatian siswa dibanding
dengan menggunakan ceramahbelajaran yang ingin dicapai karena, media ini
berbentuk kongkrit dan dapat lebih menarik perhatian siswa dibanding dengan
menggunakan cerarnah.1
Berdasarkan kelebihan-kelebihan media kolase di atas, dapat
disimpulkann bahwa penggunaan media kolase sangat efektif sekali untuk membantu
pelaksanaan pembelajaran terutama pada anak-anak usia dini yang masih
memerlukan, hal ini untuk mengembangkan aspek motorik anak terutama motorik
halusnya, dikarenakan siswa berperan secara langsung untuk menemukan inti pembelajaran
dengan menggunakan media kolase.
d. Bahan Membuat Kolase
Syafii menyatakan bahwa, bahan kolase
bisa berupa bahan alam, bahan buatan, bahan setengah jadi, bahan jadi, bahan
sisa atau bekas dan sebagainya, seperti kertas koran, kertas kalender, kertas
berwarna, kain perca, benang, kapas, plastik, sendok es krim, serutan kayu,
serutan pensil, kulit batang pisang kering, kerang, elemen elektronik, sedotan
minuman, tutup botol dan sebagainya. Selanjutnya menurut Tim Rina Karya Guru
bahan kolase dapat dikelompokkan menjadi:
1. Bahan-bahan alam (daun, ranting, bunga kering, kerang, batu-batuan),
2. Bahan-bahan olahan (plastik, serat sintetis, logam, karet),
3. Bahan-bahan bekas (majalah bekas, tutup botol, bungkus permen atau
coklat).2
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahan-bahan yang
dapat dijadikan sebagai bahan membuat gambar dengan teknik kolase antara lain:
1. Bahan alam yang dapat digunakan adalah daun, kulit batang pisang
kering, ranting, bunga kering, kerang dan batu batuan
2. Bahan olahan yang dapat digunakan adalah kertas berwarna, kain
perca, benang, kapas, plastik sendok es krim, sedotan minuman, logam dan karet,
3. Bahan bekas yang dapat digunakan adalah kertas koran, kalender
bekas, majalah bekas, tutup botol clan bungles makanan.
B. Motorik
Halus
a.
Pengertian
Motorik Halus
Motorik adalah terjemahan dari kata "motor" yang menurut
Samsudin adalah suatu dasar biologi atau mekanika yang menyebabkan terjadinya
suatu gerak. Dengan kata lain, gerak (movement) adalah refleksi dari
suatu tindakan yang didasarkan oleh proses motorik. Karma motorik (motor) menyebabkan
terjadinya suatu gerak (movement), maka setup penggunaan kata motorik
selalu dikaitkan dengan gerak. Di dalam penggunaan sehari-hari sering tidak
dibedakan antara motorik dengan gerak. Namun yang harus selalu diperhatikan
adalah bahwa gerak yang dimaksudkan di sini bukan hanya semata-mata berhubungan
dengan gerak seperti yang kita lihat sehari-hari, yakni geraknya anggota tubuh
(tangan, lengan, kaki, dan tungkai) melalui alai gerak tubuh (otot dan rangka),
tetapi motorik merupakan gerak yang di dalamnya melibatkan fungsi motorik
seperti otak, saraf, otot dan rangka.
Sumantri menyatakan bahwa motorik halus adalah pengorganisasian
penggunaan sekelompok otot-otot keeil seperti jari-jemari dan tangan yang
sering membutuhkan keeermatan dan koordinasi dengan tangan, keterampilan yang
mencakup pemanfaatan menggunakan alai-alai untuk mengerjakan suatu objek.
Hal yang senada dikemukakan oleh Yudha dan Rudyanto yang dikutip
oleh Imam Musbikin, menyatakan bahwa motorik halus adalah kemampuan anak
beraktivitas dengan menggunakan otot halus (kecil) seperti menulis, meremas,
menggambar, menyusun balok dan memasukkan kelereng.Sedangkan menurut Uyu
Wahyudin dan Mubiar Agustin, motorik halus ialah kemampuan anak dalam
menunjukkan dan menguasai gerakan-gerakan otot indah dalam bentuk koordinasi,
ketangkasan dan keeekatan dalam menggunakan tangan dan jari jemari.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat penulis jelaskan
bahwa motorik halus adalah gerakan yang hanya melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan
menggunakan Jan jemari tangan dan gerakkan pergelangan tangan yang tepat.Oleh
karena itu, gerakan ini tidak terlalu membutuhkan tenaga, namun gerakan ini
membutuhkan koordinasi mate dan tangan yang cermat.Semakin baiknya gerakan
motorik halus anak membuat anak dapat berkreasi, seperti menggunting kertas,
menggambar, mewarnai, Berta menganyam. Namun tidak semua anak memiliki
kematangan untuk menguasai kemampuan ini pada tahap yang sama.
b.
Tahapan
Perkembangan Motorik Halus Anak Usia Dini
Perkembangan motorik halus adalah proses tumbuh kembang kemampuan
gerak seorang anak yang sejalan, dengan kematangan saraf dan otot anak,
sehingga gerakan sesederhana apapun adalah merupakan hasil pola interaksi yang
kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol oleh otak.
Untuk lebih jelasnya, berikut tahapan perkembangan kemampuan motorik halos anak
usia, dini sebagai berikut:
c. Perkembangan Motorik Halus Anak usia Dini
Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting
dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Beberapa pengaruh perkembangan
motorik halus terhadap perkembangan individu menurut Hurlock adalah sebagai
berikut:
1.
Melalui
keterampilan motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh perasaan
senang. Seperti anak merasa senang dengan memiliki keterampilan memainkan
boneka, melempar dan menangkap bola atau memainkan alat-alat mainan.
2.
Melalui
keterampilan motorik, anak dapat beranjak dari kondisi tidak berdaya pada
bulan-bulan pertama dalam kehidupannya, ke kondisi yang independen. Anak dapat
bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya dan dapat berbuat sendiri untuk
dirinya. Kondisi ini akan menunjang perkembangan rasa percaya diri.
3.
Melalui
perkembangan motorik, anak dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan
sekolah. Pada usia prasekolah atau usia kelas-kelas awal Sekolah Dasar, anak
sudah dapat dilatih menulis, menggambar, meluk-is, dan baris berbaris.
4.
Melalui
perkembangan motorik yang normal memungkinkan anak dapat bermain atau bergaul
dengan teman sebayanya, sedangkan yang tidak normla akan menghambat anak untuk
dapat bergaul dengan teman sebayanya bahkan dia akan terkucilkan atau menajdi
anak yang fringer (terpinggirkan) .
Bedasarkan pendapat diatas maka dapat dipahami bahwa perkembangan
motorik halus secara normal anak dapat memiliki rasa senang, rasa percaya diri,
dan dapat dengan mudah menyesuaikan dengan lingkungan serta dapat bergaul
dengan teman sebayanya.
Ada beberapa hal yang dapat memperlambat perkembangan motorik halus
anak adalah sebagai berikut:
1.
Kerusakan
otak sewaktu dilahirkan.
2.
Kondisi
buruk prenatal (ibu hamil yang merokok, narkoba), kondisi buruk saat
dilahirkan.
3.
Kurangnya
kesempatan anak untuk dapat melakukan aktivitas motorik halus dikarenakan
kurangnya stimulasi dari orang tua, over-protektif, terlalu dimanja dan
lain-lain.
4.
Tuntutan
yang terlalu tinggi dari orang tua, yaitu dituntut untuk melakukan aktivitas
motorik halus tertentu padahal organ motoriknya belum matang.
5.
Kidal yang
dipaksakan menggunakan tangan kanan sehingga menimbulkan ketegangan emosi pada
anak.
6.
Motorik
halus yang kaku:
·
Lambat
dalam perkembangannya.
·
Kondisi
fisik yang lemah sehingga anak tidak memiliki motivasi untuk mengembangkan
kemampuan motorik halusnya.
·
Tegang
secara emosional sehingga tegang otot dan kaku.
Dari teori di atas, dapat dipahami bahwa faktor-faktor yang
menghambat berkembangnya motorik halus anak ada dua macam, yang pertama karma
faktor bawaan lahir dan yang kedua dikarenakan faktor dari luar seperti
kurangnya stimulasi yang tepat bagi perkembangan motorik halus anak.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa salah satu cara untuk
menghindari kurang berkembangnya motorik halus anak ialah ketika mendidik anak
seorang guru maupun orang tua hendaknya tidak berlebihan dan bersifat terbuka
namun masih tetap dalam koridor batasan-batasan yang wajar. Biarkan anak untuk
bermain dan bereksplorasi sesuai keinginannya, orang tua maupun guru hendaknya
memfasilitasi permainan tersebut dan mengarahkan, kepada yang baik dan memiliki
nilai pendidikan.
d.
Kegunaan
Motorik Halus
Menurut Samsudin, ada beberapa kegunaan motorik halus, antara
lain:
1. Mengembangkan kemandirian, seperti memakai baju sendiri,
mengancingkan baju, mengikat tali sepatu dan lain-lain.
2. Sosialisasi, seperti ketika anak menggambar bersama
teman-temannya.
3. Pengembangan konsep diri, seperti anak telah mandiri dalam
melakukan aktivitas tertentu.
4. Kebanggaan diri, anak yang rpandiri akan merasa bangga terhadap
kemandirian yang dilakukannya.
5. Berguna bagi keterampilan dalam aktivitas sekolah misalnya
memegang pensil atau pulpen.
Dari beberapa teori di atas,
dapat dipahami bahwa kegunaan dari motorik halus itu sangat penting.Dimana
dengan adanya keterampilan motorik halus yang baik, maka perkembangan anak
untuk mass selanjutnya pun dapat berkembang dengan baik.Hal ini terlihat dari
beberapa kegunaan yang telah ditetapkan oleh Kemendiknas, dimana
kegunaan-kegunaan tersebut sangat dibutuhkan dalam ktgiatan sehari-hari.
e.
Langkah-langkah
Mengembangkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini
Berikut merupakan langkah-langkah
dalam mengembangkan kemampuan motorik halus anak:
1. Imitation (Peniruan)
Imitation
adalah keterampilan untuk menetukan suatu gerakan yang telah dilatih
sebelumnya.
2. Manipulation (penggunaan konsep)
Manipulation
adalah kemampuan untuk menggunakan konsep dalam melakukan kegiatan.Kemampuan
ini juga sering disebut sebagai kemampuan manipulasi.
3. Presition (Ketelitian)
Presition
adalah kemampuan yang berkaitan dengan gerak yang mengindikasikan tingkat
kedetailan tertentu.
4. Articulasion (Perangkaian)
Articulasion
adalah kemampuan untuk melakukan serangkaian gerakan secara koordinasi antar
organ tubuh, saraf, dan mata secara cermat.
5. Naturalization (Kewajaran/Kealamiahan)
Naturalization
adalah kemampuan untuk melakukan gerak secara wajar atau luwes.
Pengembangan motorik halus anak usia
dini hendaknya memperhatikan beberapa prinsip-prinsip sebagai berikut:
1.
Berorentasi pada kebutuhan
anak.
2.
Belajar sambil bermain.
3.
Kreatif dan inovatif
4.
Lingkungan kondusif.
5.
Tema.
6.
Mengembangkan keterampilan
hidup.
7.
Menggunakan kegiatan terpadu.
8.
Kegiatan berorientasi pada
prinsip-prinsip perkembangan anak.
C. Teori Kreativitas
a.Pengertian
Kreativitas
Kreativitas berasal dari kata kreatif yaitu memiliki daya cipta,
memiliki kemampuan untuk menciptakan, bersifat (mengandung) daya cipta,
sedangkan kreativitas merupakan kemampuan untuk mencipta (Depdiknas, 2002:
599). Hurlock (1978: 3) menyatakan bahwa kreativitas adalah proses mental yang
unik, suatu proses yang semata-mata dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang
baru berbeda dan orisinil. Supriadi (Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, 2005:
15) menambahkan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan
sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda
dengan apa yang telah ada.
Sejalan dengan pendapat di atas Suratno (2005: 24) mengemukakan
bahwa kreativitas adalah suatu aktivitas imajinatif yang memanifestasikan
kecerdikan dari pikiran yang berbeda untuk menghasilkan suatu produk atau
menyelesaikan persoalan dengan caranya sendiri. Seseorang yang kreatif ingin
memuaskan rasa keingintahuannya melalui berbagai aktivitas, seperti
bereksplorasi, bereksperimen, dan banyak mengajukan pertanyaan kepada orang
lain. Semua hal tersebut dilakukan sebagai upaya menciptakan sesuatu yang baru
dan berbeda dari yang pernah ada untuk memecahakan suatu masalah serta
dilakukan dengan caranya sendiri agar seseorang merasa puas akan hasil yang
telah dia ciptakan Berdasarkan beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa
kreativitas adalah suatu proses untuk menghasilkan sesuatu yang baru, baik
berupa gagsan atau berupa suatu obyek tertentu serta mampu menerapkannya dalam
pemecahan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dengan caranya
sendiri. Dalam menghasilkan gagasan maupun suatu produk yang baru dan orisinil
tersebut, pendidik perlu memperhatikan aspek-aspek kreativitas yang menjadi
indikator yang digunakan sebagai acuan dalam mengukur kreativitas anak,
sehingga kreativitas dapat berkembang secara optimal. Kreativitas dalam
penelitian ini adalah suatu proses untuk menghasilkan sesuatu yang baru, baik
berupa gagsan atau berupa karya nyata yang tidak terfikirkan oleh orang lain
dalam pemecahan masalah untuk menghasilkan karya yang orisinil dan relatif
berbeda.
b. Aspek-aspek
Kreativitas
Aspek kreativitas menurut Pernes ( Nursisto, 2000: 31) meliputi:
o
Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan dalam mengemukakan ide-ide untuk
memecahkan suatu masalah.
o
Flexibility (keluwesan), yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam ide
guna memecahkan suatu masalah diluar kategori yang biasa.
o
Originality ( keaslian), yaitu kemampuan memberikan respon unik.
o
Elaboration (keterperincian), yaitu kemampuan menyatakan pengarahan ide secra
terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan.
o
Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan dalam menangkap dan menghasilkan masalah
sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.
Selain itu, aspek kreativitas menurut Martini Jamaris (2006: 67)
yaitu:
o
Kelancaran
Kelancaran yaitu kemampuan untuk memberikan
jawaban dan mengemukakan gagasan atau ide-ide yang ada dalam pikiran anak
dengan lancar.
o
Kelenturan
Kelenturan yaitu kemampuan anak
untuk mengemukakan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah sesuai dengan
ide-ide yang dimilikinya.
o
Keaslian
Keaslian yaitu kemampuan untuk mnghasilan
berbagai ide atau karya yang asli hasil pemikiran sendiri.Hasil karya yang
dihasilkan anak lebih unik dan berbeda dengan lainnya.
o
Elaborasi
Elaborasi yaitu kemapuan untuk memperluas
atau memperkaya ide yang ada dalam pikiran anak dan aspek-aspek yang mungkin
tidak terpikirkan atau terlihat orang lain.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
aspek-aspek kreativitas anak meliptui kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility),
keaslian (originality), elaborasi (elaboration), kepekaan (sensitivity
) serta keuletan dan kesabaran. Dalam penelitian ini, peneliti lebih
merujuk pada aspek-aspek keativitas anak menurut Martini Jamaris (2006: 67)
yaitu kelancaran, keluwesan, keaslian dan elaborasi.Setelah mengetahui
aspek-aspek kreativitas di atas, untuk mengetahui bahwa anak tersebut kreatif,
kita perlu mengetahui ciri-ciri kreativitas. Dengan demikian pendidik tidak
salah dalam memberikan label kreatif pada anak.
c. Ciri-ciri
Kreativitas
Menurut Supriadi (Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, 2005: 17) ciri
kreativitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori, yaitu katagori kognitif dan
katagori non kognitif.Ciri kategori kognitif antara lain orisinalitas, fleksibilitas,
kelancaran, dan elaborasi.Sedangkan ciri kategori non kognitif diantaranya
motivasi sikap dan kepribadian kreatif. Kategori kognitif dan katagori non
kognitif ini keduanya sangat berkaitan dan sama pentingnya, kecerdasan yang
tidak ditunjang dengan kepribadian kreatif tidak akan menghasilkan suatu hasil
apapun. Kreativitas hanya dapat dilahirkan dari orang cerdas yang memiliki
kondisi psikologis yang sehat.Kreativitas tidak hanya perbuatan otak saja namun
variabel emosi dan kesehatan mental sangat berpengaruh terhadap lahirnya sebuah
karya kreatif.Kecerdasan tanpa mental yang sehat sulit sekali dapat
menghasilkan karya kreatif.
Sumanto (2005: 39) menambahkan bahwa anak kreatif mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut, (1) mempunyai kemampuan berfikir kritis, (2) ingin
tahu, tertarik pada kegiatan yang dirasakan yang dirasakan sebagai tantangan,
(3) berani mengambil resiko, (4) tidak mudah putus asa, (5) menghargai
keindahan, (6) mau berbuat atau berkarya, serta (7) menghargai diri sendiri dan
orang lain.
Berdasarkan pendapat yang telah diuraikan
sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang kreatif yaitu seseorang
memiliki karakteristik yaitu mempunyai kemampuan berpikir kritis, mempunyai
rasa ingin tahu yang besar, tertarik pada kegiatan kegiatan kreatif, berani
mengabil resiko, tidak mudah putus asa, lentur (fleksibel), suka
mengekspresikan diri dan bersikap natural (asli).
Dalam penelitian ini anak kreatif adalah anak yang
mampu membuat hasil karya dengan takun, gagasan yang orisinil, fleksibel dalam
berpikir dan merespon, berani menambil resiko, serta tidak kehabisan akal dalam
memecahkan masalah dalam menciptakan ide ataupun karya baru yang orisinil.Dari
ciri-ciri di atas, seorang pendidik harus mengembangkan kreativitas anak dengan
optimal sehingga mencapai tujuan pengembangan kreativitas yang diharapkan.Dalam
mengembangkan kreativitas tersebut pendidik juga harus faktor-faktor yang
mempengaruhi kreativitas.
d.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kreativitas
Setiap orang pada dasarnya memiliki bakat kreatif dan kemampuan
untuk mengungkapkan dirinya secara kreatif, meskipun masing-masing dalam bidang
dan kadar yang berbeda-beda.Utami Munandar, (2009: 45) mengemukakan ada empat
strategi dalam pengembangan kreativitas yang sering disingkat dengan 4P, yaitu pribadi,
pendorong, proses dan produk.
1. Pribadi
Kreativitas adalah ungkapan (estetis) dari keunikan
individu dalam interaksi dengan lingkungannya.Ungkapan kreatif yang unik dapat
ditimbulkan ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif.Pendidik hendaknya
dapat menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat siswanya. Guru hendaknya
membantu anak untuk mengembangkan dan menemukan bakat-bakat dan menghargainya.
2.
Pendorong
Bakat kreatif anak akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan dari
lingkungannya, jika ada dorongan yang kuat dalam dirinya sendiri untuk
menghasilkan sesuatu. Bakat kreatif dapat berkembang dalam lingkungan,
keluarga, maupun di masyarakat harus ada penghargaan dan dukungan terhadap
sikap dan perilaku kreatif individu atau kelompok individu.
3. Proses
Anak perlu diberi kesempatan untuk bersibuk diri secara kreatif
untuk mengembangkan kreativitasnya. Guru hendaknya dapat merangsang anak untuk
melibatkan dirinya dalam kegiatan kreatif, dengan membantu mengusahakan sarana
prasarana yang diperlukan. Proses bersibuk diri secara kreatif tanpa perlu
selalu menuntut dihasilkannya produk-produk kreatif yang bermakna, hal itu akan
datang dengan sendirinya.
4. Produk
Kondisi yang memungkinkan seseorang untuk menciptakan produk kreatif
yang bermakna adalah kondisi pribadi dan kondisi lingkungan, yaitu sejauh mana
keduanya mendorong seseorang untuk melibatkan dirinya dalam proses kreatif.
Guru hendaknya menghargai produk kreativitas anak dan mengkomunikasikannya
kepada yang lain, misalnya dengan menunjukkan atau memamerkan hasil karya anak.
e. Sifat-sifat Natural Perkembangan Kreativitas Anak
Untuk mempertahankan daya kreatif anak, pendidik harus memperhatikan
sifat natural anak-anak yang sangat menunjang tumbuhnya kreativitas.Sifat-sifat
natural yang mendasar inilah yang harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan
sehingga sifat kreatif anak tidak hilang. Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati
(2005: 42) menyatakan bahwa sifat-sifat natural yang sangat menunjang
perkembangan kreativitas anak harus dikembangkan adalah sebagai berikut:
a. Pesona dan rasa takjub
Sifat pesona dan rasa takjub terhadap sesuatu merupakan sifat khas
anak-anak.Anak-anak pada umumnya sangat terpengaruh dan tertarik melihat
hal-hal baru yang menajubkan di lingkungan sekitar anak. Anak-anak sangat polos
dan murni sehingga mereka dapat melihat dan mengamati dengan detail benda-benda
di sekitarnya. Melalui kekaguman terhadap alam sekitar, kreativitas anak dapat
diciptakan.
b. Mengembangkan imajinasi
Dunia khayal dan imajinasi merupakan dunia yang identik dengan
anak.Dengan berimajinasi sesuatu yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin bagi
seorang anak sehingga mampu berpikir untuk menemukan penyelesaian masalah yang
ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh
pendidik adalah memahami, menghargai, membimbing dan mendukung imajinasi anak
serta mengajak anak untuk belajar mewujudkan imajinasinya sehingga
menghasilakan sesuatu hasil dan berguna bagi orang lain.
c. Rasa ingin tahu
Anak sangat antusias dengan benda-benda ataupun makhluk baru yang
dilihatnya pertama kali. Anak akan memperhatikan, mengamati cara kerjanya,
manatap dengan detail, merabanya, mencium, dan jika perlu dijilat untuk
merasakan bagaimana rasanya. Dengan rasa ingin tahunya tersebut, anak kadang
tidak perduli dengan apa yang terjadi pada diri anak. Hal ini menunjukkan
betapa kuatnya keinginan anak untuk belajar sesuatu dengan mengeksplorasi alam
dan lingkungan sekitarnya.Rasa ingin tahu merupakan sifat dasar kreativitas
sebelum anak menciptakan karya atau gagasan baru, yang kemudian dikembangkan
untuk menjadi pribadi yang kreatif.
d. Banyak bertanya
Masa awal TK sangat diwarnai dengan aktivitas banyak bertanya.
Dengan bertanya anak akan mengetahui segala sesuatu yang terjadi di lingkungan
sekitarnya sehingga mampu memperkaya ide atau gagasannya. Dengan mengetahui
sifat-sifat natural perkembangan kreativitas anak di atas pendidik harus
mengembangkan kreativitas anak secara optimal agar dapat mencapai tujuan
pengembangan kreativitas yang diharapkan.
f. Tujuan Pengembangan Kreativitas
Pengembangan kreativitas anak usia dini dilaksanakan melalui
pelaksanaan program kegiatan belajar dalam rangka pengembangan kemampuan dasar,
yakni pengembangan daya cipta/kreativitas. Menurut Sumanto (2005: 43) pengembangan
daya cipta bertujuan membuat anak-anak kreatif, yaitu lancar, fleksibel dan
orisinil dalam bertutur kata, berpikir, serta berolah tangan, berolah seni dan
berolah tubuh sebagai latihan motorik haus dan motorik kasar.Dari pendapat
Sumanto dapat diketahui bahwa daya cipta merupakan kemampuan anak dalam
memfisualisasikan segenap potensi pikir, pengalaman dan keterampilan melalui
media rupa yang digunakan sehingga menghasilkan hasil karya anak yang orisinil.
Sejalan dengan Sumanto, Utami munandar (2009: 31) mengemukakan bahwa
ada empat alasan utama perlunya pengembangan kreativitas sejak usia dini yaitu:
a. Kreativitas untuk merealisasikan perwujudan diri
Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah perwujudan diri. Untuk
mewujudkan dirinya manusia perlu berkreasi, karena dengan berkreasi orang dapat
mewujudkan dirinya sehingga karyanya diakui oleh orang lain.
b. Kreativitas untuk memecahkan suatu permasalahan
Kreativitas atau berfikir kreatif merupakan kemampuan untuk melihat
berbagai kemungkinan penyelesaian terhadap suatu permasalahan. Oleh karena itu
kemampuan untuk melihat berbagai kemungkinan perlu dikembangkan sejak dini
melalui kegiatan yang menstimulus kreativitas anak di TK. Pemberian stimulus
melalui kegiatan-kegiatan kreatif yang diadakan di TK melatih anak untuk
kreatif dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang akan dihadapi anak
dimasa dewasa.
c. Kreativitas untuk memuaskan diri.
Keberhasilan anak dalam melakukan percobaan, penelusuran dan
berbagai upaya lainya akan memberikan kepuasan tersendiri bagi anak.
Keberhasilan dari percobaan-percobaan dan hasil karya yang dihasilkan dalam
kegiatan berkarya di TK merupakan kepuasan tersendiri bagi anak.
d. Kreativitas untuk meningkatkan kualitas hidup
Melalui kreativitas dimungkinkan seseorang dapat meningkatkan
kualitas hidupnya.Hal itu sebagai akibat logis dari aktivitas yang dilakukanya.
Orang kreatif akan mempunyai banyak ide yang dapat dikembangkan sehingga
memiliki kemungkinan untuk memperoleh kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan
orang yang tidak kreatif. Untuk mencapai hal itu perlu sikap, pemikiran, dan
perilaku kreatif yang dipupuk sejak dini.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengembangan
kreativitas anak usia dini itu sangat penting, karena dengan kreativitas anak
mampu mewujudkan diri, memecahkan masalah, memuaskan diri dan meningkatkan
kualitas hidupnya yang akan berguna bagi kehidupan anak selanjutnya.
g. Seni Sebagai
Bentuk Kreativitas Anak TK
Suratno (2005: 26) memamparkan bahwa kreativitas harus dibangun
sejak anak usia dini untuk mengembangkan kemampuan anak berfikir secara
imajinatif dalam pikiran prasadar perlu dibekalkan sejumlah pengalaman yang
diperlukan anak. Sumanto (2005: 43) juga menjelaskan pengembangan kreativitas
anak usia dini juga dilaksanakan melalui pelaksanaan program belajar dalam
rangka pengembangan kemampuan dasar, yakni pengembangan daya cipta.
Pengembangan daya cipta bertujuan membuat anak-anak kreatif yaitu lancar,
fleksibel dan orisinil dalam bertutur kata, berpikir, serta berolah tangan,
berolah seni dan berolah tubuh sebagai latihan motorik kasar dan motorik halus.
Berkarya kreatif sebagai upaya pengembangan kemampuan dasar bagi anak TK.
Kegiatan pembelajaran dalam mengembangkan kreativitas harus mengacu pada
karakteristik yang dimiliki anak pada usia TK agar kegiatan tersebut dapat
membantu mengembangkan potensi kreatif yang dimiliki oleh anak. Pembelajaran
tentunya dengan menciptakan kondisi pembelajaran yang menarik, menyenangkan di
dalam suasana bermain kreatif.Pembelajaran hendaknya dapat difungsikan untuk
membina keterampilan dan kemampuan anak dalam berinteraksi dengan lingkungan
dan sebagai sarana untuk memperoleh pengalaman visual estetis.Pembelajaran
dalam bentuk kegiatan kreatif yang menyenangkan juga difungsikan untuk
memberikan dasar-dasar pengalaman edukatif.Keberagaman bentuk kegiatan berkarya
kreatif seni di TK berkaitan langsung dengan digunakannya jenis media (bahan
praktek) yang disesuaikan dengan teknik pembuatannya. Dengan mengenali sifat
bahan/alat tersebut diharapkan akan dapat melatih keterampilan kreatif anak
dalam berekspresi membuat bentuk karya seni secara bebas.
Sumanto (2005: 37) mengemukakan bahwa bentuk kreativitas seni anak
TK digolongkan menjadi dua bentuk yaitu:
a. Praktik Berkarya Kreatif
Sumanto (2005: 37) memaparkan bahwa berkarya kreatif sebagi upaya
pengembangan kemampuan dasar bagi anak TK. Kegiatan kreatif seni rupa di TK
berdasarkan kompetensi dasar.Bentuk kreativitas berkarya yang dimaksut salah
satunya adalah kreativitas kolase.Dalam penelitian ini kegiatan berkarya
kreatif yang dilakukan yaitu melalui kegiatan kolase, untuk menghasilkan karya
kreatif dalam menyusun bentuk gambar, membuat, menempelkan bahan dan
mengkombinasikan bahan dan warna sesuai dengan imajinasi yang ada dalam diri
anak.
b. Bereksplorasi Melalui Media Seni
Sumanto (2005: 38) mengemukakan keragaman bentuk kegiatan berkarya
kreatif di TK berkaitan langsung dengan digunakannya jenis media (bahan
praktek) yang disesuaikan dengan teknik pembuatannya.Alat dan bahan yang sudah
ditentukan, menggunakan alat bidang dasaran berupa kertas hvs, kertas gambar,
lem kayu, lem kertas, gunting dan pensil, serta menggunakan bahan alam, dan
bahan kertas. Dengan mengenali sifat bahan atau alat yang digunakan diharapkan
akan melatih keterampilan kreatif anak dalam berekspresi dalam membuat kolase
dalam menyusun bentuk gambar serta mengkombinasikan warna.
Penelitian ini seni sebagai bentuk krativitas anak TK karena dengan
kegiatan kolase kreativitas anak dapat berkembang.Melalui kegiatan kolase anak
dapat mengembangkan potensi kreatif yang dimilikinya.Dengan menciptakan kondisi
pembelajaran yang menarik, menyenangkan di dalam suasana bermain kreatif untuk
membina keterampilan dan kemampuan anak dalam berinteraksi dengan lingkungan dan
sebagai sarana untuk memperoleh pengalaman visual estetis.
h. Karakteristik Masa Usia TK
M. Ramli (2005: 185) menjelaskan bahwa masa usia TK merupakan
masa-masa dalam kehidupan manusia yang berada pada rentang usia empat tahun
sampai usia enam tahun. Secara umum, karakteristik masa usia TK ditandai dengan
beberapa karakteristik pokok sebagai berikut :
a. Masa usia TK adalah masa yang berada pada usia pra
sekolah
Masa usia 4-6 tahun disebut masa pra sekolah karena pada masa ini
anak umumnya belum masuk sekolah dalam pengertian sebenarnya. Artinya pada masa
tersebut anak-anak belum belajar keterampilan akademik secara formal seperti
diajarkan di Sekolah Dasar. Di TK anak dibantu mengembangkan keseluruhan aspek
kepribadiannya sebagai dasar tahap perkembangan selanjutnya dan persiapan untuk
memasuki pendidikan di Sekolah Dasar
b. Masa usia TK masa usia pra kelompok
Masa usia TK merupakan masa usia pra kelompok karena pada masa
tersebut anak-anak belajar dasar-dasar keterampilan yang diperlukan untuk
menyesuaikan diri dengan kehidupan sosial kelompok. Dalam hal ini mereka
mempelajari dasar-dasar perilaku yang diperlukan dalam kehidupan bersama
sebagai persiapan penyesuaian diri saat mereka memasuki jenjang pendidikan SD
dan memasuki tahap perkembangan selanjutnya.
c. Masa usia TK masa meniru
Pada masa ini anak senang sekali menirukan perkataan dan tindakan
orang-orang disekitarnya.Dengan meniru anak-anak dapat mengembangkan perilaku
mereka sehingga dapat berinteraksi dengan lingkungan secara lebih baik.Meskipun
demikian, anak juga menunjukkan imajinasi dan kreativitas dalam pola tingkah
laku mereka.
d. Masa usia TK adalah masa bermain
Anak usia pra sekolah senang sekali bermain untuk mengeksplorasikan
lingkungannya, meniru perilaku orang lain, dan mencobakan kemampuannya sendiri.
Kegiatan bermain tidak bisa dipisahkan dengan anak-anak karena pada masa
tersebut sebagian besar waktu anak-anak dihabiskan untuk bermain dengan
mainannya.Bermain merupakan aktivitas penting bagi anak karena itu pendidikan
di TK dilaksanakan melalui kegiatan permainan.Melalui permainanya tersebut anak
belajar mengembangkan segenap aspek kepribadiannya.
e. Anak pada masa usia TK memiliki keberagaman
Anak–anak pada usia TK sangat beragam, tidak hanya dari segi
individualitasnya saja tetapi dari segi latar belakang budaya asal anak-anak
tersebut. Keberagaman tersebut menyadarkan pendidik untuk memperlakukan anak
sesuai dengan karakteristik khas anak tersebut dalam kegiatan pendidikan
sehingga anak mampu berkembang ssecara optimal.
i. Cara Mengembangkan Kreativitas Anak TK
Kreativitas anak sangat penting dikembangkan sejak usia dini
khususnya sejak anak memasuki pendidikan prasekolah di TK. Kreativitas yang
dikembangkan di TK lebih ditekankan pada kreativitas anak dalam berkarya.
Suratno (2005: 10) mengemukakan bahwa anak yang kreatif mampu memperdayakan
pikirannya untuk menghasilkan suatu produk secara kreatif.Dalam pengembangan
kreativitas anak TK, peran pendidik yaitu orang tua dan guru sangatlah
penting.Di sekolah guru bertugas merangsang dan membina perkembangan
kreativitas pada anak. Guru berperan penting dalam pengembangan kreativitas
anak. Guru harus dapat memlilih dan memanfaatkan setiap kesempatan belajar
untuk mengembangkan kreativitas anak. Dalam kesempatan apa saja baik di dalam
ruangan maupun di luar ruangan guru dapat mengajak anak untuk mengembangkan
kreativitasnya.
Pengembangan kreativitas anak di TK dapat dilakukan melalui kegiatan
pembelajaran. Untuk mensukseskan program pengembangan kreativitas di TK, Yeni
Rachmawati dan Euis Kurniati (2005: 46-50) mengemukakan bahwa ada lima kriteria
pembelajaran yang dapat membantu pengembangan kreativitas anak, yaitu :
a. Kegiatan Belajar Bersifat Menyenangkan (Learning Is
Fun)
Belajar yang menyenangkan sangat berati bagi anak dan bermanfaat hingga
dewasa. Faktor emosi merupakan faktor penting dan menentukan efektivitas proses
pembelajaran. Pendidik perlu memberikan kesan positif pada anak dalam aktivitas
belajarnya sehingga anak menyukai proses belajar yang dapat mengembangkan
kreativitasnya. Hal ini ditandai dengan anak antusias mengikuti kegiatan
belajar, tertawa-tawa, banyak bertanya, dan asyik menikmati kegiatan yang
diberikan oleh guru.
b. Pembelajaran dalam Bentuk Kegiatan Bermain
Bermain adalah dunia anak.Melalui bermain anak dapat mempelajari
banyak hal, tanpa anak sadari dan tanpa merasa terbebani.Anak juga dapat
mengenal aturan, bersosialisasi, menempatkan diri, menata emosi, toleransi,
kerjasama, mengalah, sportif serta mengembangkan berbagai aspek perkembangan
dan kecerdasan pada anak.Dengan demikian pendidik perlu memilihkan permainan
secara tepat sebagai sarana menyampaikan materi pembelajaran.
c. Mengaktifkan siswa
Anak memerlukan ruang yang luas untuk bereksplorasi dan menjelajahi
dunianya, sehingga segala informasi dapat dengan mudah diserap oleh anak serta
mampu mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya.Dengan demikian perlu
pendekatan pembelajaran yang tepat, yaitu berupa belajar aktif, yang lebih
menempatkan siswa sebagai pusat dari pembelajaran. Dengan kata lain anak terlibat
aktif dalam perencanaan, proses pembelajaran, dan sampai pada penilaian.
Graves (Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, 2005: 49)
menyatakan bahwa belajar aktif merupakan proses dimana anak-anak melakukan
eksplorasi terhadap lingkungannya, dengan cara mengobservasi, mendengarkan,
mencari tahu, menggerakkan badan, melakukan aktivitas sensori, dan membuat atau
mencipta sesuatu dengan benda-benda yang ada disekitar mereka. Pendekatan
belajar aktif sangat mendorong program pengembangan kreativitas bagi anak,
dimana mereka diberikan keleluasaan untuk mencari dan menemukan sendiri
berbagai macam ilmu pengetahuan melalaui pengalamannya, informasi, dan mampu
menghasilkan suatu produk yang kreatif.
d. Memadukan berbagai aspek pembelajaran dan perkembangan
Berbagai aspek perkembangan yang dimiliki anak merupakan suatu
kesatuan yang utuh dan menyeluruh, sehingga pembelajaran yang dikembangkan
dapat memadukan semua komponen pembelajaran dan perkembangan anak.
e. Pembelajaran dalam bentuk kegiatan konkret
Bagi seorang anak, proses mengerti dan memahami sesuatu tidak selalu
harus melalui proses instruksional, akan tetapi anak mengamati dan berinteraksi
secara langsung dengan obyek pembelajaran, sehingga dapat menambah wawasan dan
pengetahuan secara lebih bermakna. Bagi anak usia TK yang masih berada pada
tahap perkembangan kognitif praoperasional dan pra operasional kongkret,
sehingga kegiatan pembelajaran harus disertai dengan obyek nyata.
Untuk mempertahankan daya kreatif anak, pendidik harus memperhatikan
sifat natural anak-anak yang sangat menunjang tumbuhnya kreativitas.Sifat-sifat
natural harus senantiasa di pupuk dan dikembangkan sehingga sifat kreatif
mereka tidak hilang.Menurut Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati (2005: 42) sifat
natural anak-anak yang mendasar yang sangat menunjang tumbuhnya kreativitas
sebagai berikut, (1) pesona dan rasa takjub, (2) rasa ingin tahu, dan (3)
banyak bertanya. Sehingga dalam mengembangkan kreativitas anak TK menggunakan
kolase, sebab dalam pembuatan kolase anak dapat berolah senirupa yang
diwujudkan dengan keterampilan menyusun dan merekatkan bagian-bagian bahan
alam, bahan buatan dan bahan bekas pada kertas gambar/ bidang dasaran yang
digunakan, sampai dihasilkan tatanan yang unik dan menarik. Melalui kegiatan
kolase pembelajaran dapat memberikan kesenangan, kebebasan untuk mengembangkan
perasaan, kepuasan, keinginan, keterampilan seperti pada saat bermain.Cara
bermain kreatif dapat membuat kegiatan yang menyenangkan.Kolase bermanfaat
untuk memberikan hiburan yang bernilai edukatif, karena melalui kegiatan kolase
itulah anak belajar.Dengan kolase juga dapat mengembangkan kemampuan berpikir,
yaitu penyaluran daya nalar yang dimiliki anak untuk digunakan dalam melakukan
kegiatan berolah seni rupa.Anak yang cerdas cakap kemampuan pikirannya dapat
menjadi pemicu munculnya daya kreativitas. Dengan kecerdasan (kecerdasan
emosional) yang dimilikinya akan dapat digunakan untuk melakukan aktivitas
dengan cepat, lancar dan tepat serta mudah untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya
(Sumanto, 2005:24).
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis
Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Kunandar (2011: 45), penelitian
tindakan kelas (classroom action research) adalah penelitian tindakan
yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelas.
Dalam penelitian ini, tindakan yang dilakukan adalah peningkatan kreativitas
melalui kegiatan kolase.Bentuk penelitian tindakan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelitian tindakan kolaboratif. Penelitian tindakan
kolaboratif merupakan bentuk penelitian yang dilaksanakan oleh suatu tim yang
biasanya terdiri dari guru, kepala sekolah, dosen LPTK, dan orang lain yang
terlibat dalam penelitian (Wina Sanjaya, 2011: 59). Dalam penelitian ini
kolaborasi dilakukan antara peneliti dan guru kelas.Peneliti bertindak sebagai
observer dan guru bertindak sebagai pelaksana tindakan.
B.
Subjek dan Objek Penelitian
Penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah anak-anak kelompok
A dan B1 di TK Mekarsari yang berjumlah 37 anak yang terdiri dari 20 laki-laki
dan 17 anak perempuan yang berada pada rentang usia 5-7 tahun. Objek
penelitiannya adalah kreativitas anak kelompok A dan B1 TK Mekarsari.
C. Tempat
dan Waktu Penelitian
1.
Tempat penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelompok A dan B1 TK
Mekarsari yang beralamat di Desa Cijantung Kecamatan Pasar Rebo Kabupaten
Jakarta Timur.
2.
Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester genap yaitu 11 Juni 2015 tahun
pelajaran 2014/2015.
D. Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data menurut Sugiyono (2010: 15) yaitu langkah
paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data.Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi dan wawancara.
a. Observasi
Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan
pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Nana Sujana &
Ibrahim, 2004: 220). Metode observasi dilakukan dengan cara mengamati dan
mencatat semua aktivitas siswa pada proses kegiatan kolase di kelas. Observasi
dilakukan pada siswa kelompok B2 untuk memperoleh data anak yang berkaitan
dengan aspek-aspek kreativitas anak.
b. Wawancara
Wawancara ditujukan pada siswa kelompok B1 yang terlibat dalam
kegiatan kolase.Wawancara ini dilakukan oleh peneliti untuk memperoleh data
kemampuan anak dalam mengutarakan ide atau gagasan, pendapat atau alasan anak
dalam karya yang dibuat serta perasaan anak setelah melakukan kegitan kolase.Data
tersebut digunakan sebagai pendukung data-data dari hasil observasi.Kegiatan
wawancara dilakukan dengan pedoman wawancara yang disesuaikan dengan peneliti.
E. Instrumen
Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 101) instrumen penelitian
merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Lembar Observasi (Cheklist)
Lembar observasi digunakan agar peneliti lebih terarah dalam
melakukan observasi sehingga hasil data yang didapatkan mudah diolah.Lembar
observasi tersebut digunakan untuk mengetahui kreativitas anak melalui kegiatan
kolase.Kisi-kisi observasi kreativitas anak melalui kegiatan kolase dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel Kisi-kisi Observasi.
Observasi Variabel
|
Aspek-aspek kreativitas
|
Indikator
|
Kreativitas anak
|
Kelancaran
|
Mampu membuat bentuk tempelan dari bahan kolase dengan
bervariasi
|
Kelenturan
|
Mampu
menggunakan dan mengkombinasikan lebih dari tiga bahan dalam membuat kolase
|
|
Keaslian
|
Mampu
membuat hasil karya kolase sendiri dan berbeda dengan yang lainnya
|
|
Elaborasi
|
Mampu mengembangkan ide terhadap hasil karyanya secara luas
|
b.
Pedoman wawancara
Pedoman wawancara digunakan peneliti agar lebih terarah dalam
melakukan wawancara terhadap siswa kelompok B2 pada saat kegiatan
kolase.Pedoman wawancara tersebut digunakan untuk mengetahui kreativitas anak
dalam mengungkapakan ide dan pendapat dari hasil karya yang dibuat anak.
Pedoman wawancara terhadap kreativitas anak melalui kegiatan kolase dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel
Kisi-Kisi Wawancara
Variabel
|
Aspek-aspek kreativitas
|
Keterangan
|
Kreativitas
|
Kelancaran
|
Anak dapat menceritakan dan menjelaskan gambar apa yang
dibuat,alasan mengapa anak membuat bentuk gambar tersebut, warna dan bahan
apa yang dipilih dan juga mengapa memilih warna dan bahan yang digunakan
dalam membuat kolase.
|
F. Teknik
Analisis Data
Menurut Igak Wardhani (2007: 59) teknik
analisis data adalah merangkum data dengan cara yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan
sehingga mampu memberikan makna. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
deskriptif kuantitatif yaitu data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan
observasi dari setiap pelaksanaan siklus dianalisis menggunakan teknik
persentase.Dari hasil penelitian yang telah dilakukan selanjutnya dapat
dihitung dengan persentase.Adapun rumus yang digunakan menurut Ngalim Purwanto
(2006: 102), presentase dapat dicari dengan menggunakan rumus berikut.
Keterangan:
P = angka persentase
F = skor mentah yang diperoleh siswa
N = skor maksimum
Menurut Acep Yoni (2010: 176) hasil dari
data tersebut diinterpretasikan ke dalam empat tingkatan, yaitu:
1. Kriteria sangat baik jika anak memperoleh nilai
76%-100%.
2. Kriteria baik jika anak memperoleh nilai 51%-75%.
3. Kriteria cukup jika anak memperoleh nilai 26%-50%.
4.
Kriteria kurang jika anak memperoleh nilai 0%-25%.
Dari persentase di atas, penelitian ini mengambil 4 kriteria
persentase, yang diadaptasikan dari pendapat Acep Yoni (2010: 176) dan prosedur
penilaian di TK, yaitu:
Tabel Kategori Persentase Kreativitas
Anak
No
|
Kriteria
|
Persentase
|
1
|
BSB (Berkembang Sangat Baik)
|
76%-100%
|
2
|
BSH (Berkembang Sesuai Harapan)
|
51%-75%
|
3
|
MB (Mulai Berkembang)
|
26%-50%
|
4
|
BB (Belum Berkembang)
|
0%-25%
|
G. Indikator Keberhasilan
Sesuai dengan karakteristik penelitian tindakan kelas, dalam
penelitian ini dinyatakan berhasil apabila ada perubahan atau peningkatan terhadap
hasil belajar yang diperoleh anak setelah diberikan tindakan. Penelitian ini
dikatakan berhasil 64,8% anak berada pada tingkat berkembang sesuai harapan.
Anak kurang mampu menguasai 4 aspek kreativitas yaitu kelancaran, kelenturan,
keaslian dan elaborasi. Aspek kelancaran yaitu jika anak sudah mampu membuat
bentuk tempelan dari bahan kolase dengan bervariasi, kelenturan jika anak sudah
mampu menggunakan dan mengkombinasikan lebih dari tiga bahan dalam membuat
kolase, keaslian yaitu jika anak sudah mampu membuat hasil karya kolase sendiri
dan berbeda dengan yang lainnya serta elaborasi yaitu jika anak sudah mampu
mengembangkan ide terhadap hasil karyanya secara luas dalam membuat kolase.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A.
Deskripsi
Lokasi Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini dilakukan di TK Mekarsari,Jl.Belly no.12 ,RT11/RW9,
Cijantung, Pasar Rebo, Jakarta Timur. Sekolah ini memiliki 3 kelas, yaitu A, B1
dan B2. Yang masing-masing diatur berdasarkan pembelajaran kelompok / klasikal.
TK Mekarsari oleh 4 pendidik dan 2 karyawan. Peserta didiknya berjumlah 63
anak. Jumlah masing-masing peserta didik di setiap kelompok berjumlah 21 anak.
Penelitian ini dilaksanakan pada kelompok B1 dan B2 dengan jumlah 37 anak yang
terdiri dari perempuan 17 anak dan laki-laki 20 anak. Yang berada pada rentang usia 5-7 tahun.
B.
Data Kemampuan Anak
Peneltian yang di
lakukan kepada ke-37 orang yang terdiri dari kriteria yang telah di sebutkan
pada bab 3, dan dilakukan dengan proses observasi dan wawancara serta melalukan penilaian kolase dari hasil karya anak TK. Sehingga,
menghasilkan data yang tertera pada tabel berikut:
Tabel hasil
penelitian
Nama
|
Jenis Kelamin
|
Observasi
|
Wawancara
|
|||||||||||||
Kelancaran
|
Kelenturan
|
Keaslian
|
Elaborasi
|
Kelancaran
|
||||||||||||
Angka
|
%
|
Kriteria
|
Angka
|
%
|
Kriteria
|
Angka
|
%
|
Kriteria
|
Angka
|
%
|
Kriteria
|
Angka
|
%
|
Kriteria
|
||
Cl
|
P
|
6
|
75
|
BSH
|
2
|
25
|
BB
|
3
|
37,5
|
MB
|
2
|
25
|
BB
|
4
|
50
|
MB
|
Fad
|
L
|
4
|
50
|
MB
|
6
|
75
|
BSH
|
4
|
50
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
Mi
|
P
|
5
|
62,5
|
BSH
|
7
|
87,5
|
BSB
|
5
|
62,5
|
BSH
|
6
|
75
|
BSH
|
6
|
75
|
BSH
|
Fak
|
L
|
4
|
50
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
7
|
87,5
|
BSB
|
8
|
100
|
BSB
|
7
|
87,5
|
BSB
|
Aa
|
P
|
6
|
75
|
BSH
|
7
|
87,5
|
BSB
|
3
|
37,5
|
MB
|
3
|
37,5
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
Ri
|
L
|
4
|
50
|
MB
|
7
|
87,5
|
BSB
|
7
|
87,5
|
BSB
|
6
|
75
|
BSH
|
6
|
75
|
BSH
|
Se
|
P
|
7
|
87,5
|
BSB
|
4
|
50
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
Rg
|
L
|
6
|
75
|
BSH
|
3
|
37,5
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
5
|
62,5
|
BSH
|
Rs
|
L
|
4
|
50
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
7
|
87,5
|
BSB
|
7
|
87,5
|
BSB
|
7
|
87,5
|
BSB
|
Sa
|
P
|
3
|
37,5
|
MB
|
3
|
37,5
|
MB
|
6
|
75
|
BSH
|
7
|
87,5
|
BSB
|
6
|
75
|
BSH
|
Al
|
L
|
5
|
62,5
|
BSH
|
6
|
75
|
BSH
|
7
|
87,5
|
BSB
|
6
|
75
|
BSH
|
5
|
62,5
|
BSH
|
Da
|
L
|
6
|
75
|
BSH
|
4
|
50
|
MB
|
7
|
87,5
|
BSB
|
6
|
75
|
BSH
|
7
|
87,5
|
BSB
|
Wa
|
L
|
6
|
75
|
BSH
|
6
|
75
|
BSH
|
7
|
87,5
|
BSB
|
6
|
75
|
BSH
|
7
|
87,5
|
BSB
|
Sec
|
P
|
4
|
50
|
MB
|
6
|
75
|
BSH
|
3
|
37,5
|
MB
|
3
|
37,5
|
MB
|
3
|
37,5
|
MB
|
Gi
|
P
|
4
|
50
|
MB
|
3
|
37,5
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
6
|
75
|
BSH
|
Bag
|
L
|
6
|
75
|
BSH
|
5
|
62,5
|
BSH
|
4
|
50
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
5
|
62,5
|
BSH
|
Bu
|
P
|
6
|
75
|
BSH
|
3
|
37,5
|
MB
|
7
|
87,5
|
BSB
|
7
|
87,5
|
BSB
|
5
|
62,5
|
BSH
|
Ma
|
L
|
6
|
75
|
BSH
|
4
|
50
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
5
|
62,5
|
BSH
|
5
|
62,5
|
BSH
|
Va
|
P
|
4
|
50
|
MB
|
3
|
37,5
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
6
|
75
|
BSH
|
Na
|
P
|
4
|
50
|
MB
|
3
|
37,5
|
MB
|
7
|
87,5
|
BSB
|
6
|
75
|
BSH
|
6
|
75
|
BSH
|
Fe
|
L
|
4
|
50
|
MB
|
2
|
25
|
BB
|
7
|
87,5
|
BSB
|
6
|
75
|
BSH
|
5
|
62,5
|
BSH
|
Re
|
L
|
4
|
50
|
MB
|
3
|
37,5
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
5
|
62,5
|
BSH
|
4
|
50
|
MB
|
Ni
|
P
|
5
|
62,5
|
BSH
|
2
|
25
|
BB
|
4
|
50
|
MB
|
3
|
37,5
|
MB
|
6
|
75
|
BSH
|
Ra
|
P
|
6
|
75
|
BSH
|
4
|
50
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
Au
|
P
|
4
|
45
|
MB
|
2
|
25
|
BB
|
4
|
50
|
MB
|
5
|
62,5
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
Ke
|
P
|
8
|
100
|
BSB
|
4
|
50
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
5
|
62,5
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
Sah
|
L
|
6
|
75
|
BSH
|
5
|
62,5
|
BSH
|
4
|
50
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
3
|
37,5
|
MB
|
Ze
|
L
|
6
|
75
|
BSH
|
5
|
62,5
|
BSH
|
5
|
62,5
|
BSH
|
4
|
50
|
MB
|
3
|
37,5
|
MB
|
Dz
|
L
|
5
|
62,5
|
BSH
|
4
|
50
|
MB
|
3
|
37,5
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
Di
|
P
|
5
|
62,5
|
BSH
|
6
|
75
|
BSH
|
4
|
50
|
MB
|
3
|
37,5
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
Vo
|
L
|
4
|
50
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
6
|
75
|
BSH
|
4
|
50
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
Sy
|
L
|
3
|
37,5
|
MB
|
3
|
37,5
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
Eb
|
L
|
2
|
25
|
BB
|
2
|
25
|
BB
|
5
|
62,5
|
BSH
|
3
|
37,5
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
Ra
|
L
|
3
|
37,5
|
MB
|
3
|
37,5
|
MB
|
3
|
37,5
|
MB
|
4
|
50
|
MB
|
5
|
62,5
|
BSH
|
Ala
|
P
|
5
|
62,5
|
BSH
|
4
|
50
|
MB
|
3
|
37,5
|
MB
|
5
|
62,5
|
BSH
|
3
|
37,5
|
MB
|
Kr
|
P
|
5
|
62,5
|
BSH
|
4
|
50
|
MB
|
3
|
37,5
|
MB
|
2
|
25
|
BB
|
3
|
37,5
|
MB
|
Ov
|
P
|
4
|
50
|
MB
|
3
|
37,5
|
MB
|
2
|
25
|
BB
|
2
|
25
|
BB
|
2
|
25
|
BB
|
Tabel Rekapitulasi Data Kreativitas Anak
No
|
Kriteria
|
Observasi
|
Wawancara
|
||||||||
Kelancaran
|
Kelenturan
|
Keaslian
|
Elaborasi
|
Kelancaran
|
|||||||
Jumlah
Anak
|
%
|
Jumlah
Anak
|
%
|
Jumlah
Anak
|
%
|
Jumlah
Anak
|
%
|
Jumlah
Anak
|
%
|
||
1.
|
Belum Berkembang
|
1
|
2,7
|
5
|
13,51
|
1
|
2,7
|
3
|
8,1
|
1
|
2,7
|
2.
|
Mulai Berkembang
|
16
|
43,24
|
21
|
56,76
|
22
|
59,46
|
20
|
54,05
|
18
|
48,65
|
3.
|
Berkembang Sesuai Harapan
|
18
|
48,65
|
8
|
21,62
|
5
|
13,51
|
10
|
27,02
|
14
|
37,84
|
4.
|
Berkembang Sangat Baik
|
2
|
5,4
|
3
|
8,1
|
9
|
24,32
|
4
|
10,81
|
4
|
10,81
|
BAB V
KESIMPULAN
Hasil dari
penelitian kami dapat disimpulkan bahwa kreativitas sangat penting untuk dikembangkan
pada anak usia dini.
Berdasarkan
hasil penelitian kami, diperoleh hasil sebagai berikut:
·
Kriteria belum berkembang pada aspek
kisi-kisi observasi: kelancaran 2,7%, kelenturan 13,51%, keaslian 2,7%,
elaborasi 8,1% dan aspek wawancara: kelancaran 2,7%
·
Kriteria mulai berkembang pada aspek
kisi-kisi observasi: kelancaran 43,24%, kelenturan 56,76%, keaslian 59,46%,
elaborasi 54,05% dan aspek wawancara: kelancaran 48,65 %
·
Kriteria berkembang sesuai harapan pada
aspek kisi-kisi observasi: kelancaran 48,65%, kelenturan 21,62%, keaslian
13,51%, elaborasi 27,02% dan aspek wawancara: kelancaran 37,84%
·
Kriteria berkembang sangat baik pada
aspek kisi-kisi observasi: kelancaran 5,4%, kelenturan 8,1%, keaslian 24,32%
elaborasi 10,81% dan aspek wawancara: kelancaran 10,81%
Dengan berkreasi
anak dapat mewujudkan dirinya, sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam
kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah meningkatkan kualitas hidupnya.
Anak memiliki potensi kreativitas alami, maka akan senantiasa menumbuhkan aktivitas
yang sarat dengan ide-ide kreatif. Secara natural anak memiliki kemampuan untuk
mempelajari sesuatu menurut carannya sendiri. Untuk mempertahankan daya kreatif
dan keterampilan pada anak, guru harus memperhatikan sifat natural anak-anak
yang sangat menunjang tumbuhnya kreativitas. Sifat-sifat natural yang mendasar
inilah yang harus senantiasa dipupuk dan dikembangkan oleh guru sehingga sifat
kreatif mereka tidak hilang. Dalam pengembangan kreativitas sejak usia dini
peran pendidik yaitu orang tua dan guru sangatlah penting. Di sekolah guru
bertugas merangsang dan membina perkembangangan kreativitas pada anak.
Bedasarkan data
yang kami peroleh dari 37 sample sebagian besar anak berada pada kategori mulai
berkembang, khususnya pada aspek keaslian, dimana anak mampu membuat hasil karya kolase sendiri dan berbeda dengan yang
lainnya
Guru berperan
penting dalam pengembangan kreativitas anak, guru harus dapat memlilih dan
memanfaatkan setiap kesempatan belajar untuk mengembangkan kreativitas anak.
Guru dapat mengajak anak untuk mengembangkan kreativitasnya dalam kesempatan
apa saja baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan.
Daftar
Pustaka
Djamarah,& Aswan Zain. (2002). Strategi belajar mengajar.
Jakarta: PT Renika Cipta.
Isjoni.( 2010) .Model pembelajaran anak usia dini. Bandung:
Alfabeta.
Muharrar
Syakir, Verayanti Sri. (2013). Kreasi kolase, montase, mozaik. Esensi :
Erlangga Group.
Munandar, Utami. (1992). Mengembangkan bakat dan kreativitas anak sekolah. Jakarta: Gramedia.
Nazir. (1999). Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Rahayu, Dwi Puji. (2012). Skripsi: Pengaruh bermain playdough terhadap kemampuan motorik halus anak TK A aisyiyah gonilan, kartosura,sukoharjo. UMS: Surakarta.
Sujiono, Bambang dkk. (2008). Metode pengembangan fisik. Depdiknas: Universitas Terbuka.